1

2.9K 63 1
                                    

Leonar lark lieson, nama panjang itu milik pria yang duduk disana dengan penuh kharisma dan wibawanya. Meski umurnya kurang dari 30, ia sudah mendapat julukan miliarder ternama, bisnisman bermasa depan cerah. Kelahiran Indonesia yang mempunyai darah campuran Cina-Amerika. Berwajah Exotis dengan segenap pesona yang meruntuhkan setiap pertahanan atas perhatian yang tertuju padanya.

Menghempas nafas lega, itu adalah reaksi Neira saat pria itu berdiri mengakhiri meeting bulanan ini sebelum berlalu pergi dengan meninggalkan tingkat kedinginan atas auranya yang masih tersisa.

Sungguh, merangkap bagian keuangan serta bagian kearsipan benar-benar menghabiskan tenaga dan pikiran extra.

Apalagi pak Wint yang seharusnya menghadiri rapat itu tiba-tiba meminta izin, oleh sebab istrinya melahirkan sehingga, gadis ini yang harus duduk di ruangan meeting tersebut dan payahnya tanpa persiapan maksimal.

Dengan cepat tangan kecil itu memasukkan laptop dalam tasnya, merapikan dokumen diatas meja karena sebagian besar kepala divisi sudah meninggalkan ruangan.

" Nona Neira, bisakah anda keruangan Mr. Leonar sekarang?" Asisten khusus sang bos sudah berdiri disamping meja membuatnya sejenak terpaku linglung.

Menyadari ruangan meeting ini sudah tak berpenghuni segera saja ia mempercepat pekerjaannya.

" Saya akan menyusul" katanya sambil menyusun dokumen didepannya.

" Biar saya yang bawa, nona" Mengabaikan tolakan Hota maraih tumpukan dokumen tersebut dan membawanya.

" Apa pak bos tidak bisa menunggu? " buru-buru menyusul langkah panjang Hota membiarkan dirinya tertinggal agak jauh dibelakang.

"Sepertinya begitu" Tidak peduli apakah gadis itu menolak, Hota terus saja melangkah cepat tidak ingin mendengar omelan sang bos gara-gara keleletannya.

Neira meringis menahan nyeri dikakinya, high hill yang dipakainya benar-benar menyakiti tungkainya.
Ini sungguh menjengkelkan, entah kenapa ia bersedia saja bila asisten tersebut menjemputnya untuk langsung menuju ruangan sang bos yang menurutnya hanya mempunyai expresi dingin diwajahnya.

Sudah hampir setengah jam, pria itu masih terlihat sibuk memeriksa dokumen-dokumen dan menandatanganinya beberapa mengabaikan Neira yang masih bertahan untuk berdiri di depan mejanya, sedang Hota merasa serba salah dengan kebisuan diantara mereka.

" Maaf sir, nona Neira sudah disini dari tadi menunggu anda" agak takut Hota sekali lagi mengingatkan Leonar karena pria tersebut tetap bergeming dalam pekerjaannya tanpa peduli saat Hota datang dan berkali-kali harus mengigatkannya kalau gadis yang dimintanya datang sudah berada diruangannya.

" Hmm... Apa yang kamu bawa?" suara itu akhirnya terdengar, sungguh melegakan.

" Ini dokumen milik nona Neira" Cepat tanggap dengan pertanyaan sang bos tentang apa yang ada ditangan, rasanya Hota ingin sekali langsung pergi dari sana.

Leonar mengangkat wajahnya menampakkan beberapa kerut didahinya, pandangan dinginnya seolah menusuk begitu saja
" Antarkan itu keruangan pak Wint"

Hota mengeluh dalam hati, harusnya dari tadi ia medengar kata-kata itu dari sang bos untuknya agar segera meninggalkan ruangan penuh aura dingin itu. Ia sadar diri kalau kehadirannya membuat kebisuan antara sang bos dan Neira. Tapi, ia bahkan tidak ingin meninggalkan gadis itu hanya berdiri disana untuk waktu yang cukup lama, ia tahu kalau Neira menahan siksaan itu sendirian jadi Hota benar-benar tidak tega untuk meninggalkannya.

TOUCH MY HEARTWhere stories live. Discover now