Bab 59 [Sebuah Undangan]

27.7K 1.9K 118
                                    

Jam pertama mata kuliah telah berakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam pertama mata kuliah telah berakhir. Kahfi berlarian meninggalkan kelas. Teman-temannya masih bergerombol memainkan UNO di lobby kampus. Kahfi tidak begitu tertarik dan akhirnya dia berhasil kabur tanpa sepengetahuan Kenno.

Baru saja Kahfi akan memasuki area parkir saat seruan khas perempuan terdengar. Kahfi mengernyit sebentar. Merasa tidak mengenali suara itu. Lagipula teman perempuannya juga tidak banyak. Malah bisa dibilang tidak ada. Kecuali Yumna tentu saja. Ah, tapi Yumna tidak mungkin sepercaya diri ini berteriak memanggil namanya di tempat umum. Apalagi hubungan mereka tidak diketahui anak kampus. Dan lagi ini bukan suara Yumna.

Memilih tak peduli, Kahfi kembali melangkah. Tapi seruan itu malah semakin kencang.

"Kahfi!"

Kahfi menyerah dan berbalik. Matanya mengerjap beberapa kali untuk mengenali perempuan modis yang kini berdiri di hadapannya. Beberapa detik dan akhirnya Kahfi sadar siapa yang ada di depannya.

"Hi, Kahfi!" suara itu semakin kencang.

Kahfi memberhentikan langkah dan tersenyum tipis.

"Mmm... Gue Sofie. Saudaranya Yumna. Masih ingat?"

"Eh, iya. Ingat, kok," jawab Kahfi canggung. "Kemarin kan juga ketemu lagi di mall."

"Sure, kita kemarin ketemu, ya?"

"Hmm."

Sofie masih terus tersenyum. Diam-diam merasa tidak enak menyadari gelagat Kahfi yang tampak risih bicara dengannya. Seharusnya Sofie memang tidak perlu berteriak-teriak memanggilnya begitu. Apalagi ini tempat umum. Mana area kampus Yumna lagi. Bisa menyebar gosip dan fitnah.

Suara Sofie melirih. "Sorry, ya, gue malah teriak-teriak manggil lo."

"Oh, enggak, kok. Mmm, ada apa?"

Sofie menggaruk rambutnya bingung. "Gue..." Matanya berputar ke sekeliling.

"Kamu nyari Yumna?" tebak Kahfi kemudian

Sofie menjentikkan jari. "You know what I mean! Jadi, mana Yumna? Gue bisa ngobrol sama dia? Atau lo bisa anter gue ketemu Yumna?"

Kahfi mengangguk-angguk. "Kebetulan saya mau ketemu Yumna. Mau bareng?" katanya sambil mengeluarkan kunci motor.

Sofie melirik motor di samping Kahfi dengan pandangan aneh. Ewh, dia tidak suka dan paling anti yang namanya panas-panasan. Apalagi terkena sinar terik matahari. Oh, tidak. Terima kasih.

 "Lo bisa nyetir, kan? Lo naik mobil gue aja." Sofie ganti mengeluarkan kunci mobil.

Kahfi mengernyit. "Apa?"

"Pake mobil gue, yuk."

Kahfi menggeleng tiba-tiba. "Oh, enggak." Lalu tersenyum halus sebagai penolakan. "Maaf, maksud saya tadi, kamu bisa ikutin motor saya. Bukan kamu bonceng saya."

Kahfi dan YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang