Sang Lelaki Alpha (The Alpha Male) Part 5

6.8K 201 39
                                    

Suara malam menemani Nicky tidur di atas dinginnya lantai kontrakan kecil itu sampai matahari menyapa pagi dengan suara kicauan burung yang beradu dengan suara jalanan yang mulai menggeliat. Nicky terbangun, segera menuju dapur dan menenggak segelas air putih. Perutnya yang masih rata itu dielus perlahan dan seketika itu juga air matanya jatuh memikirkan apa keputusan yang akan diambil untuk anak pertamanya. 

Selesai mandi dan membereskan rumah, Nicky memasak untuk sarapan sambil menunggu lelaki pujaan hatinya setelah semalam ia tidur sendiri tanpa sentuhan calon suaminya. Jarum jam menunjukkan pukul 9 lewat saat ia mendengar suara deru motor Joni. Nicky segera menyambutnya dengan membukakan pintu. Joni mencium kening Nicky dan berlalu begitu saja ke dapur. "Dah masak kau dek? Abang lapar!" tanya Joni sambil duduk di meja makan rumah sederhana itu. "Nicky sengaja nunggu abang pulang supaya kita bisa sarapan bareng bang, Nicky dah masakin abang nasi goreng. Sebelum makan sepatu nya Nicky bukain dulu ya bang, masa makan di dalam rumah pake sepatu. Sini Nicky bukain." kata Nicky sambil berlutut di hadapan Joni dan dengan telaten membuka septu dan kaos kaki lelakinya. Nicky melayani Joni sarapan dengan hati senang karena memang Nicky sangat menyayangi Joni. Selesai sarapan, Joni duduk di ruang TV sambil menghisap rokok dan menonton berita pagi.

Nicky datang dengan membawa secangkir kopi pahit yang seolah sudah menjadi ritual wajib baginya setiap Joni selesai makan. "Bang, kopinya diminum dulu." kata Nicky meletakkan kopi di atas meja. Kemudian Nicky duduk di lantai dan memijat kaki Joni yang sudah telanjang dada hanya mengenakan boxer tipis berwarna hitam. "Jadi, apa jawabanmu?" tanya Joni dengan suara berat khas nya disertai nada kebapak an namun mengintimidasi. "Nicky...Umm, Nicky mantap ikut abang. " sahutnya. "Ikut abang gimana maksudmu? Yang jelas kau kalo ngomong!" sahut Joni dengan nada santai namun tetap mengintimidasi. "Iya, Nicky ikut aja maunya abang. Kalo memang Nicky harus menjadi pabrik anak untuk masa depan kita, Nicky ikut aja bang. Toh hasilnya untuk kehidupan kita ke depan." jawab Nicky sambil tersenyum pahit menahan emosinya membayangkan dirinya seolah menjadi pelacur pribadi Joni.

"Hmmm, kau sudah sadar posisimu sekarang kan?" tanya Joni sambil menyeruput kopi buatan Nicky. "Iya bang, Nicky hanya seorang v-male yang sudah abang setubuhi dan sekarang mengandung anak dari benih yang abang kasih. Setelah Nicky pikirkan, kalo bukan karena abang yang kasih benih itu ke rahim Nicky, dan seandainya sampai umur 20 nanti Nicky belum hamil, Nicky ga bakal bisa sama abang...hidup sama abang. Benih yang abang tanam justru yang membuat Nicky masih bertahan hidup sebagai seorang v-male. Rasanya aku ga tau diri aja kalo masih melawan Bang Joni yang sudah selamatkan Nicky dari maut. Sekarang Nicky sadar apa maksud abang dengan lelaki Alpha. Dari abanglah kehidupan itu berasal, dari abang nyawa Nicky bisa selamat. Nicky siap melahirkan anak ini dan Nicky akan berusaha tabah dan kuat kalo harus liat anak ini dijual." Nicky menjawab pertanyaan itu dengan mantap sambil mencoba ikhlas.

Joni mematikan puntung rokoknya ke asbak keramik putih yang penuh abu rokok kemudian berdiri sambil mengangkat Nicky untuk ikut berdiri. Joni dan Nicky berdiri berhadapan sambil kedua tangan Joni melingkar di pinggang langsing Nicky. Mereka saling tatap dengan latar sinar mentari pagi yang masuk melalui jendela kontrakan sederhana itu. Bibir mereka berpagut, lidah mereka saling beradu seolah ada seribu kata yang ingin diucapkan namun tak mampu terucap karena mereka berdua sudah dikuasi hasrat birahi sebagai pasangan kekasih. Tanpa sadar Nicky sudah telanjang bulat di ruang TV itu sementara Joni masih memaki boxer yang sekarang seolah membentuk tenda karena batang kejantannya yang berdiri gagah menantang. Nicky tersenyum dengan air mata berlinang menatap wajah tampan lelakinya. Tersenyum sambil tangannya menyusuri lekuk otot dada dan perut Joni yang begitu indah di mata Nicky. Sekejap Nicky berlutut dan boxer Joni diturunkan perlahan sampai wajah Nicky tertampar oleh daging keras hitam berurat terindah yang pernah ia lihat dalam hidupnya. Kepalanya menengadah ke atas menatap Joni yang baru saja menyalakan batang rokok baru. Joni menghapus air mata di pipi Nicky dan meletakkan tangan kirinya di atas kepala Nicky. Cengkraman Joni di kepala Nicky perlahan namun pasti menggiring mulut Nicky untuk terbuka sampai batang itu masuk dan Nicky mulai menikmati batang keras yang sudah menyelamatkan hidupnya dari kematian.

10 menit Nicky memberikan tenggorokannya demi kepuasan Joni. Sesekali tersedak karena hantaman batang lelaki Joni. Matanya merah dan kembali air mata membanjiri pipinya, namun senyuman dan tatapan pasrah selalu ia berikan kepada Joni setiap kali Nicky mengangkat kepalanya seolah memastikan lelakinya memperoleh kenikmatan terbaik darinya. Joni mengangkat tubuh semampai Nicky dan keduanya berdiri berhadapan kembali. Cumbuan birahi itu kembali mereka lakukan sampai Nicky mengerang menahan sakit ternikmat di hidupnya saat batang itu masuk ke sarangnya tanpa ragu. Mentari pagi dan sofa ruang TV itu menjadi saksi bagaimana kedua orang itu bergulat saling memberikan kenikmatan sampai setelah hampir 40 menit Joni mengerang panjang sekali lagi melepas hajatnya sebagai seorang pejantan dan Nicky dengan rintihan perih namun nikmat menerima cairan pemberi hidup baru dari Joni. 

Keduanya terlentang di lantai dengan tubuh mengkilap penuh keringat sambil mengatur napas. "Terima kasih bang, Nicky sayang sama abang" kata Nicky yang meletakkan kepalanya di atas dada bidang Joni yang licin penuh keringat. "Abang mau nikahi kau secepatnya untuk jadi istri abang. Mau kan kau dek?" tanya Joni sambil membelai rambut Nicky yang basah keringat. "Nicky beruntung dapat suami seperti abang. Nicky siap jadi istri abang dan mengabdi sama lelaki Alpha ku." jawab Nicky sambil tersenyum membelai perut keras Joni. "Abang pengen punya anak dari kau dan kita bangun keluarga bersama ya?" kata Joni sambil tangannya bermain di puting kiri Nicky. Mendengar itu, Nicky tersenyum bahagia sambil menitikkan air mata tanpa sepatah kata pun yang terucap. "Lho, kok pertanyaan abang kok ga dijawab dek? Mau kan kau jadi betina yang melahirkan dan membesarkan anak-anak abang?". Nicky memalingkan wajahnya sambil meletakkan dagunya di dada kekar Joni sambil mengusap pipi Joni sambil berkata, "Jadi abang mau nikahi Nicky dan membiarkan anak kita tumbuh dan besar sama kita kan bang? Abang ga akan jual anak kita kan bang?". Joni menatap Nicky sambil tersenyum jantan berkata "Abang mau kau jadikan anak-anak abang orang yang berhasil supaya ga jadi kayak kita berdua tinggal di kontrakan begini." Nicky kembali meletakkan kepalanya di atas dada calon suaminya itu sambil memeluk tubuh kekar telanjangnya.

"Biar abang yang bekerja memacu keringat untuk dapatkan uang demi anak-anak kita nanti. Malam tadi abang udah tanam benih abang di rahim betina yang mau komitmen jadi pabrik anak untuk abang jadikan bisnis nanti. Untuk menghidupi kau dan anak-anak kita" kata Joni dengan nada santai seolah itu adalah tindakan heroik seorang pejantan untuk menghidupi v-male yang akan dijadikannya istri. 

Baru sekejap merasakan surga, baru saja Nicky membayangkan indahnya hidup bersama Joni, seketika dunianya menjadi gelap. Mata Nicky terbelalak kosong. Tak tergambarkan sakitnya, tak bisa terucap perihnya saat menerima kenyataan bahwa lelaki yang tidur bersamanya sekarang baru saja menggunakan batang kejantanan yang sama untuk membuahi betina lain. Segera Nicky bangkit dari tubuh kekar Joni dan pergi menginggalkan Joni tanpa sepatah kata pun menuju kamar mandi. Percik air dari lubang shower seketika jatuh mendarat di tubuh telanjang Nicky. Terduduk sambil memeluk lututnya yang menjadi sandaran dagunya. Tatapannya kosong, hatinya penuh amarah. Ditatapnya langit-langit kamar mandi, tiba-tiba ia menjambak rambutnya, memukuli tubuhnya, menggosok semua badannya dengan penuh amarah seolah jijik kepada dirinya sendiri. Ia tumpahkan semua perih, sakit, kecewa, amarahnya sampai ia tergeletak di atas lantai kamar mandi sambil menangis tanpa suara. Hanya mulutnya yang terbuka seolah ingin berteriak. Napasnya tersengal berat menahan emosi yang membebani hatinya begitu berat.


BERSAMBUNG...


*Terima kasih untuk semua dukungan dan comment kalian. Kadang suka terharu sendiri ternyata bisa bawa kalian dalam emosi cerita ini. Mudah-mudahan ga pada berlinang air mata di part kali ini ya...Atau malah emosi? Jangan sampe banting handphone nya ya. Masih ditunggu comment dan sarannya. Selalu vote dan follow untuk new reader ya. See you in the next part.*

Sang Lelaki Alpha (The Alpha Male)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora