Kita

7.1K 771 100
                                    

Bolehkah, bila rasa terdahulu
Kembali bertandang?
Kupastikan, kali ini aku yakin dengan apa yang kurasa.

oOo

Dengan sekantung bahan dasar pasta Krist masuk apartemen beriring jantung berdebar kencang. Singto menyuruhnya memasak bukan mengajak kencan tapi entah kenapa Krist merasa gugup seperti pertama kali mereka bertemu.

Tidak seperti biasanya, kali ini Krist disambut dengan senyuman yang merekah lebar. Senyuman yang sudah sangat lama sekali tenggelam dalam kenangan masalalu. Senyuman yang selalu ia rindukan setiap malam kini terlihat lagi seperti rembulan yang menerangi gelapnya malam.

“Kau sudah lapar?” tanya Krist layaknya orang dungu. “Tunggulah sebentar, aku akan memasak dengan cepat.” Tambahnya cepat lalu beranjak ke dapur.

Berlama-lama berdiri di ruang tamu bersama pria itu membuat hatinya nyut-nyutan tak keruan. Mungkin ini yang mereka bilang ‘jatuh cinta kembali’.

Tidak! Krist bukannya jatuh cinta kembali, tetapi belum sanggup menghapus cinta yang pernah ada. Itu dia, usahanya move on beberapa tahun silam benar-benar runtuh hanya karena senyuman merekah dari bibir ranum itu. Oh damn!

Gerakan tangannya yang sedang mencuci tomat melambat. Bayang-bayang Pie yang menggandeng lelaki lain di cafe tadi menyeruak dalam kepalanya.

Perlahan ia menoleh, menatap Singto yang kini memperhatikannya dari meja makan dengan wajah berseri. Tidak tega. Meskipun Singto sukses menyakitinya dimasalalu, Krist masih merasa tidak tega kalau harus menceritakan apa yang ia lihat tadi sore.

Terlalu nyeri.

“Jangan buru-buru. Aku tidak ke mana-mana,” celetuk Singto memperhatikan Krist memotong bawang bombay sangat cepat.

“Bukan terburu, aku cuma sudah biasa melakukannya. Bukannya dulu kau ....” Krist langsung menutup mulutnya yang tanpa sadar kembali mengungkit masalalu. “Maaf,” desah Krist.

Di tempatnya, Singto berubah muram. Raut wajahnya meredup seiring dengan perasaan yang berkecamuk dalam benaknya. Sesekali ia melirik Krist yang terlihat lincah memasak saus pasta.

“Krist,” panggil singto pelan.

“Hem,” jawab Krist tanpa menoleh. Tangannya dengan cekatan memasukan bumbu tambahan saus.

Singto diam lagi seakan panggilannya barusan sekadar bercanda. Jarinya bermain di atas meja, membentuk lingkaran seolah sedang menggambar.

“Ada masalah? Kau bisa cerita padaku,” bilangnya lagi sembari menuangkan saus pasta ke atas mie. “Apa ini tentang Pie ...?” tanyanya hati-hati dengan suara lirih.

Singto mendongak, menatap Krist yang entah menyangrai apalagi. “Tentang kita,” celetuknya.

Antara refleks atau terkejut, spatula yang Krist gunakan meluncur begitu saja menumbur lantai. Matanya mengerjap beberapa kali berharap kalau yang barusan itu salah dengar.

“Eh, maaf,” ucapnya kikuk memungut spatulanya lalu mematikan kompor.

“Tidak apa-apa,” celetuk Singto sembari menggeleng pelan. “Sudah selesai?” tanyanya berusaha mencairkan suasana canggung yang tiba-tiba bertandang.

Buru-buru Krist mengantarkan pasta ke meja makan lalu kembali beranjak ke kulkas meraih sebotol air dingin.

Singto tak kunjung melahap pastanya, garpu dan sendoknya hanya bermain-main dengan benda kenyal berlumur saus kemerahan.

“Waktu itu aku bingung,” ucap Singto tanpa mendongak.

Krist tak langsung menyela. Ia diam di seberangnya sambil terus memerhatikan.

MANTAN [Singto x Krist] (TAMAT)Where stories live. Discover now