Extra chapter II

179 7 2
                                    

"WHAT!!! "

Teriak Arsya dan Dinda bersamaan .

Mereka saling memandang satu sama lain, demi apapun mereka tak percaya dengan apa yang mereka dengar, raut terkejut Arsya berubah menjadi raut emosi, mata elangnya menatap tajam Zidan seakan ingin menerkamnya sekarang.

"Brengsek! "

Bughh!

Arsya langsung berdiri dan meninju rahang Zidan hingga pria itu tersungkur dilantai, teriakan pengunjung lainnya mulai terdengar  hingga ketelinga Kanaya yang sedang membersihkan Zilla yang baru selesai pup.

Kanaya berusaha tak menanggapi keributan itu dengan fokus memakaikan Zilla pempers dan celananya.

Begitu selesai, Kanaya langsung keluar dari toilet, dan betapa terkejut nya ia saat melihat suaminya dan Arsya tengah baku hantam di tengah kerumunan orang, sedangkan Dinda berusaha meleraikan kedua pria itu.

Kanaya berhasil menerobos kerumunan itu, "Stop it!! "teriak Kanaya membuat Arsya yang ingin melayangkan pukulan ke wajah Zidan menjadi berhenti.

Arsya melirik Zidan dibawahnya yang sudah babak belur sedangkan dirinya hanya mendapati luka disudut bibirnya, Arsya bangkit lalu merubah kepalannya menjadi terbuka lebar dan mengadahkan nya ke wajah Zidan.

Zidan sempat melirik tangan itu. Namun, ia paham maksud Arsya, dengan perlahan ia menjabat tangan itu, Arsyapun segera menariknya hingga Zidan berdiri tegak meski sempoyongan sebab luka parah yang didapatnya.

"Ada apa ini? "tanya Kanaya pada Dinda yang sudah pucat basi sebab menyaksikan pertarungan dua pria gagah itu.

Dinda hanya sanggup menggelengkan kepalanya tanpa berniat menjawab.

Merasa tak puas dengan jawaban Dinda, Kanaya beralih menatap Arsya, "Kenapa lo mukul suami gue? "tanya Kanaya.

Arsya melirik Kanaya sebentar lalu ia merogoh sakunya, kemudian ia mengeluarkan sebuah kertas panjang yang di balut plastik dan memberikannya pada Kanaya, alis Kanaya berkerut melihatnya.

Sesaat mata Kanaya membulat, di kertas itu tertulis nama Arsya dan Dinda yang di hias dengan gambar sepasang cincin, ini artinya....

"Lo sama Dinda bakalan nikah? "tanya Kanaya tak percaya.

Arsya dan Dinda mengangguk, "Hari sabtu, dateng yah! "ucap Arsya datar lalu menggenggam tangan Dinda dan membawanya pergi dari sana.

Kanaya hanya bisa melongo sambil memandangi kertas undangan itu, sesaat ia sadar dengan kondisi suaminya yang babak belur membuat Kanaya langsung menyimpan kertas undangan itu lalu merangkul Zidan untuk keluar dari cafe tersebut.

--ooo--

Hari ini adalah hari yang membahagiakan bagi Arsya dan Dinda. Bagaimana tidak ini adalah hari pernikahan mereka. Lihatlah! Mereka berdua tak berhenti mengembangkan senyuman nya dari akad sampai resepsi.

Acara megah itu dilangsungkan di sebuah gedung besar dan berisikan tamu tamu dari kalangan atas, sebab Arsya adalah pewaris perusahaan besar sejak ayahnya meninggal setahun yang lalu.

Zidan dan Kanaya ikut hadir di acara meriah itu, mereka nampak tengah mengantri untuk menyalami sang pengantin di pelaminannya.

Setelah antrian yang panjang, saat nya giliran Zidan dan Kanaya, pertama Kanaya menyalami Arsya kemudian Dinda yang langsung memeluknya dengan erat, sedangkan Zidan memeluk Arsya ala laki-laki.

"Gue minta maaf udah mukulin elo sampek babak belur, gue cuma emosi elo udah nyakitin Mikayla, bagaimana pun juga Mikayla sahabat gue-"Zidan melepas pelukan nya, ia menatap Arsya sambil terkekeh.

"Iya, gue juga gak dendam sama lo, kalau gue di posisi elo, gue bakal bunuh langsung orangnya! "ledek Zidan.

Arsya ikut terkekeh, "sok banget lo! Yaudah, gue bunuh lo gak papa kan? "tanya Arsya.

Bukannya marah, Zidan malah tertawa, "Jangan! Entar bini gue jadi janda muda! "bisik Zidan ketelinga Arsya, sontak Arsya tertawa mendengar nya.

Mata Arsya menangkap anak kecil yang di gendong Kanaya, "Itu anak Mikayla? "tanya Zidan sambil mencubit gemes pipi Zilla.

"Iyalah, cantikkan? Anak gue gitu loh! "ucap Zidan bangga.

"Yeee! Gak ada mirip miripnya sama lo, mirip juga sama Mikayla! "

"Yaiyalah mirip sama Mikayla, kan anaknya, gimana sih? "ujar Zidan kesal, sedangkan Arsya malah cengengesan sambil menggaruk tengkuknya.

"Hehe! Ya sorry! Udah sono lo! Liat tuh masih panjang yang ngantri! "Arsya menunjuk kearah antrian yang menunggu Zidan selesai dari sana.

Zidan yang melihat hanya bisa meringis, "Maaf ya bapak-bapak ibu-ibu! "ucap Zidan sambil mengatupkan kedua telapak tangannya.

Arsya terkekeh melihat tingkah Zidan, "Selamat ya bro! Semoga menjadi keluarga SAMAWA."

"Iya, thanks ya udah dateng! "

Kini Zidan berhadapan dengan Dinda, "Maafin gue ya! Dulu gue kasar banget sama lo! "ucap Dinda.

"Udah berlalu gak usah diingat, gue juga udah lupa kali! Intinya, lo selalu doain Mikayla semoga dia tenang disana. "

"Amiin! "

"Sekali lagi, selamat ya! "

"Iya, makasih ya! Kalau ponakan gue udah lahir kabarin ya! Jangan main tunggal! "peringat Dinda tak terbantahkan.

"Iya, pasti gue kabarin! Gue langsung pulang ya! "

Dinda mengangguk, Zidan segera menyusul Kanaya yang sudah menunggu dirinya di pintu gedung.

"Pulang yuk! "ajak Zidan, Kanaya mengangguk.

Garing ya?
Maafin ya
Buat kalian yang udah Vote,makasih ya
Cerita ini bakal aku revisi soalnya masih berantakan banget tulisannya
Dan buat extra chapter ketiga, belum tau apakah ada atau enggak, tapi insyallah ada.

Mau tau kisah selanjutnya?
Baca squelnya yang berjudul HOPE NOT masih diakun ini.

Sampai ketemu lagi 😙

Mikayla[Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang