25

656 29 0
                                    

Tangan Neira begitu dingin menahan sakit yang begitu sangat di sekujur tubuhnya, ia mematikan AC yang berada di kamar Leonar. Entah kemana pria yang nota bene suaminya itu, ia belum terlihat memasuki kamar tersebut setelah acara makan malam tadi.

Wanita ini berbaring dengan melengkungkan tubuhnya tanpa bisa memejamkan matanya. Beberapa kali memindahkan posisi tubuhnya, namun sakit itu belum juga mereda.

Beringsut dari pembaringan, Neira sebentar saja terlihat keluar kamar, menuruni anak tangga dan menuju dapur rumah besar keluarga liam tersebut.

Sepi, itu hal yang membuat Neira agak takut untuk berada dalam rumah itu sekarang, tapi rasa sakitnya memilih agar dia cepat menuju ruangan dapur.

Neira mencari tombol lampu untuk menghidupkan penerangan dapur yang gelap, ia segera mencari panci dan memasak air untuknya minum sekedar mengurangi sakit di perutnya.

" Ach...semoga saja mama Anggela sudah tidur, kalau ia menemukanku disini pasti akan menanyakan sesuatu yang tidak ada habisnya" batin Neira sambil meneguk air hangatnya.

" Neira.. Kamu belum tidur?" Suara tersebut milik Seila membuat Neira menggenggam erat gelas ditangannya, ia pun berbalik dan menemukan Hirosi yang mengamit pinggang Seila dalam pelukannya.

" Kamu tidak bersama Leonar, apakah anak itu keluar meninggalkanmu sendirian? " Hirosi mengacak rambut Istrinya sebelum melepasnya dan menghampiri dispenser, mengambil air minum dan duduk di kursi meja makan di samping Seila berada. Ach.. Kenapa tadi Neira tidak melihat dispenser tersebut.

" Dia tidak pernah mau pulang meski aku ada di rumah" Hirosi meminum airnya setengah dan memberikannya pada Seila.

" Dulu setelah kejadian itu, dia tidak pernah pulang, kabarnya ia menjadi ketua salah satu mafia terbesar di cina, entah kenapa setelah dua tahun ia pindah ke Amerika dan tiba-tiba kembali ke Indonesia dengan nama besarnya, apa kamu tidak tau itu?" sambung Hirosi dan itu memperlihatkan reaksi Neira yang tidak nyaman dan gelisah.

" Tapi siapa kamu yang membuatnya pulang ke rumah, bahkan sekali lagi aku tanyakan punya kualifikasi apa kamu?"

Neira hanya diam mendengar Hirosi yang mencecarnya, sebenci itukah pria ini padanya. Menahan sakit yang tidak enak di perutnya, wanita ini duduk dengan gelas masih ditangannya.

" Apakah kalian berpacaran sehingga memutuskan untuk menikah?" Sepertinya Hirosi tidak ingin melepasnya dari masalah itu.

Neira menghempas nafasnya kasar, hal yang harus dihadapi tentu harus di hadapi, tangannya memutar gelas diatas meja berusaha mengumpulkan kata-kata dalam benaknya.

" kak Hirosi menganggap kami saling cinta hingga memutuskan untuk menikah? Begitukah? " Neira menatap mata Hirosi, mata itu berbeda dari milik Leonar sehingga ia tidak takut sedikitpun untuk menghadapinya.

" Tidak mungkin kalian tidak saling cinta bukan? " Hirosi menyeringai.

" Tidak benar, kami menikah tidak dengan landasan cinta tapi apa yang salah toh kalian juga menikah tanpa cinta tapi bisa menghasilkan seorang putri. Dari mananya yang seperti itu tidak dinamakan cinta? apakah itu hasil kebutuhan biologis yang tidak bisa di cegah tanpa rasa suka" Neira menohok telak Hirosi yang kini tersenyum kearahnya.

" Menurutku kalau hubugan seperti itu tanpa ada rasa saling suka namanya adalah pemerkosaan yang di paksakan diatas pernikahan, lantas menurut kak Seila dan kak Hirosi bagaimana?"

Ach.. Sial, Neira benar-benar wanitanya Leonar, pikir Hirosi dengan wajah masamnya. Bagaimana adiknya menemukan wanita tangguh dan unik seperti ini, meski Neira tidak dapat menyembunyikan wajah pucatnya tapi kata-katanya sungguh sangat mempresentasikan bahwa Hirosi dan Seila memang saling mencita, bahkan Hirosi mengakui itu dalam hati kecilnya.

" Sungguhkah kalian bisa melakukan hubungan itu kalau tidak merasa saling suka? "

Hirosi menatap wajah pucat Neira, gemas rasanya mendengar kata-katanya. Hirosi ingin melontarkan kata-kata untuk membalasnya tapi genggaman Seila menghentikannya.

"Sudahlah sayang, lebih baik kamu kembali ke kamar jangan  keterlaluan padanya, lihatlah Leo sudah benar memilihnya"

Ucapan Sheila mampu membuat Hirosi bangkit berlalu pergi, Dan tinggallah kedua wanita tersebut dalam kesunyian yang mereka Buat.

" Maafkan Hiro, sebenarnya dia tidak ingin Leonar dimanfaatkan oleh wanita yang hanya memandang fisiknya saja" Seila memecah keheningan diantara mereka.

Neira sedikit tersenyum mendengarnya, atas dasar apa Hirosi sampai menyamakan dirinya dengan wanita lain yang tergila-gila dengan hanya melihat wajah Leonar. ia juga heran kenapa tadi sebegitu lancarnya ia mengatakan kalimatnya pada Hirosi dan melupakan rasa sakit yang sekarang berdenyut bahkan hampir di seluruh tubuhnya, adakah yang salah dengannya.

Tbc...........

TOUCH MY HEARTWhere stories live. Discover now