Bab 14: Hackney

46 11 0
                                    

Flon-7
Dimensi Weligra

Jenderal Breks berjalan masuk kedalam ruang kerjanya tanpa kawalan. Ia tengah meminum teh hangatnya. Ia terkejut ketika ia membuka pintu ruangannya.

Sosok pria tua berkulit putih langsat duduk di kursi Jenderal Breks dengan pengawal bermata kuningnya yang tengah berdiri tetap di samping tuannya. Sorot mata pengawal Itu membuat Jenderal Breks menjadi semakin benci kepada mereka berdua.

Jenderal Breks hanya tersenyum kecut dan masuk, kemudian menutup kembali pintunya. Wewangian ruangan kini terasa asing bagi Jenderal itu.

"Waktu. Mereka itu relatif," ucap pria tua itu.

Setelah pria itu mengatakan hal tersebut, dunia seakan-akan berhenti. Waktu terhenti seketika. Tidak ada yang bergerak kecuali cahaya, udara, dan ketiga orang tersebut.

"Kau menghentikan waktu lagi rupanya, Hackney." Breks melepas gelas tehnya. Ajaibnya gelas tersebut tetap diam, mengambang di udara, begitu pula dengan tehnya yang tenang.

"Kurang tepat, Sir Li-"

"Jangan panggil aku dengan nama itu!" nada Jenderal Breks sedikit menyentak. Cahaya di dalam ruangan sedikit meremang lalu kembali seperti semula setelah beberapa saat.

Pria itu paham dan mengangguk. "Pernyataanmu, kurang tepat Breks. Aku tidak menghentikan waktu, aku hanya memanipulasi mereka. Jika aku benar-benar menghentikan waktu, maka semuanya akan gelap dan kita mati, karena partikel cahaya yang bergerak ikut berhenti juga ditambah kita mati karena tidak ada udara yang bergerak," balas Hackney sambil tertawa.

Jenderal Breks hanya diam, dan mendengar ocehan Hackney.

"Apa yang kau mau, Hackney?" tanya Jenderal Breks dingin.

"Jangan terlalu terburu-buru Breks. Aku tahu, kau masih kesal. Aku tahu, kau masih marah soal kejadian itu. Aku meminta maaf kepada mu. Aku juga harus melindungi hal lainnya, bukan cuman kaummu. Aku minta maaf." Hackney menjadi lebih lembut dan wajahnya mengungkapkan penyesalannya.

"Sudah 17 tahun. Ramalanmu tepat. Kunci terakhir berada di Flon-12, harapan terakhir kita. Semuanya sudah sesuai yang kau dan aku rencanakan, apa lagi yang kau butuhkan?" Jenderal Breks berjalan perlahan ke mejanya.

"Perubahan rencana," kata Hackney santai. Tapi kata-kata itu membuat emosi Jenderal itu melunjak.

"Perubahan rencana? Kau bilang perubahan rencana!? Aku sudah menyiapkan seluruh rencana sesuai dengan prediksimu! Aku sudah membuat rencana A, B, C hingga ratusan rencana lain untuk setiap kemungkinan yang tidak terduga, dan kini kau datang dan duduk di kursi ku dan mengatakan seluruh rencana yang kubuat dirubah!?" Breks Melotot pada Hackney setelah memarahi Hackney.

"Santai saja, Breks. Aku berjanji kali ini tidak ada perubahan rencana setelah ini. Kau hanya menggantinya dengan rencanaku. Rencanaku sudah akurat dan terjamin 100 persen.
Dari jutaan kemungkinan yang ada, semuanya ini akan berjalan lancar." Hackney berusaha menenangkan Jenderal Breks.

"Dengar, soal kejadian itu. Aku benar-benar minta maaf, tidak ada yang bisa kulakukan saat itu. Tapi ingat, aku bukan musuh mu, kita dipihak yang sama, dan musuh kita HOLX. Kita sama-sama kehilangan, Breks, tapi jangan sampai kau berubah karena rasa tersebut." wajah Hackney dipenuhi rasa kecewa saat memberi nasehat kepada Jenderal Breks.

"Tuanmu, sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri. Dengar Breks, setelah perang ini selesai, kau boleh membunuhku. Lakukan apapun yang kau suka," tambah Hackney tersenyum kecil.

Jenderal Breks mengacak-acak rambutnya dan mendangak, melihat ke langit-langit, kemudian ia menarik nafas yang panjang dan membuangnya.

"Baiklah, tapi ingat! Aku melakukan ini bukan demi kau! Tapi demi memenangkan perang ini!" Breks berjalan cepat ke Hackney dan mengingatkannya.

"Kita semua tahu, kau melakukannya bukan demiku," balas Hackney dengan senyuman penuh harapan.

"Tapi, sebelum itu. Bagaimana dengan perkembangan kunci terakhir?" Hackney bertanya.

Jenderal Breks kemudian menjawab. "Saat ini, dia berada di Flon-12. Aku sudah menempatkan 3 anggota OVD di sana."

"Latihannya belum dimulai, ya?"

"Latihannya dimulai 1 minggu lagi. Hackney, jujur aku terkejut dengan laporan tim OVD. Mereka bilang, Jack bertemu langsung dengan pembisik saat mengalami Wave tipe B." Suara Jenderal Breks mulai sedikit melembut.

"Hah!? Itu tidak mungkin! Aku sudah hidup lebih dari enam puluh ribu tahun, dan aku belum pernah seseorang bertemu dengan pembisik mereka. Bahkan aku saja tidak pernah bertemu dengan pembisikku." Hackney tidak percaya dengan ucapan Breks.

"Dan kau akan lebih terkejut lagi, jika kau tahu siapa pembisik Jack." Breks memancing Hackney untuk bertanya lagi.

"Siapa pembisik Jack?" tanya Hackney serius. Setelah diberi kejutan pertama, Hackney tidak sabar diberi kejutan yang kedua.

"Gordun. Ksatria Serigala Putih."

"Astaga! Aku ... Aku tidak tahu lagi harus berkata apa. Gordun, iblis itu." Hackney tersenyum tidak percaya.

"Apa kau senang mendengar nama Gordun, Sir Albert?" Tanya Hackney kepada pengawalnya yang sedari tadi hanya diam seperti patung.

Sir Albert hanya tersenyum kecil dan anggun, dia menunduk perlahan.

"Kita hanya tinggal menunggu saat para kunci pertama membuka pintu peperangan, dan saat itu juga, kita akan menemukan kunci kedua," tambah Hackney.

Hackney kemudian berdiri dan berjalan mendekati Breks. "Untuk masalah pergantian rencana, kita akan membahasnya nanti. Aku rasa kau sudah tidak sabar meminum teh kesukaanmu."


"Hei! Memangnya kau mau kemana!? Urusan kita belum selesai!" Breks bertanya dengan nada emosi.

"Aku ingin melihat Jack," jawabnya santai sambil merapikan sabuknya.

"Dasar bajingan!" umpat Breks.

Hackney tersenyum dan mengingatkan Breks. "Jangan lupa soal cangkirmu, Breks."

Breks pun mengangguk pasrah dan memegang cangkirnya, dan dengan sekejap mata, Hackney dan Sir Albert menghilang. Breks sudah terbiasa dengan distorsi waktu semacam ini.
Mungkin jika kita tidak terbiasa, pusing dan pingsan bisa menjadi salah satu dampak paling ringan.

Breks hanya tersenyum. Entah dia tersenyum karena sudah mulai bisa menerima Hackney, atau dia sudah tidak sabar untuk memenangkan perang.

Yang dia harapkan hanya memenangkan perang dan selesai. Tidak ada lagi tujuan hidupnya setelah selesai perang, mungkin dia akan menjadi guru. Entahlah, mungkin ia tewas dalam peperangan nanti. Tetapi satu hal yang pasti, ia tidak akan ketahuan berkhianat dalam waktu dekat.


Ia tertegun melihat foto dirinya bersama teman-temannya saat Jenderal Breks masih berpangkat rendah.

"Kematian kalian semua, tidak akan pernah sia-sia, fratris — Saudara!" matanya melotot penuh dendam.



***



Haiii....
Gimana chapter kali ini?
Yaa, seperti yang kita tahu, Breks memang berkhianat dari HOLX. Kira-kira apa rencana yang bakal dibuat sama Breks dan Hackney?
Kalo penasaran, tunggu sampe apdet lagi ya. Hehehe

Bagus? Jelek? Atau kurang menarik? Silahkan komen.
Kalau ada yang punya saran, dan kritik, silahkan komen.
Kalau sukak, jangan lupa divote ya.

Ditunggu next Chapternya ya gaissss. Moon maap ya kalo lama update.

Silverwolffff🐺

Guardian Of LightWhere stories live. Discover now