2. Is That Her?

330K 14.6K 232
                                    

Randi memasuki ruang praktek barunya dan duduk di kursi putar di balik meja. Wajahnya sumringah. Tadi malam ia dipercaya untuk membantu operasi bedah pada anak kecil, dan operasi itu berhasil. Sebenarnya hari pertama Randi praktek adalah hari ini, tapi karena tadi malam ada operasi dan membutuhkan dokter bedah anak secepatnya, Randi jadi dipercaya untuk ikut membantu.  

Setelah bertahun-tahun belajar keras sampai bisa lulus dengan begitu cepat, akhirnya ia berhasil menjalani profesi yang diinginkannya. Randi memang menjadi dokter di rumah sakit keluarganya sendiri, tapi ia berhasil menjadi dokter disini melalui proses seleksi yang ketat. RS Mitra Pradana adalah rumah sakit yang terkenal dengan fasilitasnya yang lengkap dan modern serta dokter-dokter yang sangat ahli. Hanya dokter-dokter yang sudah senior atau dokter-dokter muda genius yang bisa praktek disini.

Awalnya Randi tidak ingin praktek disini, karena ia tidak mau dianggap nepotisme. Tapi ternyata salah satu dokter anak ada yang harus pindah keluar kota dan posisi itu pun kosong, sehingga harus secepatnya diisi karena pasien yang selalu banyak setiap harinya. Direktur di rumah sakit ini yang kebetulan adalah pamannya Randi pun menawarinya posisi ini setelah mengetahui keberhasilan Randi di rumah sakit Oxford University Hospital, tidak lama setelah pemuda itu lulus kuliah spesialis, dan menjadi Koas (dokter muda) di sana.

Randi mendengar ketukan di pintu ruangan barunya, lalu duduk tegak. "Masuk!"jawabnya.

Seorang perawat muda yang cukup cantik masuk ke dalam ruangannya dan menatapnya malu-malu. "Selamat pagi, Dr. Randi. Saya Tania, asisten dokter."katanya malu-malu kemudian ia menatap Randi dengan mata bersinar-sinar. Lalu menyodorkan album CD Orion yang terakhir sebelum Randi keluar dari band itu. "Setelah bertahun-tahun akhirnya saya bisa bertemu dengan idola saya! Boleh saya minta tandatangan dokter?"

Randi mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum kecil. Ia sama sekali tidak menyangka ada fansnya di antara staff rumah sakit ini. Tanpa berkata-kata ia mengambil CD tersebut lalu menandatanganinya dengan spidol yang diberikan Tania.

"Makasih banyak, Dok!"ucap Tania gembira setelah menerima CD yang sudah ditandatangani itu. Matanya bolak-balik menatap CD yang dipegangnya lalu menatap Randi, membuat laki-laki itu jengah.

"Suster Tania."

"Ya, Dok?"

"Lainkali jangan bersikap seolah-olah kamu ini fans saya disini. Kita harus bekerja profesional. Lagipula saya bukan musisi lagi."kata Randi dengan nada tegas dan tanpa tersenyum lagi. Sebenarnya Randi sudah tidak tahan ingin mengomel. Ia tidak suka jika ada yang tidak profesional di pekerjaannya, apalagi itu asistennya sendiri.

Tania sedikit tersentak mendengar teguran Randi, tapi tetap saja ia tidak bisa menghilangkan wajah gembiranya karena sudah bertemu dengan idolanya. Lagipula sejak masih remaja ia menjadi fans Orion, ia sudah tahu jika Randi orang yang blak-blakan dan tidak segan-segan mengatakan apa yang ada di pikirannya. Malah lebih sering ngomong nyelekit. Makanya ia lebih nge-fans dengan Jovan yang murah senyum dan lebih ramah.

Randi menjetikkan jarinya di depan wajah Tania, membuat wanita itu tersadar dari daydreaming-nya. "Sebaiknya kamu segera kembali ke pekerjaan kamu. Saya yakin sudah ada daftar pasien yang menunggu."kata Randi, mengusir Tania secara halus.

"Baik, Dok."kata Tania segera keluar dari ruangan Randi.

Tania menggerutu kecil saat duduk di mejanya. "Untung dia ganteng, makanya aku masih tahan denger omongannya. Mudah-mudahan aja ntar Jovan berkunjung kesini."ucapnya dengan penuh harap.

Kemudian Tania kembali melirik CD Orion yang ditandatangani Randi, dan menghela napas. "Seandainya aja Risha masih inget kalo dia dulu suka banget sama tuh orang. Pasti sekarang aku bisa mamerin ini ke dia."

Remember UsWhere stories live. Discover now