[3] Dispatch

575 77 1
                                    

Flashback ON

Masih disini. Sesaat setelah aku mengetahui hubungan Kang Seulgi dan Park Jimin. Aku baru mengingat misiku memergoki wanita yang—seperti yang kutebak—seorang sasaeng. Penguntit. Seorang fans yang memaksa masuk ke dunia idolanya. Seorang penganut 'my idol is mine'.

"Huh, Kang Seulgi memang susah ditebak." Sepertinya bukan hanya aku yang tak menyetujui hubungan asmara Kang Seulgi. Nyatanya, wanita di sampingku juga demikian. Sedari tadi dia hanya memandang layar kameranya tanpa henti. "Ish... Park Jimin."

"A...anu," panggilku.

"Apa anu-anu?!" Bentaknya. Aku terkejut. Ck, dia sungguh terbawa suasana.

"Ehm... Maaf," katanya sambil melepas kacamatanya, "terima kasih karena udah bantu aku,"

"Ah, iya. Perkenalkan namaku Son Seungwan," aku mengulurkan tangan. Berinisiatif memulai perkenalan.

"O... Oh. Lee Seungri," katanya. Membalas uluran tanganku, lalu kembali menoleh ke kameranya. Kami berjalan menuju minimarket tempat kami pertama kali bertemu. Sesekali aku meliriknya.

"Kamu dibayar berapa, sih?" Tanyaku.

Seungri menatapku bingung, "pardon?"

"Sasaeng, 'kan, biasanya jual hasil fotonya. Semahal itu, kah?"

"Tunggu..." Langkahnya terhenti. "Kamu kira—aku sasaeng?"

Aku mengangguk pelan. Seungri tertawa. Detik berikutnya dia menarik tanganku, kami telah sampai di minimarket tadi. Dia mengajakku duduk di bangku yang tadinya kududuki.

Kami duduk berhadapan. Aku mengecek tasku, mengeluarkan amplop besar berisi berkas lamaran kerja yang sedikit kucel akibat berlari kesana kemari.

"Sebenarnya..." Seungri mematikan kameranya. Mengeluarkan sesuatu dari saku mantelnya.

Kartu tanda pengenal.

Aku terkejut. Pada tanda pengenal yang ditunjukkannya, terdapat logo Dispatch dan foto Seungri. Wow.

"Kamu dari Dispatch?"

"Sssst... Jangan keras-keras!"

Dispatch? Siapa yang tak tahu? Media pembongkar rahasia para seleb Korea. Sejak dulu aku penasaran bagaimana cara mereka bekerja. Sebab mereka dapat mengetahui informasi dengan mengintai tanpa ketahuan oleh publik.

"Kerennya," pujiku.

"Apanya yang keren, huh. Aku kerja keras mengintai sana-sini untuk mencari info selebriti, sekali kami merilis berita, fans ngamuk dan bilang kami ganggu privasi,"

Tapi itu, 'kan, fakta —batinku.

"By the way, thanks. Hasil jepretanmu bagus," pujinya.

Aku tersenyum sambil mengusap-usap amplop cokelat di pangkuanku.

"Kamu cari kerja?"

"Ha?" Aku melongo. Seungri memajukan posisi tubuhnya, membaca baris kalimat yang tertera di depan amplop. "Ah, iya hehe."

Aku memberikan amplop tersebut dan membiarkan Seungri membaca isinya.

"Reporter? Wah, kita sama. Universitas Hankook? Wow," gumamnya sambil terus membaca.

"Yah, universitas bukan penentu keberhasilan kita mendapatkan pekerjaan," ujarku murung.

"Sebentar, aku ingat sesuatu." Dia mengembalikan amplopku. Lantas merogoh saku mantel dan mengambil ponselnya. Lalu mengetik sesuatu. Sepertinya dia menelepon seseorang.

DARK SCANDALS [WenYeol]Where stories live. Discover now