XIII. Make it Right

483 55 6
                                    

"Na...Namjoon?"

Seokjin terkejut, kedua matanya membola karenanya. Kedua mata elang Namjoon melihat dua namja yang ada diruangan yang sama.

Diruangan yang sama? Heh, siapa sosok yang berani mengambil kesempatan untuk berduaan dengan namja yang sudah ditandai oleh Namjoon Kim?

Namjoon tersenyum miring, ia menatap Seokjin dengan tatapan aneh. Membuat Seokjin mengkerut karena takut.

"Namjoon-ah, ini sahabatku, Lee Jaehwan. Jaehwan-ah, ini tunanganku, Kim Namjoon"

Oke perkenalan ini terasa canggung, karena Namjoon tak mau sedikitpun tersenyum pada Jaehwan. Sedikitpun tidak.

"Namjoon-ah..." panggil Seokjin.

"Halo Namjoon-ssi, aku sahabatnya Jinseok. Senang bertemu denganmu. Ah iya, Jinseok-ah, aku pergi dulu ya.."
Perkenalan diri Jaehwan, nampaknya belum membuat Namjoon mau menerimanya. "Permisi Namjoon-ssi"

Jaehwan keluar dari ruangan dan langsung menutup pintu ruangan dengan cepat. Takut akan aura menusuk dan tajam milik Namjoon. Tatapan tajam kembali dilayangkan oleh Namjoon kepada Seokjin. Berbagai pikiran-pikiran yang tak karuan kembali menyerang tiap sel dalam kepala Namjoon.

Seokjin bangkit dari duduknya dan menyiapkan kursi untuk diduduki Namjoon nantinya. "Duduklah"

Namjoon tak menghiraukan panggilan Seokjin. Membuat Seokjin merasa kaku, dan canggung. Oh ayolah, apa Namjoon begitu posesif? Sampai-sampai ia tak diperbolehkan untuk berbicara dengan seorang sahabat?

"Siapa dia?" pertanyaan Namjoon membuat Seokjin lega, ia masih mau berbicara dengannya.

"Dia sahabatku, Lee Jaehwan. Dia juga dokter disini, tepatnya dia adalah kepala dokter yang ada disini... Duduk dulu Namjoon-ah" jelas Seokjin lalu meminta Namjoon untuk duduk dulu.

"Harus kalian bicara di dalam ruangan yang sama, Seokjin-ah? Panggilan apa tadi yang ia berikan padamu..? Jinseok? Cih, siapa dia, berani-beraninya memberimu panggilan seperti itu..." Namjoon duduk di hadapan Seokjin. Dia kembali menatap Seokjin dengan tajam.

"Namjoon-ah, dia itu sahabatku dari kecil, makanya dia bisa memanggilku seperti itu..."

Namjoon memutar bola mata malas. Ia seperti tak menerima pernyataan dari tunangannya itu. Dia adalah pria yang posesif, sekali ditandai oleh pria bernama Namjoon Kim. Maka kamu tak akan bisa menghindar dari keposesifannya. Bahkan untuk menemui sahabatmu sendiri, kamu harus punya persetujuannya.

Apa dia semacam presdir yang harus menandatangani kontrak ataupun proposal agar bisa melaksanakan tugas? Tapi bukankah dia memang CEO sekaligus pemilik dari perusahaan keluarganya?

Tapi bukan berarti untuk sebuah hubungan dia harus menetapkan aturan seperti itu juga..

"Berhenti menemuinya..." ucap Namjoon telak. Seokjin heran.

"Namjoon-ah..., dia sahabatku, aku juga butuh teman curhat, aku sedang ingin curhat dengan sahabatku, tolong jangan seperti ini" pinta Seokjin. Namun ia merasa Namjoon tak akan pernah menyetujui itu. Ia keras kepala. Bahkan Seokjin curiga, kepala Namjoon mungkin saja terbuat dari batu saking kerasnya.

"Keputusan akhirku.. Kau tidak boleh menemuinya lagi.. Titik dan tidak ada bantahan!!" 

Sialan. Ingin sekali Seokjin memukul kepala itu dengan sebongkah batu, dan membuatnya menjadi lebih lembek. Atau bila perlu, Seokjin harus melunakkannya dengan merebusnya di dalam rebusan kaldu.

"Namjoon-ah..! Tolong jangan posesif seperti ini, aku juga butuh teman, aku juga tau diri, kalau aku sudah punya tunangan, aku juga tak ingin dan tak niat untuk mengkhianatimu, Namjoon-ah..!"  jelas Seokjin. Namjoon geram.

Sweet and Clumsi'es Boyfriend [END]Where stories live. Discover now