35. Si Gendut

12.6K 671 89
                                    

Tak terasa hampir 7 bulanlamanya Kiara dan Vero kembali serumah. Entah mengapa waktu berlalu secepat ituketika ia bersama Vero, seakan semuanya terasa sangat mudah dan menyenangkan dilakukan.

Angel juga tidak pernah mengganggunya lagi sejak ia kembali bersama Vero. Wanita itu hilang seakan ditelan waktu.

Hubungan Kiara dan Vero? Baik, hanya saja namanya dalam hubungan tentu tidak akan selalu mulus. Seperti beberapa detik lalu dimana Vero menjadi korban lemparan spatula Kiara yang baru saja selesai memasak.

"Aku cuma gak mau sarapan sayang, perut aku gak enak dari semalem!" ujar Vero berusaha menghindari lemparan berbagai barang dapur dari si ibu hamil yang masih tetap cantik dimatanya itu. "Aku udah susah-susah masak ya! Pokoknya makan! Kalo engga gak usah makan sekalian sampe besok!" omel Kiara melepas apronnya lalu pergi berlalu sambil memegangi pinggang belakangnya.

"Iya ini aku makan Ki, jangan marah ya?" ujar Vero mengambil piring nasi goreng dari samping kompor. Tak ada sahutan, Kiara sudah masuk ke dalam kamar sementaranya yang ada di lantai satu sebab wanita itu terus mengeluh jika naik tangga.

Vero menghela napas, padahal ia jujur kalau perutnya sejak malam terasa tidak enak. Apapun yang masuk ke dalam mulutnya juga terasa tidak sedap. Namun ia tidak bisa melawan, Kiara belakangan ini benar-benar mengerikan apalagi dengan perutnya yang sudah membesar itu.

"Loh Mas Vero? Kok makan sendiri?" tanya Bi Mila yang baru saja dari warung membeli sabun cuci piring. "Biasa bi, si gendut lagi emosi." Jawab Vero sambil mengunyah makananya.

Bi Mila terdiam, ralat, lebih tepatnya membeku. Kiara ternyata sedang berdiri di pintu kamarnya memperhatikan Vero makan atau tidak sedari tadi. "Apa Mas?" tanya Bi Mila sekali lagi, memancing supaya Vero dihajar. "Si gendut lagi emosian Bi, pagi-pagi tuh liat dapurnya udah dihancurin!" jawab Vero kali ini menambah ucapannya.

"VERO MILANO!!" pekik Kiara melempar ponselnya. Wajah memerah dan mata berkaca-kaca menjadi pemandangan yang pertama kali Vero lihat. "Sayang! Enggak, aku becanda, maaf ya." Vero cepat-cepat berlari mendekat. Namun terlambat pintu itu sudah ditutup rapat oleh si ibu hamil. Tak lama suara tangisan kuat terdengar.

"Makanya Mas, kalau ngomong dijaga," kekeh Bi Mila sambil berlari kecil menuju dapur untuk membersihkan kekacauan.

>>

Alvin yang sedang duduk di kursi besarnya melirik Vero sekilas. Sedari tadi adik iparnya itu sibuk melamun di sofa ruangannya. Sudah hampir satu jam sepertinya.

"Ver, kalo lo cuman mau diem kaya gitu mendingan lo keluar deh. Kerjaan gue banyak, harus selesai secepatnya. Kalo emang lo ada masalah ya ngomong, jangan diem aja kaya bini gue." ujar Alvin sambil membuka-buka lembaran dokumennya.

"Biasa bang, ribut sama Kiara." Jawab Vero. "Halah Ver, emang kurang ajar lo dateng ke gue kalo ada masalah sama istri lo doang, sana deh pulang selesaiin!" usir Alvin malas mendengar masalah jika berkaitan dengan rumah tangga adiknya itu.

Vero menghela napas, "Mulut gue kenapa sih gak bisa dijaga! Ah bego emang!" gumamnya. "Lo ngomong apa ke adek gue?" tanya Alvin kali ini tertarik. "Gue omongin gendut tapi di belakangnya, gue kira dia gak ada bang."

"Hahahah, saran gue sih kalau mau baikan jangan beliin makanan, tambah ngamuk nanti. Kasih duit aja."

Vero menggelengkan kepalanya, "Enggak mempan lagi, yang ada gue diusir dari rumah kalo ngasih uang." Alvin reflek tertawa lebar mendengar penuturan Vero.

"Coba lo telpon, ajakin jalan kemana gitu. Mungkin dia jenuh makanya gampang marah." Ujar Alvin yang langsung mendapat persetujuan dari Vero.

Vero mengambil ponselnya di dalam saku jas lalu segera mencari kontak Kiara. Ia keluar dari ruangan Alvin dan tetap fokus kearah ponselnya. Mengetikkan kalimat untuk membujuk Kiara. Baru beberapa detik pesan terkirim, layar ponselnya berubah muncul nama Kiara yang kini menelponnya.

Dengan senyum lebar Vero menggeser tombol hijau, "Halo sayang?" namun sayangnya senyum yang baru sebentar tertera diwajahnya langsung luntur kala mendengar ucapan seorang diseberang sana.

"Apa?! Yaudah aku pulang sekarang!"

Keringat dingin terlihat memenuhi pelipis Vero, mobil yang ia kendarai melaju kencang membelah kota. Tidak memperdulikan beberapa kali hampir mengancam nyawa orang lain. Yang ia pikirkan hanya satu, Kiara-nya. 

><
My Spoiled Husband

My Spoiled Husband [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang