[16] Run Away

359 53 5
                                    

Son Seungwan's POV

Aku meringis pelan. Penglihatanku masih samar. Yang jelas, apa yang dihadapanku bukanlah sesuatu yang familiar.

Kamar bercat abu-abu, bau parfum khas laki-laki, tidak ada foto satupun, hanya ada dua lukisan abstrak yang tidak kupahami maknanya. Aku terbaring di tempat tidur besar berseprai biru dongker.

Pandanganku masih berkunang-kunang. Tubuhku melemah. Sambil tertatih aku mencoba berjalan. Aku tak ingat jelas apa yang terjadi.

Aku mengecek tas kecil kebanggaanku yang ada di balik mantel —sempat kupakai sebelum keluar dari rumah, semuanya aman. Bahkan ponsel Dispatch dan e-talkie juga ada di sana.

Gelap.

Lampu kamar dimatikan, namun ekor mataku mendapati seberkas cahaya memaksa masuk dari balik gorden abu-abu sebelah kiri tempat tidur.

"Mustahil," gumamku kala menyingkap gorden itu.Sepertinya aku berada di lantai dua di rumah entah siapa. Halamannya bahkan lebih luas dari rumah Chanyeol.

Dengan gemetar, aku kembali menutup gorden. Aku kedinginan. Untung saja pakaianku semuanya lengkap, bahkan aku tertidur dalam keadaan memakai sepatu.

Cklek!

Aku membuka pintu perlahan, lantas mendesah lega melihat tidak ada siapa-siapa di sini. Lantai ini hanya terdapat satu kamar yang sepertinya dikhususkan untuk tamu. Sisanya hanya ruangan kosong yang terdapat satu pintu yang mengarah ke balkon dan satu tangga di seberang sana. Tampilannya tak jauh berbeda dengan kamar yakni cat abu-abu muda ditambah banyak lukisan abstrak di dinding bak pengiring jalan.

Sambil menuruni tangga, aku berusaha menghidupkan ponselku yang mati namun tak kunjung berhasil karena kehabisan daya. Pada akhirnya aku menyerah. Sejenak kulirik jam tanganku yang menunjukkan pukul setengah delapan malam.

"Astaga!" Pekikku pelan, namun terdengar menggema ditengah ruangan lantai satu yang lengang.

Sepertinya bingkai lukisan terbesar di ruangan ini telah hancur. Pecahan kaca berserakan dimana-mana, membuatku bingung mencari celah untuk berjalan keluar. Dan lagi, sesuatu yang membuatku merinding.

Darah.

Terdapat tetesan darah tak jauh dari posisiku yang sudah mengering. Menimbulkan titik-titik merah seperti jejak yang mengarah ke luar. Aku menelan ludah, tenggorokanku kering. Haus.

"Sialan," umpatku begitu sampai di pintu masuk rumah. Pintu baru terbuka sedikit, namun aku dapat melihat sosok lelaki sedang menelepon dari celahnya.

"Chanyeol aman?"

Mataku membelalak. Suara itu sangat familiar. Dari balik pintu, aku mendengar beberapa kata yang berhasil ditangkap oleh telinga; Chanyeol, siuman, teror.

Cklek!

Aku menahan napas, bersembunyi di balik pintu. Detik berikutnya sosok Kim Sejin berjalan masuk tanpa menoleh. Sempat berhenti sejenak memandang pecahan kaca di depannya, lalu lanjut menaiki tangga.

"Hah... hah...." Tanganku meremas dada —menenangkan degup jantungku yang kencang tidak terkontrol.

Sejak awal aku merasa aneh dengan laki-laki itu. Wajahnya memang tak asing. Tapi siapa sangka dia berbuat seperti ini padaku?

Tepat setelah Sejin menghilang dari pandangan, aku berusaha berlari keluar.

BRUK!

Oh sial, badanku semakin lemas. Aku terjatuh beberapa langkah setelah melewati teras. Namun dengan sigap aku berusaha bangkit.

DARK SCANDALS [WenYeol]Where stories live. Discover now