Jerman

2.6K 278 49
                                    


Min Yoongi, menatap Irene yang sedang tertidur. Lalu ia menyelimuti tubuh istrinya dengan selimut hangat. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah cantik yang tertidur pulas itu. Lalu menepuk bahu Irene pelan.

Mungkin pernikahan mereka tidak seperti orang kebanyakan yang menikah karena cinta. Semua ini hanya karena paksaan dan keinginan orang tuanya. Tapi, Yoongi yakin bahwa nanti Irene akan membuka hatinya untuknya. Suatu saat nanti. Jika memang harus menunggu. Tidak apa-apa. Toh anggap saja, ini adalah sebuah permulaan dari semuanya.

Sebelum ia beranjak, Yoongi mengecup kening istrinya.

Istri?

Yoongi ingin tertawa kecil saat menggumamkan kata itu. Sedikit aneh, tapi mulai hari ini gadis ini adalah istrinya.

In the Morning

Mata Irene terbuka, hari sudah berganti pagi. Ia tidur dengan nyenyak, mungkin karena begitu lelah di hari pernikahan kemarin. Ia membuka matanya. Melihat sosok lelaki yang masih begitu asing. Min Yoongi sedang tidur pulas di sofa.

Irene tidak sama sekali menolak atau mencegah. Malah ia bergitu bersyukur, Yoongi tidak menyentuhnya, Irene sudah begitu takut perihal itu.

Irene turun dari ranjang. Udara masih terasa dingin, dan terlihat Yoongi tidak memakai selimut di tubuhnya. Lalu Irene mengambil selimut dari ranjang, dan menyampirkan di tubuh lelaki itu.

Sarapan sudah di antar oleh pihak hotel. Irene menatap makanan itu yang berada di atas meja. Ia belum memakannya. Terasa tidak lapar sama sekali dan lebih baik Yoongi saja yang memakan makanan itu.

Irene berdiri di Balkon hotel. Kamarnya berada di lantai atas, entah lantai berapa Irene tidak tahu. Mungkin lantai 19?

Ia melihat ke bawah. Sekelibat pikiran aneh merasuki otaknya. Kalau ia jatuh dari lantai ini? Mungkin nyawanya akan langsung meregang?

***
Kim Seokjin melihat Taehyung yang diam saja. Hanya menatap kosong depan. Hatinya terenyuh melihat adiknya yang berubah drastis pasca hari kemarin. Taehyung tidak marah atau pula menangis. Ia hanya duduk di ranjang, memainkan bola kastinya. Berkali-kali di pantulkan ke lantai lalu di tangkap lagi dengan tangannya. Begitu seterusnya, hingga Seokjin yang mengintip merasa lelah.

Kim Taehyung hari ini akan ke Jerman.

Kim Seokjin sekali lagi tidak mengerti dengan pikiran Ayahnya. Segitu teganya mengirim Taehyung ke negeri yang jauh. Oke Jerman bukan tempat yang asing baginya selama belasan tahun. Tapi, Taehyung tumbuh besar di Korea dan saat ini sedang di rundung kegelisahan namun malah dikirim kesana.

"Appa tega sekali." Ujarnya pada Ayahnya setelah mengetahui Kim Taehyung akan ke Jerman.

"Aku akan ikut Kim Taehyung ke Jerman."

"Oh kalian berdua akan kesana? Terserah."

"Urus saja perusahaan Appa itu. Jangan pedulikan kita berdua." Kim Seokjin memandang Ayahnya dengan penuh kebencian. Lalu segera pergi dari ruang kerja Ayahnya dengan rasa kesal yang membuncah di dada.

***
Udara Jerman terasa begitu sejuk. Kim Seokjin menginjakkan kaki lagi setelah dua bulan pulang ke Korea. Ia tidak pernah menyangka bahwa hubungannya dengan adiknya membaik, bahkan Kim Taehyung tengah bersamanya saat ini.

"Kim Taehyung?" Panggil Seokjin yang kini sedang mengendarai mobil. Adiknya hanya menatap jendela sambil melihat jalanan kota Berlin yang ramai.

"Hyung."

"Iya?"

"Aku senang bersamamu saat ini." Ujar Kim Taehyung dengan suara rendah.

Sudut bibir Kim Seokjin membentuk senyuman. Perasaan hangat menjalar di rongga hatinya. Sudah lama sekali ia merindukan saat-saat bersama Kim Taehyung. Rasanya ia begitu bahagia hingga ingin menangis.

DELICATE [VRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang