23.

2.6K 82 11
                                    

"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan (permintaan) bagimu..."
[QS. Ghafir : 60]

💗💗💗

"Zahra..."

"Kak Alvin, Kakak sudah sadar, Masyaa Allah"

"Kamu kenapa nepuk nepuk pipi kayak tadi" Alvin terkekeh pelan

"Kak Alvin, udah jangan ketawa ketawa dulu, kondisi kakak masih lemah.."

"Em.. Ini apa sih? Saya lepas ya." Alvin melepas selang oksigen dari hidungnya

"Kak Alvin, jangan ih!" Zahra panik, sekaligus kesal dengan Alvin, dalam kondisi begini suaminya ini masih sangat menyebalkan.
"Zahra panggil dokter dulu, kak Alvin jangan gerak gerak, ya.."

Zahra pergi untuk memanggil dokter, sebenarnya ia bisa saja menekan bel, tapi banyak alasan yang membuatnya ingin memanggil dokter secara langsung. Pertama, takut jika dokter datangnya lama. Kedua, dia ingin mengatakan kabar bahagia secara langsung kepada seluruh keluarga yang sedang menikmati makan siang di kantin rumah sakit. Dan ketiga, dia merasa canggung jika ada didekat Alvin ketika dia sudah sadarkan diri seperti ini, jantungnya berdegub kencang ketika melihat mata Alvin apalagi jika Alvin menatapnya dengan penuh cinta. Entah kenapa, ada yang berbeda.

***

"Dokter.. dokter!" Zahra memegang pergelangan seorang dokter perempuan, salah satu dokter yang merawat alvin.
"Dokter, kak Alvin sudah sadar dok, dia udah bangun"

"Alhamdulillah.. iya mba Zahra, mari kita kesana"

"Dokter duluan aja, saya mau panggil keluarga saya dulu di kantin"

Dokter itu mengangguk, merekapun pergi dengan arah yang berbeda. Dokter ke ruangan Alvin dan Zahra pergi ke kantin.

Zahra berlari dengan antusias, dia tak sabar memberi kabar membahagiakan ini kepada Alifia dan yang lainnya.
Hingga Zahra tak sadar menibruk seorang pria berkaca mata yang juga sedang terburu buru, pandangannya tak tertuju pada jalan yang di lewatinya karna sedang sibuk merapikan jas putihnya.

"Astagfirullah" kini Zahra terjatuh dalam kondisi duduk karna tenaga nya yang kalah kuat dengan badan pria itu

"Aduh, maaf mba.. mba gapapa?" Pria itu mengulurkan tangannya untuk membantu Zahra. Lantas Zahra menolak dan langsung menyatukan telapak tangannya, dia berdiri dengan menumpukan tangannya pada lantai.

"Iya gak papa dokter. Saya juga salah jalannya gak hati hati.. permisi dok.." Zahra berlalu meninggalkan sang dokter dengan kepala menunduk.

"Mba, tunggu." Dokter itu membuat Zahra kembali menoleh ke arahnya

"Saya mau tanya? Mba tau ruang icu dimana?"

"Ruang ICU?"

"Iya mba. Saya dokter pengganti yang menangani pasien di ruang ICU, jadi saya kurang tau seluk beluk rumah sakit ini, saya tidak sempat bertanya karna langsung di suruh kesana, katanya pasien sudah sadar."

"Aa.. dokter pengganti dokter Rando?"

"Iya mba, dari mana mba tau?"

Imam Impian {Next Part}Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon