#Chapter 63

18.2K 519 69
                                    

Happy reading

Bulan dan teman-temannya sudah tiba di kediaman Lea. Sebelum masuk ke rumah besar itu, Evano mengetuk pintu. Lagi pula tidak sopan jika mereka asal masuk meskipun pintunya tidak dikunci oleh pemilik rumah. Kata mama dan papanya, meskipun kita sudah mengenal bahkan dekat, tapi tetapkan aturan dalam diri untuk senantiasa bersikap sopan santun.

"Ayo, masuk," kata perempuan paruh baya, Sarah, dengan sedikit berbisik.

Mereka berjalan mengendap-endap agar orang yang akan diberi kejutan tidak bangun dari tidurnya. Sebelum kehadiran Angga dan Evano menjadi teman, Bulan dan Anatasha memang sering melakukan hal ini. Namun, usaha mereka selalu saja tidak berhasil. Alasannya cukup simpel, karena Lea selalu mengetahui rencana mereka sejak awal.

Mereka sampai di depan pintu kamar, Evano menyalakan lilin di atas kue dengan angka tujuh belas sesuai usia Lea menggunakan korek gas. Sebelum melangkahkan kaki untuk membuka pintu, terlebih dahulu mereka berdoa supaya rencana yang sudah disusun dengan rapi dapat berjalan dengan mulus seperti wajah Bulan tanpa ada hambatan apapun.

"Siap semuanya?" Bulan dan teman-teman mengangkat ibu jari.

Pintu dibuka dari luar oleh Angga. Keadaan kamarnya sangatlah gelap karena lampu yang sepertinya memang sengaja dimatikan si pemilik. Dengan gerakan slowmotion, Angga menekan tombol lampu dan memecahkan balon beriringan dengan suara mereka yang menyanyikan lagu happy birthday. Namun, lama kelamaan suara mereka merendah.

...

Tidak menyangka jika teman-temannya bisa memberikan kejutan seperti ini. Terharu, senang, itulah yang dirasakannya. Tepat malam ini, usia Brylea Aenazzahra menginjak tujuh belas tahun. Dia selalu mengharapkan semua orang yang disayangi akan tetap berada di sampingnya menemani Lea ketika senang maupun sedih.

Bulan sedang asik memanggang, Anatasha sibuk menyiapkan minuman. Sedangkan Angga dan Evano, mereka malah sibuk menggoda mamanya Lea, Sarah. Ya, kini mereka memang sedang berada di taman belakang rumahnya, namun itu tidak berlaku bagi Lea, karena dia berada di dapur mengambil barang-barang yang dimasih kurang.

Lea menarik nafasnya dalam-dalam. "Angga, bantuin gue!" teriaknya dengan lantang dan bisa dipastikan kalau suaranya itu akan terdengar sampai luar.

Angga menolehkan kepala kearah temannya. "Van, tolongin tuh," katanya.

"Kok gue, lo yang disuruh juga," kata Evano.

"Mil, istri lo tuh. Kasihan gak ada yang nolongin," kata Angga.

Lima menit menunggu kehadiran Angga membuatnya berdecak kesal. Lea membuang nafasnya dengan kasar. Sebuah mangkuk dan piring dia pegang dengan kesusahan. Andaikan dia punya empat tangan, demi kolor pinknya Evano, dia tidak akan meminta tolong siapapun untuk membawa barang-barang ini.

"Apa, sayang?" kata Milo dari belakang tubuhnya. Otomatis dia menaruh barang-barang itu dan menolehkan kepala.

"Bantuin, jangan pacaran mulu," sindir Lea.

Lea memang sempat memergoki suaminya yang terus menerus memainkan ponselnya tanpa membantu orang-orang. Dia bisa menduganya, kalau suaminya itu sedang menghubungi Airis, cewek yang dicintainya sekaligus cewek yang gak akan pernah hilang dari kehidupan suaminya yang egois melebihinya.

Milo melengkungkan bibirnya keatas. "Cemburu, ya?" godanya.

Baru saja dia akan membuka mulutnya untuk membalas perkataan suaminya, tubuh Lea serasa melayang di udara dan ternyata Milo lah pelaku utama yang menggendong tubuhnya. "Aderald Radmilo Emery, turunin gue!" katanya sambil memukul dada cowok itu.

Arranged Marriage With My SeniorWhere stories live. Discover now