Chapter 11

2.1K 295 34
                                    

Setelah selesai dari pencarian Rosé, jennie masuk kembali ke apartemennya. Sepi.

Tak ada suara indah menyambutnya saat pintu mulai terbuka.

Jennie melangkahkan kakinya untuk ke kamar mandi, tentu saja untuk membersihkan dirinya yang sudah terlihat sangat kusut.

Setelah selesai ia langsung merebahkan dirinya di atas kasur empuk. Rasa lelahnya masih melekat di dalam tubuhnya.

Pikirannya? Tentu saja pada Rosie adiknya. Seharusnya dia dan juga Rosé pergi jauh dari negara ini.


{Seoul,}

Sepulang sekolah Jennie memang selalu menunggu Rosé di gerbang sekolah.

Namun sampai saat ini, sampai matahari mulai menunjukkan warna ke orenannya Rosé belum juga keluar. Tentu saja Jennie merasa khawatir.

Tidak mungkin jika Rosé pulang duluan, sebab Jennie selalu lebih dulu berada di depan gerbang saat jam pulang berbunyi. Jadi kemana Rosé?

Jennie kembali memasuki sekolahnya, ia menelusuri setiap koridor kelas, melihat-lihat di mana keberadaan adiknya berada.

'Jangan lagi, jangan lagi' -guman Jennie sepanjang jalan.

Sampai ia berhenti di sebuah kantin yang posisinya berada diujung sekolah, ia melihat Rosie adiknya tengah di kerumuni oleh beberapa siswa dan siswi.

Matanya semakin membulat saat kerah Rosé dipegang oleh seorang siswa dan wajah mereka menjadi sangat dekat, wajah takut pun terlihat dari Rosé, matanya memerah seolah menahan tangis yang tiba-tiba akan jatuh.

'Ah terjadi lagi.' -guman Jennie mengepalkan tangannya.

Inilah alasan Jennie menganggap Rosé sebagai adik kandungnyanya sendiri, ia selalu ingin melindungi Rosé, hatinya terasa sakit jika sesuatu terjadi padanya.

Rosé selalu di perlakukan buruk oleh temannya sendiri. Itu karna kasta yang tejadi di sekolah ini sangat mencolok. Rosé hanya gadis biasa. Ia mendapat beasiswa di sekolah ini. Yang membuat siswa lain berdecak kesal pada siswa yang mendapatkan beasiswa.

"Yaak apa yang kau lakukan?!" teriak Jennie membuat semua siswa dan siswi disana melihat ke arahnya, termasuk Rosé.

Terdapat 3 siswa dan 3 siswi, oh mungkin mereka adalah sepasang kekasih.

"Lepaskan tanganmu!" Jennie mendekat ke arah mereka, dan ia memegang tangan yang mencengkeram kerah Rosé.

Tangan itu pun terlepas dari kerah Rosé. Jennie berganti memegang tangan Rosé dan menariknya mundur ke belakang.

"Oh guys, akhirnya unnienya Rosé datang juga" ucap seorang siswa yang tadi mencengkeram kerah Rosé.

"Yaaak apa yang akan kau lakukan hah?!" tatapannya melihat semua siswa siswi itu secara bergantian.

Bugh..

Tanpa aba-aba satu pukulan dari siswa yang memegang kerah Rosé mendarat di pipi atas Jennie karna terlalu kesal, alhasil pelipisnya berdarah, Jennie pun mendorong Rosé untuk menjauh, demi menghindari Rosé dari pukulan.

Setelah itu Jennie melepas tasnya dan memukul kepala salah satu siswa dengan tasnya yang membuat dia terhuyung ke belakang.

Pukulan melayang ke arahnya namun Jennie lebih dulu menangkap tangannya dan memutar badan itu, tendangan mengenai punggung siswa itu.

Baku hantam pun terjadi, satu lawan tiga. Untungnya Jennie mengikuti ekskul karate, jadi tentu saja itu mudah bagi Jennie walau tidak begitu mudah juga melihat mereka yang ternyata pandai bela diri.

Wound ✓Where stories live. Discover now