5. President

291K 27.3K 59K
                                    

punten~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

punten~


Happy Reading


Gadis itu diam saja ketika Lee Jeno melemparkan pertanyaan dengan pandangan menuntut seperti itu. Tangannya yang memegang obat merah dan kapas jatuh meluruh, kemudian ia menghela napas panjang dengan pasrah. 

"Aku obatin luka kamu dulu, Jen," sergah gadis itu, mengambil lengan kekar Jeno, namun baru menyentuhnya, Jeno menarik tangannya lebih dulu. 

"Jawab pertanyaanku, aku serius." Jeno kembali menekan kalimatnya.

Mengusap wajahnya, Jung Jeha akhirnya menatap sepasang mata yang sejak tadi menatapnya dengan intens itu, "aku juga serius, Jen. Kamu pikir jawabanku waktu itu main-main? Kamu pikir buat apa aku disini? Dan apa-apaan itu pertanyaanmu? Aku nggak peduli mau kamu semiskin apa dan–"

"Kamu yakin itu bukan rasa kasihan?" Sahutan Jeno entah mengapa terdegar skeptis. 

Jeha sempat terdiam seketika, dia tidak menyangka Jeno benar-benar akan melemparkan pertanyaan seperti itu. Meskipun dia sendiri tidak yakin, tapi pertanyaan yang lebih seperti tuduhan itu sedikit menyinggung perasaannya. Padahal, dia sudah sangat berusaha. 

"Apa kamu lagi nuntut aku sekarang?" Jeha bertanya balik. 

"Aku cuma nggak mau kamu ngelakuin semua ini karena terpaksa," terang Jeno dengan mata tajamnya. 

"Terlepas dari rasa kasihan atau bukan, aku cuma mau ada di samping kamu dan nemenin kamu, nggak peduli gimana pun keadaanmu," Jeha membalas tatapan itu dengan terang-terangan, "nggak peduli kamu bisa diandalin atau nggak, karena kamu nggak harus maksain diri kamu sendiri, aku nggak mau cuma kamu yang bisa diandalin, aku mau kalau kamu andalin aku juga, apapun itu... yang jelas aku mau kita lalui semuanya sama-sama. Jen, kamu nggak pernah sendiri, itu maksud aku."

Gadis bersurai legam itu menggenggam tangan Jeno yang terasa begitu kasar, membuat pria itu bungkam seketika, mungkin lebih tepatnya dia dibuat tercekat dengan kalimat panjang lebar oleh gadis di hadapannya itu. 

Jeno tahu mungkin dia tak berhak, tapi bisakah dia benar-benar mengharapkan gadis ini untuk menjadi miliknya seutuhnya? 

Seorang gadis yang mau berada di sisinya dan melindunginya, meskipun telah ia sakiti berulang kali. Sebrengsek itukah dirinya? Manusia tak tahu diri. 

Seketika, Jeno tak memiliki nyali untuk bertatap muka dengan Jung Jeha, dia pun tak bersuara lagi. 

"Kamu harus janji sama aku mulai sekarang, jangan menyiksa diri kamu sendiri, jangan pernah merasa kalau kamu satu-satunya manusia yang paling berdosa." 

Gadis itu kemudian memeluknya, setelah mengatakan sepenggal kalimat yang mampu membuatnya jauh lebih tenang itu, Jung Jeha kemudian mengulurkan kedua tangannya yang kurus, lalu memeluknya. 

[✔] 3. WITH J : after he left meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang