19. Aku Akan Mulai..

852 115 31
                                    

Song Woorin

"Aku tau segala hal tentangmu. Bahkan hal yang kau sembunyikan sekalipun."

Jantungku kembali berdetak tidak karuan. Bukan karena ucapan itu terdengar romantis. Justru sebaliknya. Aku takut dengan pernyataan itu. Apa saja yang Jihoon tau? Apa dia tau semua hal mengenai diriku? Apa itu alasan dia tidak pernah menganggapku?

"Oppa.."

"Tidak perlu dipikirkan. Aku tidak mau membahas soal ini." Katanya. Walau lembut tapi rasanya ada beberapa kata yang terdengar menusuk hatiku.

Tidak salah lagi, alasan selama ini Jihoon mengabaikanku pasti karena aku menyembunyikan semua masa kelamku dan Jihoon tidak terima dengan masa laluku.

Jika dia tidak terima dengan masa laluku, kenapa dia bersikap lebih baik sekarang? Apa ada yang dia rencanakan berhubungan denganku? Tapi.. akankah Jihoon selicik itu?

Perasaan campur aduk ini membuatku tidak bisa berpikir buruk pada Jihoon. Sepertinya perasaanku semakin besar padanya. Aku bahkan penasaran bagaimana pendapat Jihoon mengenai kehidupanku yang berantakan itu. Apa dia merasa iba atau justru tidak peduli seperti sikapnya dulu?

Sayang, dia tidak ingin membahas ini. Mau tidak mau, sekarang aku akan dihantui perasaan gundah yang tidak ada batasnya ini.

Walau Jihoon menerimaku sebagai istri, belum tentu dia menerima masa laluku. Bisa saja sekarang dia menghilangkan bayang-bayang kelamku itu. Siapa juga yang mau menikah dengan anak dari keluarga yang tidak harmonis? Anak yang digunakan sebagai publik figur dan barang ekonomi. Diriku ini sama sekali tidak ada harganya di mata orang tuaku. Bahkan pernikahan Jihoon denganku ini demi menjaga harta kekayaan mereka. Aku digunakan sebagai alat pembayaran pengganti cek.

Pasti selama ini Jihoon sudah merasa dimanfaatkan. Bagaimana bisa sekarang aku menunjukkan wajahku ini?

"Kita sudah hampir sampai, tapi kau terus saja diam. Apa kau memikirkan ucapanku tadi?" Jihoon lagi-lagi berhasil membaca pikiranku. Dia memang hebat. Aku semakin mengaguminya.

Aku pun hanya bisa mengangguk sebagai jawaban iya.

"Aku tidak mau pikiranmu terfokus pada hal tidak penting itu. Sekarang kau itu tanggung jawabku. Jangan takut dengan keluargamu, aku bisa menjagamu lebih baik dari mereka." Katanya. Maksudnya apa? Aku sama sekali tidak bisa berpikir untuk hal baik atau buruk.

"Ada satu hal yang ingin ku ketahui darimu."

Dalam diam, aku begitu berharap-harap dengan pertanyaannya. Seakan menemukan doorprise. Jihoon tidak pernah penasaran mengenai apapun didiriku karena dia memang sudah mengetahuinya. Tapi apa yang ingin dia tau ini?

"Apa lagu yang kau suka?" Tanyanya. Sederhana. Dengan mata yang membalas tatapanku sejenak dan senyum tipis sehangat susu coklat. Manis.

Apakah aku harus jujur sekarang? Batinku bergejolak. Aku begitu malu mengakuinya. Selama ini aku sudah sedih mendengarkan lagu dan hanya satu penyanyi yang ku suka. Itu..

"Aku suka lagumu." Akhirnya aku memilih jujur.

"Jinjja?" Dia terlihat tidak percaya. Kenapa? Padahal suara dan lagu-lagunya selalu bagus. Tidak sedikit pun mengecewakan.

"Ne. Suara dan lagumu begitu indah. Aku tidak pernah bosan jika kau memutarnya di rumah."

Ku lihat Jihoon agak malu-malu dengan pujianku. Dia mengusap tengkuknya dan terus memfokuskan pandangan pada jalan. "Kau tau? Aku sama sekali tidak percaya diri dengan musikku. Aku sering mendengar pujian sepertimu, tapi rasanya masih tidak bisa ku percaya saja. Belum lagi aku hanya produser yang baru di dunia entertaint. Musikku sama sekali tidak ada harganya dimata orang-orang."

WWWWhere stories live. Discover now