Dinner

2K 275 36
                                    

Playlist :
Say Yes - Ost Scarlet Heart Ryeo
Beautiful - Ost Goblin

***

Min Yoongi's Pov

Banyak hal yang sedang menjadi beban pikiranku saat ini. Pertama karena ibuku sakit dan yang kedua karena aku akan menikah. Plus ditambah persiapan ujian lulus kuliah.

Jeon Jungkook kaget bukan kepalang, ia begitu sedih saat mendengar Eommaku sakit, raut wajahnya menyiratkan simpati yang besar dan saat ia mendengar bahwa aku akan menikah ia kaget lagi, sampai ia bilang jantungnya ingin copot.

"Menikah saja Hyung. Sampai tua kau tidak akan menikah jika tidak di jodohkan." Ucapnya kala itu.

Aku termenung. Ini menjadi sebuah dilema yang besar. Aku masih ingin bebas, lalu membangun cita-citaku, yaitu perusahaan start up.

"Ya kan, bisa membangun cita-cita di dukung istri?" Ujar bocah itu lagi.

Jungkook kadang memberi nasihat yang ku butuhkan. Seringkali ia lebih dewasa daripada diriku.

Eomma kemarin menelfon, dan mengatakan telah bertemu gadis itu. Aku tidak banyak bertanya, dan hanya bilang "Eomma, please jangan sebut namanya."

Ujarku saat itu. Karena jika Eomma mengucap namanya, maka dengan penasaran yang penuh aku akan mengetikkan nama itu di google dan mencari setidaknya akun Weibonya.

"Ia anak yang manis."

Ucap Eomma. Aku hanya mengangguk. Itu pasti hanya sebuah opini terselubungnya agar aku tertarik.

"Eomma akan shopping dengannya. Ah, senangnya jika punya anak gadis." Ujar Eomma lagi. "Min Yoongi, ya, kau mendengar ucapan Eomma kan? Jangan lupa makan. I love you sayang."

"I love you too."

Itu bukan kalimat bohong. Aku memang menyayangi Eommaku. Setidaknya ia satu-satunya perempuan yang aku punya di dalam hidupku yang aku sayang.

Mengenai gadis yang pernah aku sukai, aku tidak lagi bertemu dengannya. Entahlah, ia seperti menghilang. Memang aku satu kampus dengannya tapi berbeda jurusan. Mungkin ia sedang sibuk? Aku tidak tahu. Jadi, yah aku kembali ke kehidupanku, menjalani kehidupanku seperti biasa.

"Hyung." Ucap Jeon Jungkook.
"Jika kau menikah apa boleh aku tinggal bersamamu?"

Dasar orang gila. Ia selalu saja menguntitku. Aku tahu dia bercanda tapi, itu benar-benar menjengkelkan.

"Hahaha. Omo, aku akan berpisah denganmu. Itu membuatku sedih."

"Berlebihan."

"Hyung."

"Hm?"

"Kau tidak apa-apa? Maksudku, ya, aku tahu kau ini kaku dengan wanita dan tidak pernah punya pacar. Semoga kau bisa bahagia dengannya?"

"I wish."

"Jadi, kau mengiyakan permintaan orang tuamu?"

"Eomma begitu bahagia. Itu membuatku semakin sulit menolaknya."

Terserah. Terserah saja. Aku hanya akan menikah. Menikah hanya sebuah perjanjian di atas kertas bukan? Urusan romansa urusan belakangan.

***

Hari ini, aku kembali lagi ke rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, aku kembali lagi ke rumah. Eomma bilang, hari ini adalah hari dimana aku akan bertemu dengan gadis itu. Aku sedikit berdebar. Oh, apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku katakan? Ku rasa aku nanti akan diam seribu bahasa karena bingung mencari topik pembicaraan.

Aku sudah mengenakan kemeja dengan jas. Rambutku sedikit rapih dari biasanya. Eomma bilang mereka akan datang kerumah ini.

Ku lirik jam di pergelangan tangan. Sudah jam 7 malam, satu jam lagi dan acara makan malam akan dimulai.

"Min Yoongi." Aku mendengar Eomma memanggil namaku. Aku menoleh dan melihatnya berdiri diambang pintu. Ia mengenakan gaun hitam tanpa lengan, panjang gaun itu menutupi kedua dengkulnya.

"Ya?"

Eomma berjalan menghampiriku. Dan ia merapihkan kerah kemeja yang ku kenakan. Lalu ia memandang wajahku sejenak.

"Kau gugup?"

"Tentu saja."

Lalu Eomma terkekeh. "Aku tidak pernah melihatmu gelisah seperti ini."

"Eomma, plis jangan menggodaku."

"Yoongi."

"Hm?"

"Aku tahu nanti kau akan menyukai gadis itu."

Setelah mengucapkan hal itu Eomma lalu pergi dari kamarku. Aku masih berdiri, lalu mondar-mandir. Oh sial, kenapa aku bisa segugup ini?!

Jam setengah 8.

Aku turun dari kamar, lalu berjalan menuju ruang makan yang sudah dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Eomma dan Appa sudah berada disana, lalu aku duduk tepat di samping Eomma.

Sepuluh menit kemudian. Appa, bangkit dari kursi. Sepertinya tamu itu sudah datang dan Appa saat ini berjalan menuju pintu utama. Aku masih duduk di ruang makan. Dan memilih untuk tidak beranjak.

Terdengar celotehan basa-basi bertanya tentang kabar dan gelak tawa. Terdengar garing dan sedikit dipaksakan.

Eomma bangkit dari duduknya, lalu aku mengikuti gerakannya. Appa mengenalkan teman bisnisnya, gadis itu masih tidak terlihat karena berada di belakangnya. Ah sial, kenapa aku berdebar lagi?!

"Nak, kenalkan ini... hm. Maaf tadi siapa Namanya?" Tanya Appaku lagi, gadis itu melangkah ragu.

"Bae Irene."

Bae Irene... bae? Irene...?

BAE IRENE?
WHAT THE FUCK?

Aku begitu syok bukan kepalang, hingga kursi dibelakangku bergeser dan menimbulkan suara berdecit, begitu juga gadis itu. Ia menganga saat tatap kami bertemu.

"Yoon—-yoon—-gi, is that you?!"

"Rene.....?"

Jantungku rasanya ingin copot. Aku masih tidak percaya. Aku tidak percaya, bahwa orang yang akan aku nikahi adalah Bae Irene?

Gadis itu mengenakan dress hitam dengan ujung berenda. Makeupnya tipis dan ia begitu cantik, hingga rasanya jantungku berdebar. Sudah lama sekali aku tidak melihatnya. Sudah lama ketika saat itu terakhir kali ia meninggalkanku di Apartment.

Dan bagaimana takdir bisa seperti ini? Jika saat ini ia datang ke kediamanku beserta kedua walinya? Yah, aku tahu itu adalah orang tua Joy bukan?

"Kalian saling mengenal?" Ucap Eomma terheran-heran ketika melihat reaksi ku dan gadis itu bergantian.

"Ya. Kami saling mengenal." Ucapku masih menatap lurus Irene yang saat ini tertunduk.

"Oh kebetulan sekali bukan? Ya ampun betapa bahagianya aku." Ucap Eomma sambil mengusap dadanya seperti mendengar sebuah kelegaan.

Aku melihat kedua orang tuanya Joy yang duduk lalu Irene duduk tepat di hadapanku.

"Karena mereka sudah mengenal, kenapa pernikahannya tidak dipercepat saja?" Ucap Ayahku ditengah makan malam kami.

"Ya, ide bagus. Bagaimana kalau bulan depan?"
"Bagaimana Rene? Nanti semuanya akan kami persiapkan. Kau tidak perlu khawatir."

Ku lihat Gadis itu menggigit bibirnya, lalu menatapku ragu dan melirik wajah semua orang satu persatu.

"Ngg... ter-terserah saja."

"Oh ya bagus." Semuanya tertawa, aku kembali menatap gadis itu. Sepertinya ia pun sama denganku masih begitu syok dan kaget.

Aku tidak tahu apa yang menggelayut pikirannya. Tapi, untuk sesaat aku ingin berterimakasih. Berterimakasih pada semesta bahwa gadis itu adalah Bae Irene. Seseorang yang pernah menarik perhatianku dan membuatku gelisah beberapa waktu.

***
Tbc

DELICATE [VRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang