BAB 3

23.5K 2.8K 303
                                    

A/N: Maaf sudah satu bulan nggak update TPP karena kemarin masih ada project yang harus diurus. 

Saya sendiri sempat lupa sampai di bagian mana terakhir nulis cerita ini, jadi baru baca lagi dari awal dan menulis kelanjutannya lol Terima kasih atas kesabarannya menunggu.

***

"Bhuwahahaha!"

Di dalam salah satu ruang tunggu gedung Soma TV, tawa keras itu mengejutkan Dika yang baru saja menyerahkan segelas kopi pada Elgar. Dengan panik ia buru-buru menekan jari telunjuk di bibir, "Gar! Ketawa lo jangan kenceng-kenceng!" desisnya sambil memandang ke sekeliling. Meski hanya ada mereka berdua di sana, tetap saja Dika merasa was-was. Elgar Birendra adalah gambaran sempurna pria dewasa yang cool, tenang, sekaligus berwibawa. Tawanya yang tanpa aturan itu bisa saja merusak citranya di depan publik, "Image lo, Gar, inget image lo!"

Seolah tak memedulikan peringatan manajernya, Elgar tetap asyik tertawa, "Usahanya buat mengintimidasi gue lucu banget. She thought she had defeated me."

"Hah?"

"Dia nggak tahu kalau reaksinya itu malah bikin gue..." Elgar berhenti sejenak, mengakhiri kalimatnya dalam kekehan pelan, "want to tease her more."

"Bentar, bentar. Gue nggak paham. Lo lagi ngomongin siapa?"

"Katyana Magani."

"What?!" Dika kontan membelalak, syok, "Lo sarap? Katyana nggak mungkin mengintimidasi siapa pun apalagi lo! Dia artis paling humble yang pernah gue tahu." pujanya menggebu-gebu, "She's so pure and sweet, like an angel in human form!"

Angel? Yeah, right. Death angel. Elgar mengeluarkan suara dengusan dari hidung. Tampaknya Dika merupakan salah satu korban yang tertipu penampilan luar Katyana. Well, Elgar tak berniat merusak khayalannya. Ia akan membiarkan Dika terus bermimpi.

"Gue serius. Jangan sampai lo macem-macem sama dia." Dika mengerutkan kening, hilang sudah senyum santai yang biasa menghiasi wajahnya, "Katyana pasti dengan mudah termakan rayuan maut lo, tapi gue harap lo nggak PHP-in dia. Kasihan, Gar. Dia cewek baik-baik."

Ingin sekali Elgar memukul kepala Dika untuk menyadarkannya. Bagaimana bisa manajernya ini bicara seolah-olah ia adalah pria brengsek yang berniat menodai Katyana?

Bagi orang lain, Katyana mungkin tampak seperti seekor kelinci yang jinak dan mudah didekati. Tapi di mata Elgar, perempuan itu tentu lebih cocok disandingkan dengan rubah—sosok yang berbahaya sekaligus penuh kecerdikan.

***

Katyana mati-matian menjaga senyumnya ketika Thomas menjelaskan jadwal mereka hari ini. Demi mempererat hubungan antara pemeran utama, tim Finest akan meminta Elgar untuk menghabiskan waktu bersama—masing-masing satu hari—dengan ketiga kandidat Grisha.

Arin dan Felli semringah, benar-benar antusias mendengar pengumuman itu. Setelah berhari-hari menjalani latihan intensif, akhirnya mereka bisa sedikit bersantai bersama Elgar tanpa harus dipusingkan tentang masalah akting atau mempelajari naskah.

Yang benar saja! berbanding terbalik dari reaksi mereka, Katyana hanya bisa mengeluh dalam hati. Kalau memang tim Finest ingin memberikan mereka waktu beristirahat, seharusnya izinkan saja ia bergulung selimut di kasur, bukan malah mengatur acara kencan yang sesungguhnya tak ada sangkut-pautnya dengan audisi.

"Anda bertiga dapat mengambil nomor undiannya sekarang." disaksikan oleh seluruh finalis di dalam practice room 1, Thomas mempersilakan ketiganya maju ke depan.

Dengan ogah-ogahan Katyana memasukkan tangan kanannya ke dalam kotak undian di atas meja. Jika boleh berharap, ia ingin mendapat giliran terakhir. Malas sekali kalau hari ini ia harus keluar—

The Paragon Plan (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang