Special Chapter! (2)

713 88 12
                                    

Lee Jihoon

Ceklek..

Mataku menatap ke seluruh dekorasi yang menghiasi rumah minimalis baru kami. Selesai dengan acara pernikahan, menyandang status resmi menjadi suami istri, dan sekarang rumah ini lah yang akan dijadikan tempat tinggal dengan sebutan rumah kami.

Pernikahan kami dibuat begitu minimalis. Tidak banyak yang datang. Hanya keluarga dan beberapa orang penting dari relasi kedua appa kami. Aku juga hanya mengundang teman terdekatku. Namun aku tidak melihat satupun teman dari Woorin. Istriku sekarang.

Ku lihat dia dari atas sampai bawah yang kesulitan menganggat gaun panjangnya. Ku buka pintu lebih lebar agar dia bisa masuk nantinya.

"Butuh bantuan?" Tawarku.

"Gwaenchana." Ucap dengan menunduk. Sama sekali tidak menatap mataku. Bagaimana aku bisa mencairkan suasana jika dia juga ikut membekukan perasaannya?

Sebelum dia benar-benar masuk, aku kembali keluar. Tidak untuk membantunya mengangkat gaun, tapi ingin mengambil koper-koper kami. Saat aku menurunkan koper satu per satu. Mataku masih terus mengawasinya yang tetap berusaha masuk sendiri.

Namun dia menemukan kendala lain. Gaunnya tersangkut di engsel pintu. Dia hendak menunduk, tapi aku lebih cepat berteriak. "Jangan menunduk!"

Dia cepat berubah jadi patung dan diam di tempat. Aku hanya menggeleng dengan reaksinya itu. Ku hentikan kegiatan mengambil koper dan kembali mendekatinya. Aku sedikit berjongkok untuk melepaskan gaun yang tersangkut itu. Membantunya mengangkat di bagian belakang dan menyuruhnya segera masuk.

"Jangan pernah menunduk dengan baju seperti itu. Kau tidak mau ada tubuhmu yang terlihat kan?" Kataku. Tidak dibalas olehnya lagi.

"Kalau butuh bantuan apa-apa, tidak perlu sungkan atau menolak. Sekarang kita akan tinggal hanya berdua. Jika kau kesulitan, yang bisa dimintai tolong hanya aku. Jangan pura-pura bisa melakukan semuanya sendiri." Ucapku. Mungkin terdengar terlalu ketus karena dia sama sekali tidak berani membalas ucapanku sedikit pun.

Sekarang aku jadi merasa bersalah.

"Aku akan ambil barang-barang kita lagi." Alihkanku. Termasuk kabur dari suasana tidak mengenakan yang ku buat.

Karena sikapnya ini, aku jadi sulit untuk menyesuaikan diri. Dengan sikap seperti ini, kami juga pasti sulit untuk saling bicara. Karena pada dasarnya memang kami ini sama-sama pendiam.

Aku jadi berpikir, apa nanti pernikahan kami hanya akan sesaat? 

Selesai menurunkan semua koper, aku kembali masuk ke dalam mobil. Mengambil beberapa berkas dari informan yang ku bayar untuk mencari semua hal mengenai Song Woorin. Karena mengurus pernikahan, aku sampai belum sempat membacanya.

Dan ternyata isinya begitu mengejutkan. Pantas saja Woorin tidak mirip dengan nyonya Song. Batinku. Dia hanya ibu tiri. Ibu kandungnya tidak diketahui. Tidak ada data lebih lanjut mengenai jumlah perkawinan tuan Song. Hanya ada track record mengenai hasil kerja sama yang tidak berjalan baik.

Hm.. Ini akan membahayakan appa, aku harus memberitahukannya. Tapi apa ini akan berdampak baik pada Woorin?

Di sini terlihat jika Woorin tidak dididik layaknya anak perempuan pada umumnya. Dia lebih pendiam dan pemendam dariku. Tubuhnya ku yakin juga seperti dipaksa tetap ideal karena selama masa perkenalan dengannya, dia hanya makan sedikit. Semua pakaiannya pun sepertinya pilihan ibunya.

Satu alasan yang membuatku memilih untuk tetap menjalankan pernikahan ini hanya demi menyelamatkannya. Tidak memikirkan bagaimana kelanjutannya nanti. Bagaimana kami berinteraksi? Atau caranya kami bisa benar-benar dari suami istri yang benar. Aku tidak berpikir sampai di sana.

WWWWhere stories live. Discover now