2|

13.1K 543 13
                                    

AVRANO

Usai wanita setengah jadi itu enyah dari rumahku, aku langsung mendesah lega. Akhirnya kini aku bisa menikmati akhir pekan berhargaku.

Aku membuka kembali kandang Mely, tapi kucing betina itu tak mau keluar dari kandangnya. Astaga, apa kucing bahkan bisa ngambek?

"Kamu marah, hm?" Kuelus lembut bulunya yang putih bersih, berharap dengan begitu dia akan berhenti ngambek.

"Tenang aja, Mel. Cewek itu udah pulang ke habitatnya. Kamu bisa lari-larian lagi." Kucing itu masih diam.

Aku pun menundukkan kepala mencoba menatap wajah kucing kesanyanganku ini. Matanya tertutup rapat. "Pantas aja nggak dijawab. Ternyata kamu tidur, Mel." Aku menghela napas lega.

Kulirik jam dinding di sebelah dapur. Rupanya sudah pukul setengah sembilan. Aku pun berjalan menuju papan jadwal pribadi milikku. Melihat kira-kira aktivitas apa yang telah kucatat disana.

Hidupku sangat tertata dan teratur. Bukan hanya hidupku, tetapi rumah, pekerjaan, jadwal pribadi, bahkan makanan sekalipun telah disusun sedemikian rupa dan dilakukan terus menerus.

Iya, aku ini sangat perfectionist. Atau mungkin saja ... over.

"Jam sepuluh ada jadwal pergi ke gym. Berarti masih ada setengah jam." Aku mengangguk mengerti. "Sepertinya aku udah lama nggak berendam air dengan sabun aromaterapi."

Ide bagus.

Sekalian merelaksasi pikiran akibat ocehan tak bermutu Kleantha beberapa saat lalu. Gadis itu benar-benar kuman yang harus dia basmi sesegera mungkin sebelum mencemari hidupnya.

Bisa-bisanya dia menanyakan hal semacam itu pada dosen pembimbingnya.

"Umur Bapak sudah 35 tahun, kan? Rasanya orgasme itu seperti apa, Pak?"

Kurang ajar.

Dia bertanya atau mengejek? Kenapa juga bertanya hal semacam itu padaku? Aku kan dosen jurusan bisnis, bukan biologi. Lagipula apa pentingnya untuk dia?

Ah, sudahlah. Memikirkan setiap perkataan gadis itu hanya membuatku menjadi kesal. Bagaimana bisa seorang gadis mulutnya bisa sefrontal itu? Apa anak muda jaman sekarang seperti itu semua?

Dunia mau kiamat.

"Bapak belum pernah merasakan orgasme?"

Sialan.

Kenapa ocehan Kleantha terus menghantuiku?

Aku mengibaskan tangan di atas kepalaku. Menghilanglah, tolong!

Lebih baik sekarang aku mandi aromaterapi. Otakku yang sudah terkontaminasi oleh ocehan-ocehan gadis setengah jadi itu harus segera mendapatkan terapi.

***

Alunan musik menggema di kamar mandi. Aroma lavender yang menenangkan menguar mendominasi. Gelembung-gelembung sabun menutupi hampir seluruh tubuhku yang tengah berendam di bathup.

Sungguh nikmat mana lagi yang engkau dustakan?

Aku jarang sekali menikmati berendam seperti ini karena biasanya setiap akhir pekan pagi, aku akan ada jadwal lain. Jadwal yang pada akhirnya terpaksa harus aku ganti dengan bimbingan pagi, bersama si mahasiswa abadi.

Lupakan.

Lupakanlah gadis setengah jadi itu untuk sementara.

Aku mulai menyesap sedikit jus jeruk dan mendesah nikmat. "Sempurna."

"Kira-kira Bapak penasaran rasanya orgasme tidak?"

"Shit!" Aku menenggak habis jus jeruk di gelas yang aku pegang, merasakan rasa asam bercampur manis itu melewati tenggorokan.

I am You, You are MeWhere stories live. Discover now