FWB - Six

15.3K 1.2K 68
                                    

Yeonjun menatap curiga pada lelaki di depannya, kemudian melipat kedua tangannya di depan dada. "Bos? Kupikir bosmu sudah tua?" tanya Yeonjun menatap Jungkook.

Jungkook menghela nafas, "Kau sebegitu curiganya padaku?"

"Pekerjaan apa yang kau berikan pada kakakku?" tanya Yeonjun. Taehyung menelan ludahnya, sementara Jungkook tersenyum. "Hanya pelayan," Pelayan nafsu.

"Lagi?" tanya Yeonjun.

"Apa maksudmu lagi?" tanya Jungkook.

"Demi Tuhan kenapa hyung memiliki dua pekerjaan yang sama?" tanya Yeonjun pada Taehyung. Taehyung mengendik, "Pengalamanku saja kurang. Aku bahkan hanya lulus SMA," jawab Taehyung sedikit lega.

"Arra, aku percaya. Berbincanglah hyung, aku akan ke kamar untuk istirahat," kata Yeonjun.

Anak SMA itu melangkah ke kamarnya, meninggalkan Taehyung dan Jungkook yang masih terdiam. Bahkan Taehyung masih setia dengan mantel mandinya. "Kau...Tidak berniat ganti?" tanya Jungkook.

Taehyung memerah, kemudian segera berlari ke kamarnya dan mengganti pakaian. Jungkook terkekeh, kemudian ia merebahkan dirinya di sofa.

AC yang dingin membuat matanya mengantuk, serius. Dan entah kenapa, tiba-tiba matanya terpejam.

.
.

"Papa?"

"Huh?" Jungkook mendudukkan dirinya dan menatap seorang lelaki kecil yang kini ada di hadapannya.

"Papaaa!!" ia sedikit terkejut ketika anak itu memeluknya sambil tertawa. Sementara di ambang pintu berdiri seorang lelaki manis dengan senyum kotaknya. "Jangan ganggu Papa, nanti Papa lelah. Sini sama Mama," Taehyung. Iya, Jungkook yakin itu Taehyung.

"Tae? Apa maksud ini semua?"

"Apa yang apa?" tanya Taehyung.

"Kenapa dia memanggilku Papa?" tanya Jungkook menunjuk anak di pangkuan Taehyung. Taehyung menghela nafas, "Berhentilah menjadi gila kerja. Bahkan kau melupakan Junghyung sebagai putramu sendiri?! Pikun!"

"Junghyung? Kapan kita menikah?"

"Empat tahun lalu."

"Taehyung sekarang tahun berapa?"

"Astaga, kau ini kenapa?"

"Jawab saja!"

"2023."

"What?!!!" PLAK! Taehyung menamparnya.

..
.
.

"Bangun, bodoh! Ini bukan rumahmu!" Taehyung berkacak pinggang, sementara Jungkook mengucek kedua matanya dan terduduk dengan rambut acakadul.

"Ah, cuma mimpi," kata Jungkook.

"Pulang sana!" usir Taehyung. Jungkook menggeleng, menarik lengan Taehyung, dan membiarkan si manis duduk di pangkuannya. Ia menghirup aroma vanila dari leher Taehyung, sangat enak.

"Tidak mau," kata Jungkook.

"Kook, aku harus buat makan siang," kata Taehyung mencoba keluar dari kungkungan Jungkook.

"Aku juga mau makan siang," kata Jungkook.

"Yasudah sana pulang," kata Taehyung sedikit geram. Jungkook menaik turunkan alisnya, "Makan kamu, boleh?"

"Mesum, enyah!"

Jungkook terkikik, kemudian berdiri dan menyambar kunci motornya. "Iya, iya. Aku mau pulang," kata Jungkook.

"Yasudah."

Taehyung melangkah menuju dapur, kemudian melihat Jungkook masih berdiri dengan cengiran idiotnya. "Apa?!"

"Bokongmu sangat seksi."

Satu buah kentang kemudian mendarat di kening mulus Jungkook.

.
.
.

Taehyung memilih untuk jalan-jalan di malam hari. Yeonjun memilih berdiam diri karena besok ada ulangan harian.

Ia melangkah memasuki salah satu mall. Berencana membeli beberapa bahan makanan dan juga sepatu baru. "Tae?"

"Oh, Hanbin!" Taehyung berteriak antusias.

"Hei, lama tidak jumpa," Hanbin tertawa pelan, membuat semburat merah tipis di pipi gembil Taehyung.

"Astaga belum ada seminggu."

"Tapi kau.. Sangat berbeda."

"Hah?" Taehyung menatap tubuhnya. Hanbin terkikik, "Kau tambah manis." ambyar Taehyung saat itu juga. Hanbin tertawa lagi, kemudian berjalan sejajar dengan Taehyung.

"Ingin beli apa?" tanya Hanbin. "Entahlah," Taehyung seketika lupa dengan tujuannya kemari. Terlalu gugup.

"Oh, kau tau? Ada kedai bubble tea yang baru diskon. Mau kesana dan mencobanya?" tawar Hanbin.

"Tentu, aku ikut."

"Kau ingin rasa apa?" tanya Hanbin. Taehyung berpikir sejenak, "Coklat."

"Baiklah, dua coklat."

Menunggu sebentar, akhirnya dua coklat bubble tea ada di tangan mereka.

Karena tak ada tempat duduk, mereka memilih berdiri berdampingan sambil melihat keadaan lantai bawah dari atas. "Tae," panggil Hanbin. "Ya, Bin?" tanya Taehyung.

"Sudah pernah terpikirkan menikah?" tanya Hanbin. Taehyung tersedak minumannya, "Uhuk."

"Hei, pelan-pelan," kata Hanbin. Taehyung kemudian menggeleng, "Belum."

"Ibu mendesakku untuk segera mencari calon istri, ahaha," kata Hanbin. Taehyung tersenyum, "Kenapa tidak cari sekarang?"

"Entahlah, Tae. Aku masih terlalu malas untuk terikat."

"Kau benar, aku juga terlalu malas. Kita masih butuh waktu sendiri," kata Taehyung. Hanbin terkekeh, "Tapi ini sudah waktunya kita mencari pasangan hidup, ya kan?"

Taehyung diam, kemudian mengangguk.

"Dimana sekarang kau bekerja?" tanya Taehyung. "Di toko milik pamanku. Kau?"

Taehyung berdehem, "Aku dirumah."

"Wow, kudengar kau baru pindah ke apartemen berkelas. Sepertinya kau adalah orang kaya baru," kata Hanbin. "Mampirlah jika mau," kata Taehyung menepuk bahu Hanbin.

"Taehyung?"

"Jungkook?" Jungkook yang entah darimana datang bersama seorang gadis berwajah bule. "Dia siapa?" tanya Taehyung pada gadis angkuh dibelakang Jungkook.

"Oh, hai. Aku Nancy, tu-"

"Dia adik sepupuku. Kami duluan, ya? Jangan pulang terlalu malam." Jungkook menarik Nancy yang protes dengan apa yang Jungkook katakan.

"Kau kenal dia?" tanya Hanbin.

"Oh, Jungkook?" tanya Taehyung. Hanbin terkekeh, "Dia pemilik mall ini."

Wtf?

.
.

Tbc.

Friend With Benefit! (S1-END)Where stories live. Discover now