32

549 24 0
                                    

Selina meninggalkan Neira di resto seafood sendirian, sengajakah sahabatnya tersebut berlaku seperti itu? Padahal sekarang Neira sangat menderita oleh sakit bulanannya yang tak juga reda.

Segelas air dingin yang di pesan Neira tidak juga meredakan sakit yang ia rasa. Kembali wanita ini meneguk air dingin tersebut berharap kali ini dapat menghilangkan rasa sakit dan tidak enak di badannya.

" Air dingin tidak baik untukmu" Seseorang tiba-tiba meraih gelas yang diminum Neira membuatnya sedikit tersedak.

Agak ragu Neira mengambil tisu yang terulur padanya dan mengusap bibirnya yang basah oleh air dingin tadi.

Pria itu yang kini duduk di depannya memanggil seorang waiter memesan segelas air hangat serta makanan kecil dan menyuruhnya membawa gelas minuman dingin milik Neira.

" Kenapa di sini?" Suara Neira parau setengah tidak percaya.

Pria tak lain Leonar tersebut tidak langsung menjawab, ia mengambil sesuatu dari balik jasnya.

" Mengantarkan obat untuk istriku, bukankah masih sakit" mengangsurkan obat yang dimaksudkan, Leonar tak lepas dari wajah kepucatan yang duduk gelisah di depannya.

" Ini pesanan anda tuan" Seorang waiter datang dengan air hangat yang dipesan Leonar.

" Terimakasih" singkat dan dingin. Neira menilai sikap dan kata-kata Leonar.

" Minumlah, sebelum sakit itu membuatmu tidak bisa meninggalkan tempat ini tanpa bantuanku"

Neira berdecak kecil, ia hanya bisa menerima sebutir obat dari tangan Leonar dan meminumnya.

"Kalau ada apa-apa telfon saja, aku ada di lantai lima. Atau kalau urusanmu sudah selesai langsung saja datang kesana temui aku" Leonar bangkit tidak menunggu jawaban atau reaksi yang diberikan Neira, ia begitu saja meninggalkan tempat itu tanpa menanyakan pada Neira ada urusan apa sehingga ia berada di sini sekarang.

Tapi, bagaimana Leonar bisa tahu kalau Neira berada di resto seafood tersebut.

Ah, Neira tidak ingin berfikir, toh ia harus sudah tahu kalau apapun yang di inginkan suaminya harus di dapatkannya.

Mengerjab, Neira ingin segera berlari saja dari tempatnya duduk sekarang, kenapa Selina harus datang dengan sang kakak, Andreas Yogi Pranata. Tidak tahukah Selina bahwa sebelum tadi ia bertemu dengannya, Neira sudah dimaki-maki seorang wanita gara-gara merebut suaminya, yang katanya Andreas pranata-lah suaminya.

Neira cepat meminum air hangatnya untuk mengusir rasa tegangnya, toh disini ada Selina kalaupun wanita tadi datang lagi.

" Nei...maaf, aku sengaja mempertemukan kalian, ada yang musti kakakku bicarakan" Selina begitu santainya duduk di samping Neira. Sedang Andreas duduk bersebrangan dengan Neira.

" Memangnya apa lagi yang harus dibicarakan?" Neira berusaha bersikap dingin.

" Ayolah Nei, hanya sebentar" Selina menarik lengan Neira ketika wanita ini hendak beranjak dari duduknya.

" Lin....aku tahu kamu sahabat terbaikku, tapi mengenai urusan dengan kakakmu aku sudah tidak ada hubungan apapun lagi"

" Nei...tidak bisakah kamu mendengarku sebentar" Andreas memohon.

Neira sudah jengah dengan sikap Andreas yang entah kenapa sangat tidak disukainya.

" Ndre...aku harus mendengar apa lagi darimu, permintaan maafmu sebelum kamu memintanya aku sudah lebih dulu memaafkan jadi, sudah cukup" Neira mengatur nafasnya agar tidak di kuasai emosinya yang mulai meluap.

" Nei...aku sungguh tidak ingin meninggalkanmu waktu itu" Suara Andreas seolah rengekan anak laki-laki kecil bagi Neira, entah kenapa Neira sangat ingin berlari saja dari sana.

" Lantas memangnya kenapa?aku akan mengerti jika itu kamu jelaskan dulu, tidak sekarang Ndre.."

" Maaf Nei, Aku meninggalkanmu karena keluargaku terpuruk kebangkrutan waktu itu, dan hanya pernikahan sial itu yang bisa menyelamatkan semuanya" agak ragu Andreas mengatakannya.

Sejenak Neira terdiam, pengakuankah yang barusan ia dengar. Tapi ia tidak ingin mendengar lainnya lagi.

" Jika kamu ingin aku mengerti, aku sudah mengerti. Lain dari itu aku tidak akan peduli. Kalau kamu menginginkan kita baikan dan kembali apa kamu sudah gila? Kamu tidak punya pikiran? Atau kamu ingin kita sama-sama hancur?" Neira sudah tidak bisa membendung emosinya yang dari tadi ia tekan. Atau mungkin lebih tepatnya sakit yang di kuburnya itu mencuat dan menganga lagi di sana.

" Dan semenjak kamu pergi, dari itu di hatiku tidak ada sedikitpun tentang dirimu. Sudah! Aku harap itu jelas untukmu" Neira bangkit tidak peduli dengan wajah Andreas yang memerah dan pria itu hanya mematung diam mendengar kata-kata Neira barusan.

" Nei....tunggu" Selina menyusul langkah Neira yang bergegas meninggalkannya.

" Tunggu Neira!" Andreas tiba-tiba saja menyambar lengan Neira membuat wanita ini menghentikan langkahnya. Apakah hari ini tidak akan terlewatkan begitu saja tanpa adanya drama lagi di setiap detiknya.

Menghempas nafas Neira mencoba melepaskan lengannya dari tangan Andreas.

" Aku tidak rela jika kamu pergi seperti ini, aku juga merasa sakit Nei..apa kamu tidak tahu itu, aku tidak menginginkan ini, pernikahan ini. Aku ingin tetap bersamamu" Andreas benar-benar nekat dan itu kembali menjadi perhatian orang-orang yang berada di sekitar mereka.

" Cukup Ndre..aku membencimu" Neira melepas tangan Andreas kasar sebelum pergi dari sana.

Neira benar-benar sadar wanita itu, istri Andreas yang sebenarnya berada disana, bukan wanita yang tadi melabraknya tapi wanita itu lebih anggun dan cantik karena Selina memanggilnya dengan "Kakak ipar".

---**--**----

Melangkah cepat, Neira ingin sekali menuju tempat dimana Leonar berada, perasaannya yang tidak karuan membuatnya sedikit ragu untuk ke sana. Sementara Selina tetap mengikutinya dan mencoba meminta maaf padanya.

" Maafkan aku Neira, seharusnya aku lebih dulu menceritakannya padamu, tentang kak Andreas yang sudah menikah dan tekanan orang tua kami terhadapnya saat itu" Ucap Selina saat mereka menaiki tangga exalator untuk naik.

" Sudahlah Lin...sudah cukup, itu sudah terjadi, harusnya aku dan kakakmu menjalani hidup masing-masing"

"Kamu marah padaku Nei, Aku akui aku benar-benar salah" Selina mendahului Neira menapaki lantai mall, ia berusaha berjalan disisi Neira.

Neira hanya diam, ia berhenti di pinggir pagar kaca. Dadanya begitu sakit melihat di sana, Edward Maulana sedang berjalan ke arahnya. Haruskah ia menyapa sang kakak tapi keadaannya sendiri tidak siap untuk itu.

Sementara Selina tidak menyadari kalau Neira berhenti, ia terus saja berjalan menjauh. Hingga Edward Maulana berjalan melalui Neira tanpa mengenalinya dan seseorang yang tiba-tiba mendorong tubuh Neira ingin menjatuhkannya ke bawah.

" Aaaah, tolooo...ng" Kaget Neira menjerit begitu saja, tangannya terasa nyeri memegangi pagar kaca sedang tubuhnya tergantung disana.

" Saya akan membawa Anda naik, bertahanlah" Seorang pria meraih lengan Neira, wanita ini sungguh tidak sanggup lagi menahan berat tubuhnya.

" Anda tidak apa-apa" Tanya pria Sang penolongnya saat Neira berhasil ditarik ke atas olehnya, dan kakinya sudah menapak lantai mall tersebut.

" Ah, terimakasih" Sahut Neira dengan nafas yang tidak teratur.

" Nei...kamu tidak apa-apa?" Suara itu begitu panik terdengar.

Tbc...........

TOUCH MY HEARTWhere stories live. Discover now