020 //

2.4K 330 73
                                    

020

//

stained heart












Kembali terbangun dengan Taehyung di sampingnya, membuat Jisoo begitu bahagia. Ditatapnya sosok pemuda yang memeluk tubuhnya dengan nyaman, membuat Jisoo tak bisa menahan diri untuk menyentuh pipinya. Sayangnya, hal yang dilakukannya itu membuat pemuda tersebut terbangun.

"Pagi?" sapa Taehyung dengan suara berat dan mata agak berat.

Jisoo tersenyum bahagia. "Pagi."

Taehyung pun mengecup ujung hidungnya sebelum melepaskan perlukan tersebut. Tubuhnya terduduk perlahan, lalu dia merenggangkan kedua lengannya.

Jisoo mengikuti Taehyung untuk bangun, sambil tak menjauhkan senyuman di wajahnya. "Nanti malam, kau akan tidur disini lagi?"

Taehyung menempelkan dahinya pada dahi Jisoo dengan gemas. "Aku senang terus bersamamu, Jisoo. Tapi sepertinya, aku akan tidur di rumah untuk malam ini."

Jisoo mengangguk mengerti, lalu mencoba menikmati sentuhan dari kedua telapak tangan Taehyung yang hangat di pipinya. "Tentu. Aku ada di tempat yang kau tahu."

Taehyung mengangguk. "Nanti sore, aku ambil tulipku dan kuharap kau ikut ke makam lagi."

Jisoo mengangguk, tak keberatan.

//

Rosé terkejut ketika Yoon-gi mengatakan bahwa ia sudah menunggu di depan gerbang rumah barunya untuk mengantarnya kuliah.

Rasanya seperti sebuah mimpi. Yoon-gi jarang sekali peduli padanya, terlebih ketika ia tengah benar-benar sibuk. Namun, tiba-tiba saja ia meluangkan waktunya sebentar. Bahkan masih hapal bahwa hari ini Rosé mendapatkan kuliah pagi.

Rosé pun segera keluar dari rumahnya tanpa membawa mobilnya, dengan senyuman di wajahnya.

Mendapati mobil Yoon-gi yang berada tak jauh dari rumahnya, tengah terparkir di perumahan tersebut, Rosé pun segera masuk ke dalamnya. Dia tersenyum melihat Yoon-gi, tetapi Rosé tahu arti tatapan Yoon-gi yang lurus itu.

Karena seperti seharusnya, Rosé harus ingat, Yoon-gi takkan repot menemuinya untuk hanya diam.

Rosé menelan ludahnya, lalu menatap Yoon-gi dengan ragu.

"Oppa..."

Yoon-gi hanya mengedikkan dagunya, pada pahanya sendiri.

Saat itu Rosé tahu, bahwa untuk mendapatkan perhatian dari Yoon-gi, selalu ada harga yang harus dibayar.

Rosé pun mencoba menerimanya. Perlahan gadis itu beralih dari posisi duduknya di jok samping Yoon-gi, menjadi di pangkuannya. Rok pendek yang dikenakannya membantunya untuk melakukan ini tanpa harus repot melepaskan kain di bawahnya tersebut. Lalu Rosé pun membuka resleting Yoon-gi, membelai dan mengurut kejantanannya untuk membuatnya menegang dan setelahnya memberikan apa yang Yoon-gi inginkan.

Setidaknya, setelah ini, Yoon-gi tetap mengantarnya ke kampus.

Ya, setidaknya, Rosé masih merasakan setitik kasih sayangnya.

//

Lisa bersyukur, karena jadwal kulah di hari Rabu hanya kelas pagi. Namun, tetap saja, dia harus latihan di sanggar dan menguras kembali tenaganya sampai jauh. Padahal, semalam saja, Lisa hampir ambruk. Karena lelah yang menyerangnya bukan hanya lelah fisik, melainkan lelah batin.

✔️ the edge of the cliffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang