XX. Lost!

439 43 3
                                    

Balik lagi ke laptop..!
Authornya plin to the plan sekali /hehe/
.
.
.
.
.
.





Seokjin kini tengah duduk cemas. Pasalnya, sang adik kecil tak kunjung kembali. Ia menghilang. Bahkan teleponnya saja tidak aktif.

Sedangkan laporan Namjoon tadi hanya malah menjadi boomerang. Pasalnya Hoseok menelpon Namjoon, dan berkata kalau Jimin ada di rumahnya, sedang menangis tersedu-sedu.

Hoseok juga menambahkan kalau ia takut melihat Jimin yang menangis di tengah malam.

Jadi, sekarang Seokjin sedang sendirian di rumah. Ia menggigiti jemari tangan lentiknya. Sembari matanya terus mengawasi jam dinding dan pintu apartemen.

Ting tong...

Seokjin langsung buru-buru membuka pintu. Dan mendapati sang adik dalam keadaan lusuh, dengan bau alkohol yang tak terlalu menyengat namun cukup untuk membuat Seokjin berjengit.

Adiknya terlihat lelah, Seokjin langsung memapahnya untuk masuk ke dalam. Ia menyimpan dalam-dalam rasa penasarannya, dan memilih untuk membantu adiknya melepas sepatu.

Raut wajah Yoongi sudah cukup menjelaskan kalau pria muda itu sedang banyak pikiran, dan Seokjin sadar, dirinyalah sumber pemikiran itu.

“Kau tak tidur, hyung?” tanya Yoongi, sambil mengusap wajahnya agak kasar. Seokjin menggeleng pelan, lalu beralih ke dapur.

Tak lama, ia membawa segelas air putih dan obat anti mabuk. “Minumlah. Setelah itu tidur” ucap Jin, sambil menyerahkan air dan obat itu. 

Ia sendiri juga lelah, menunggu adiknya pulang, dan juga menemani Namjoon sedari tadi. Ia beberapa kali menguap pelan.

“Maaf hyung” satu suara menginterupsi, Jin langsung menoleh. “Untuk apa?” tanya Jin, ia terkekeh pelan, sambil berpikir sejenak.

Bukankah Seokjin yang seharusnya meminta maaf? Kenapa malah Yoongi yang balik meminta maaf?.

Seokjin memilih untuk tidak menggubris perkataan maaf Yoongi, ia malah bertanya, “Buat apa minta maaf, Yoongi-chi? Kau tak salah apapun‘’ ujar Jin lalu membersihkan gelas bekas minum milik Yoongi.

“Maaf karena aku menyimpan rasa cinta yang salah padamu, hyung. Ak- ” Jin memotong perkataan Yoongi.

“Aku juga mencintaimu, Yoongi-chi. Tapi bukan sebagai seorang kekasih, aku mencintaimu sebagai seorang adik. Kau adik kecilku. Adik kesayanganku, dan akan tetap begitu, selamanya”

Yoongi sudah sepenuhnya sadar saat ini. Hyungnya tak pernah membencinya, ataupun menjauhinya hanya karena pernyataan cinta darinya.

Ia menahan air matanya agar tak tumpah. “Hei, kenapa kau menangis?” tanya Jin lalu menghampirinya, mengelus pundaknya.

Yoongi heran, terbuat dari apakah hati hyungnya ini? Kenapa ia begitu penyayang? Kenapa ia tak pernah sakit hati dan membentak dirinya?

Ia sadar, kasih sayang hyungnya tak mungkin bisa ia miliki sepenuhnya, tapi hyungnya akan selalu tetap menyayanginya, sampai kapanpun.

Jin tetap mengelus pundak dan lengan Yoongi bergantian, lalu mengucapkan kata penenang untuknya. “Hei, jangan menangis, kau bukan anak kecil lagi, ayo berhenti menangis~”

Yoongi sedikit tersenyum dalam tangisnya, “Aku bukan anak hiks kecil lagi hyung~” rengeknya yang masih diselingi isakan kecil.

Jin memeluknya. “Jangan pergi lagi, ingat itu! Aku mencarimu kemanapun, dan lain kali jangan matikan handphonemu” Jin menepuk singkat pundaknya.

Sweet and Clumsi'es Boyfriend [END]Where stories live. Discover now