Part1💙

988 86 27
                                    


Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari 10 menit yang lalu, dan menyisakan Alvira yang masih setia berada di dalam kelas sendirian. Menunggu kekasihnya yang sudah berjanji untuk menjemput di kelas dan pulang bersama.

“Samperin aja kali ah,” dumel Alvira sendirian dan beranjak keluar kelas.

Saat dilorong dia berpapasan dengan Aldi dan Bastian, sahabatnya yang kebetulan juga satu kelas dengan kekasihnya.

“Woi, liat Karel gak?” Tanya Vira kemudian menyengit melihat ekspresi kedua laki-laki itu yang tampak kebingungan.

“Lo berdua kenapa? Karel mana?” Tanya gadis itu beruntun.

“Eh, Lo ga balik? Sama gue aja ayok!” Ajak Bastian cepat.

“Gue sama Karel Bas, dia yang minta bareng makanya gue masih di sini.” ujar Vira. “Gue dari tadi nanya malah gak di jawab! Sekali lagi nih gue tanya, dimana Karel?”

“Di kelas.” sahut Aldi.

Setelah berpamitan, Vira meneruskan langkah yang sempat tertunda.

Vira sampai di depan kelas yang pintunya terbuka sebelah, gadis itu melirik sekitarnya yang sudah sepi. "Merinding gue ih."

Dengan perasaan takut dia masuk ke dalam kelas, dan betapa terkejutnya Vira saat melihat sepasang manusia yang sangat dikenalinya sedang berpelukan.

Tidak terasa butiran bening jatuh dari kelopak matanya yang segera dia tepis.

Vira berdehem untuk menyadarkan kedua insan itu. Dan benar saja, mereka tampak kaget dengan kehadiran gadis itu.

“Gak ada yang mau dijelasin nih?” Tawar Vira seolah tidak percaya atas penglihatannya.

Karel mulai berjalan menghampiri. “G... Gue rasa udah jelas Ra,” balas Karel tergagap.

“Gue ngerti!" ucap Vira tersenyum lembut. "Makasih dan Langgeng ya!”

“Ra, kita masih bisa sahabatan 'kan?” Tanya Karel ragu.

Vira terkekeh hambar. “Iya lha, kalo cewek lo boleh.”

“Belum resmi Ra.”

“Ya udah, langsung resmiin aja!" ujar Vira semangat. "Gue pulang duluan ya takut Mama nyariin.”

“Zidny, Aku anter Vira dulu ya?” Tanya Karel pada perempuan yang tadi dipeluknya.

“Eh gak usah! Gue udah di jemput kok Rel. Duluan ya, semoga berhasil.” ucap Vira seraya keluar dari kelas dengan senyum mengembang.

Di luar sudah ada Aldi yang bersandar di tembok sendirian, dengan satu botol air mineral berukuran sedang di tangannya.

“Minum! Pura-pura bahagia juga butuh tenaga.” Aldi menyodorkan air dan langsung di habiskan Vira tanpa sisa.

“Ngomongnya suka bener.”

“Ayok pulang! Gue udah gak tahan mau numpahin semuanya.” lirih Vira.

"Kebiasaan," ketus Aldi.

Hanya Aldi satu-satunya orang yang bisa dia percaya selama 3 tahun terakhir ini, Aldi tau semua hal tentangnya juga termasuk masalah keluarganya.
~~~

Sekarang jam sudah menunjuk pada pukul sembilan malam, namun Aldi masih berada di rumah Vira, lebih tepatnya kamar gadis itu.

“Hiks... Salah apa gue sama dia ya Ald? Gue gak pernah tuh nikung-nikung dia. Hubungan gue selalu aja kandas gara dia! Kayaknya dia gak bakalan biarin gue punya pacar deh! Huaaa.. Masa cewek cantik kayak gue harus jomlo, kan ga lucu!!”

Sedari tadi Vira terus saja menangis terisak dan sesekali berteriak, menumpahkan semua unek-unek di hatinya. Sedangkan Aldi hanya menjadi penonton dengan sebungkus snack dan minuman didepannya.

Sesekali Aldi menghindari pukulan atau lemparan bantal dari gadis cengeng itu.

“Gue juga mikirnya gitu sih, tapi yaudah biarin aja selagi dia gak main fisik,” sahut Aldi.

“Hiks... Hati gue yang sakit Di." Vira merengek.

“Makanya kalau cinta-cintaan itu jangan cuma hati yang dibawa, tapi otak juga!”

“Gak ada hubungannya kampret.” kesal gadis itu.

“Ck, Ga usah dipikirin, Otak lo gak bakal kuat.”

“Gini-gini gue juara di sekolah! Gue ingetin kalo lo lupa.”

“Kalau emang lo kuat, kenapa sekarang nangis kejer?” ejek Aldi.

“Huaa... Kok lo ngeselin sih! Gue gini cuma sama lo doang!”

“Iya iya, waktu nangis lo udah habis dan sekarang tidur!” perintah Aldi.

“Ya udah, sana pulang!” usir Vira.

“Ck, Iya gue balik.”

Setelah kepulangan Aldi, Vira terpaksa harus tidur sebab jam untuk menangisnya sudah habis:v

Karena kalau sudah lewat waktunya nanti akan berakibat pada fisik esok hari contohnya, mata merah, muka sembab, dan lesu.

Dia tidak ingin terlihat menyedihkan di depan orang lain.

~~~

Pagi ini Vira kembali beraktivitas seperti biasa, seolah kemarin tidak terjadi hal apapun yang mengganggu pikirannya. Gadis cantik ini melangkah di koridor yang cukup ramai, sesekali dia tersenyum membalas orang yang menyapanya.

Karena terlalu asik pada sekitar, membuat dia bertabrakan dengan seseorang.

'BRUUKK'

“Aduh, pantat gue!” ringis Vira terjatuh diatas lantai yang dingin.

“Heh, bantuin!" sewot Vira saat melihat orang yang bertabrakan dengannya hanya diam seperti patung tanpa rasa bersalah dan tanpa ada niat untuk membantu.

“Manja," ketus orang itu.

“Heh Kambing! Lo tuh udah salah bukannya minta maaf malah ngatain! Siapa sih lo?” tanya Vira ketus dan berdiri.

“Pindahan, dan karena lo orang pertama yang gue temuin di sini, jadi lo harus nganterin gue ke Ruangan Kepala Sekolah!” putus pria itu.

“Eh, apaan maksa-maksa! Kenal juga enggak," ketus Vira.

“Oh gitu, ngomong dari tadi kalo mau kenalan. Gue Iqbaal,” ucap pria itu tanpa menjulurkan tangannya seperti kebanyakan orang berkenalan pada umumnya.

“Sumpah ya, muka lo ngeselin!” cetus Vira sembari melangkah berniat pergi ke kelasnya. Namun, langkahnya terhenti karena Iqbaal menahan pergelangan tangannya.

Dan sekarang mereka sudah menjadi bahan tontonan di sepanjang koridor sekolah ini.

Eh katanya Vira sama Karel udah putus loh'

Jangan-jangan Vira selingkuh sama cowok baru itu'

‘Tapi emang gantengan yang ini sih dari Karel'

Tega banget padahal Karel setia loh'

‘Kasian banget Karel'

Gak nyangka ya diam-diam punya simpenan'

‘Tampang doang yang polos'

Masih banyak lagi bisikan yang sampai di telinga Vira, gadis itu melihat ke sekelilingnya yang sangat ramai berceloteh atas hubungannya, membuatnya  muak, ingin sekali berteriak menceritakan yang sebenarnya, namun rasanya percuma saja meyakinkan seekor anjing bahwa daging lebih nikmat dari pada tulang.

Sampai matanya mengarah pada Sang Ketua Osis yang juga teman sekelasnya yang sedang berjalan menuju ke arah mereka.

“Bang Kiki, ini anak baru kayaknya!” setelah berucap, Vira berlari menuju roftoop sekolah. Keadaan hatinya benar-benar hancur sekarang.

Bersambung...






HARD🔥 [ IDR ]Where stories live. Discover now