30

585 22 2
                                    

Bacanya online ya... Banyak gambar soalnya...

Happy reading...



***


Aku kembali terbangun dalam kegelapan, kedinginan, dan kesepian. Namun semua itu jauh lebih baik dari pada harus tenggelam dalam mimpi terburuk yang pernah ku alami. Kehilanganmu.

Aku belajar untuk mengalihkan hati dari setiap hal tentangmu, belajar berpindah untuk menyembuhkan luka yang setiap hari semakin terbuka lebar. Menyakitkan.

Mengapa pergi dengan meninggalkan luka padaku? Ah tidak, bukan kau yang memilih pergi. Akulah yang menciptakan jurang teramat dalam pada kecacatan kita.

Apa kau sedang bahagia di bumi bagian lain? Ku harap iya. Karena aku ingin bahagia di tempat kau meninggalkanku.

Viola Darling Bimantara
(Lala)

***

Pagi ini pengumuman kelulusan, dan Lala sedang berada di rumah eyang menunggu kedua orang tuanya yang pulang dari bulan madu di Havana.

Dia sudah diberitahu eyang jika akan pindah ke Jepang karena papa Juan ada proyek di sana. Jadi dia menunggu untuk mengatakan penolakannya. Lala lebih senang di rumahnya sekarang.

Eyang mengambil tempat duduk di sebelah Lala setelah dari dapur mengambil camilan. Kemudian mengecilkan volume televisi, bersiap membuka pembicaraan dengan Lala.

"Kafe kamu bagaimana?" pertanyaan itu membuat Lala sedikit tersedak. Dari mana eyangnya tahu?

Lala berdeham pelan. "Kafe apaan eyang?"

"Jangan pura-pura lupa. Eyang kamu tau diam-diam bikin konsep kafe dan siap terealisasi," ucap eyangnya mengambil ipad. "Eyang juga tau kamu mau bangun di mana. Ini eyang mau tanam sahan," kata eyang membuat Lala melonjak.

"Whooo... Santai eyang. Apa maksudnya mau taman saham? Lala nggak mau. Nanti eyang main tutup aja," sahut Lala menyilangkan tangan di depan dada.

Lala kemudian bangkit berdiri saat melihat orang tuanya masuk ke dalam rumah. "Oke, Lala mau ke kamar aja. Dua orang itu kayaknya lagi berbunga. Mau punya anak lagi kayaknya," kata Lala berjalan ke arah tangga.

Tapi panggilan mamanya membuatnya berhenti. Lala berbalik dan melihat mamanya mengulurkan paperbag. "Ada titipan buat kamu."

Lala menerimanya, kemudian duduk di anak tangga membuka paperbag warna putih dengan tulisan merek terkenal. Tapi ternyata hanya paperbagnya saja. Ada kotak hitam polos di dalamnnya. Masih tersegel dengan rapi dari yang menitipkan barang itu. Lala meraba dengan ujung kuku mencari ujung solatip dan membukanya.

"Mama waktu di Havana dapat tamu dari California gitu. Mau lanjut pascasarjana di California juga," kata mamanya yang tidak dihiraukan Lala.

Begitu Lala berhasil membuka solatip, dia membuka penutup kotak hitam itu. Ludahnya tercekat melihat tumpukan amplop dengan tulisan tangan dari seseorang yang coba ia lupakan.

"Dia bilang kamu susah dihubungi," kali ini suara papanya yang terdengar.

Lala tidak menghiraukan. Dia mengambil satu amplop berwarna merah muda dan membukanya.

Bayu Dan Lala (Completed)Onde histórias criam vida. Descubra agora