Chapter 3 - Desakan

24 9 0
                                    

Tinggal beberapa hari lagi pertandingan futsal dimulai. Rizuke sedang bersiap siap untuk pergi ke gor sekolahnya. Dia mulai berlatih cukup keras. Bahkan di hari liburnya seperti sekarang. Karena dia akan menjadi striker di pertandingan nanti.

Setelah dia memakai ransel ke punggungnya, mengunci pintu, lalu beranjak pergi. Dia merasa kelupaan sesuatu, tapi dia tidak tau apa yang kurang. Dia kesampingkan pikirannya itu.

Rizuke baru saja masuk ke dalam kereta. Dalam benaknya dia sudah tidak sabar untuk latihan dan bertemu dengan teman temannya. Lagipula hari ini cukup cerah untuk berlatih di lapangan terbuka.

Akhirnya dia sudah sampai di stasiun terdekat dengan sekolahnya. Tinggal naik bis untuk sampai ke halte depan sekolah. Namun Rizuke mulai mendengar orang orang sekitarnya sedang meributkan suatu hal.

"Aah benar tadi aku juga melihat kilatan cahaya dari atas sana"

"Apa itu yaa"

"Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas"

"Iya tadi saya juga dengar beberapa hentakan kecil dari sana"

"Apa yang sudah terjadi?" Tanya Rizuke pada diri sendiri. Dia punya keinginan untuk bertanya pada orang sekitarnya namun diurungkannya.
Lalu Rizuke mencoba lihat ke langit, tapi dia tidak melihat apapun.

"Apakah itu mereka lagi?" Batinnya.
Dia jadi teringat ketika dia menemukan dompet di loker gor sekolah. Tapi sampai saat ini dia berpikir positif bahwa itu hanyalah sebuah flashlight ponsel pemiliknya.
Gadis dan benda aneh itu jadi memenuhi pikirannya. Sebagian dari pikirannya mencoba untuk menyingkirkan hal itu.

Setelah turun dari bis, Rizuke berjalan menuju tempat latihannya. Dia mengambil jalan lewat belakang sekolah, karena memang gornya terletak di belakang. Tidak seperti hari biasanya, lokasi itu tampak sepi sekali karena hari libur.

Lalu suatu peristiwa yang tak terduga terjadi.

Sebuah serangan, seperti kilatan berwarna keunguan hampir mengenainya. Kilatan itu membentur tembok sekolah hingga meninggalkan bekas.

Melihat hal itu tentu saja Rizuke terkejut bukan main. Serangan itu tadi hampir saja mengenainya. Nasib baik, serangan itu tidak mengenainya.
Lalu serangan berikutnya berdatangan lagi. Segera Rizuke berlari mencoba manghindari serangan demi serangan yang datangnya dari segala arah.
"Uwaahh!!!" Rizuke tersandung ketika mencoba untuk menghindari serangan acak itu.

Sial!!
Kenapa malah aku yang jadi sasaran tembak sih?

Runtuknya, Rizuke mencoba untuk bangkit lagi. Dia hendak segera masuk ke dalam sekolah untuk berlindung. Tapi pintu masuknya masih cukup jauh beberapa meter lagi.

---

Seseorang yang berhoodie itu dengan santai menyesapkan kopi hitamnya. Bibirnya tipis berwarna pink itu bukan karena dilumuri lipstik atau semacamnya. Warna kulitnya juga sangat kontras dengan kopi yang dinikmatinya kini, sambil menikmati pagi hari yang sejuk, dan langit biru menghiasi suasana di rooftop sekolah ini.

Dia menunggu seseorang. Entah orang itu atau datang atau tidak dia akan tetap menunggu.

Benar sekali dugaannya. Orang itu datang, membuka pintu rooftop. Seorang gadis bersurai coklat kemerahan itu yang membukanya.
Gadis yang selama ini kita kenal, Kazime Hatake.

"Hei kau!" Panggil gadis itu, dengan perasaan sedikit ragu.
"Kau yang meninggalkan pesan kaleng ini di tasku, apakah benar?" Tanya Kazime rasa ragunya memuncak. Takut salah orang, tapi dia masih bisa menutupi dengan wajah sebalnya.
"Dan kau yang juga mencuri gelang merahku?" Tambahnya tatapannya makin sinis.

The Agate : Magic Book [END]Where stories live. Discover now