4. Is That Her? (II)

255K 12.8K 153
                                    

Cherisha mengernyit ketika melihat putranya yang terlihat berbincang akrab dengan dua orang wanita di gazebo taman rumah sakit. Salah satu dari wanita itu terlihat sudah cukup tua dan duduk di kursi roda. Sedangkan yang satunya terlihat berumur di atas 30 tahun.

Cherisha merasa bingung. Karena dari pengamatannya saat itu Rendi terlihat begitu gembira berbicara dengan kedua orang itu. Hal yang jarang terjadi, mengingat Rendi anak yang sulit akrab dengan orang lain. Apa mungkin mereka itu yang Rendi bilang teman barunya? Saat anak itu bercerita dua hari lalu, Cherisha pikir teman baru putranya adalah anak kecil juga.

Cherisha berjalan menuju gazebo taman lalu memanggil putranya. "Rendifa!"

Rendi menoleh mendengar panggilannya, dan anak itu tersenyum lebar saat melihat ibunya. "Bunda!"

Rendi berlari ke arahnya lalu memeluk Cherisha erat dan menenggelamkan wajahnya di dada ibunya. Rendi memang memiliki tubuh yang lebih tinggi daripada anak-anak seumurannya. Padahal tinggi badan Cherisha hanya sekitar 160 cm. Memang cukup tinggi dibandingkan rata-rata tinggi badan wanita Indonesia. Tapi Cherisha tidak yakin jika gen-nya yang menurunkan tinggi badan ke Rendi. Anak itu terlalu cepat tumbuh. Mungkin saja salah satu ciri ayah Rendi adalah bertubuh tinggi.

Yah. Mungkin. Cherisha tidak tahu.

"Rendi main sama siapa, sayang?"tanya Cherisha lembut. Rendi menengadahkan wajahnya untuk menatap ibunya.

"Sama Nenek Rani dan Mbak Ayu, Bunda! Yuk, Rendi kenalin!"kata anak itu bersemangat dengan menarik tangan ibunya menuju kedua orang itu.

"Nenek sama Mbak Ayu kenalin deh, ini Bunda-nya Rendi!"kata Rendi riang. Cherisha segera saja menyalami Ayu dan Ny. Rani.

"Saya Cherisha. Ibunya Rendi."kata Cherisha dengan tersenyum sopan pada dua wanita yang menatapnya penuh minat, membuatnya sedikit canggung.

"Saya Rani. Rendi biasa panggil saya Nenek Rani. Tapi kamu bisa panggil saya Tante. Ternyata Bunda-nya Rendi cantik sekali ya."kata Ny. Rani, tersenyum lebar melihat wanita muda di hadapannya. 'Pantesan aja Randi nggak bisa melupakan perempuan ini.'pikir Ny. Rani.

"Betul kan Bunda-nya Rendi cantik!"kata Rendi bangga dengan senyuman lebar.

"Rendi! Bunda malu ah!"gerutu Cherisha dengan wajah memerah, membuat Rendi tertawa geli dan matanya menyipit sebelah.

Lagi-lagi ekspresi Rendi membuat Ny. Rani terkejut. Sebelumnya memang Rendi sering tertawa, tapi tawanya sekarang lebih memperlihatkan ekspresi bahagianya dan membuat matanya terlihat menyipit sebelah. Ekspresi ini tidak pernah Ny. Rani lihat sebelumnya. Dan ketika melihatnya sekarang ini, semakin menunjukkan kemiripan antara Rendi dengan putranya.

Ternyata hal ini juga terpikirkan oleh Ayu.

"Ekspresi ketawa Rendi mirip sekali sama Mas Randi."kata Ayu dengan takjub.

Ny. Rani ingin sekali mengumpat mendengar ucapan Ayu. Bagaimana kalau Cherisha malah jadi menghindar dari mereka karena mereka mengenal Randi?

"Randi siapa?"tanya Cherisha bingung.

"Anaknya Bu Rani. Mas Randi itu ganteng banget lho! Kalo ketawa kayak Rendi, matanya jadi sipit sebelah."jelas Ayu. Cherisha hanya mengangguk-angguk kecil, membuat Ny. Rani mengernyit.

"Kamu tidak kenal Randi Hilman, Cherisha?"tanya Ny. Rani yang penasaran dengan ekspresi Cherisha yang biasa-biasa saja.

Cherisha menatap Ny. Rani bingung. "Kenapa saya harus kenal anak Tante?"

Ucapan polos Cherisha membuat Ny. Rani merasa bingung. Apa tebakannya mengenai Rendi yang adalah anak dari putranya itu, salah?

"Mas Rendi kan dokter disini. dr. Randi Hilman."kata Ayu.

Remember UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang