Terbelenggu Masa Lalu!

932 141 34
                                    

TYPO HARAP MAKLUM

Lets Vote & Comments

***

Brummm!
Brummm!
Brummm!

Laju motor sport dari para pembalap liar di atas track dadakan itu terlihat begitu sengit, saling susul menyusul memamerkan skill balap yang mereka kuasai. Berlomba guna menjadi yang terdepan hingga tiba di garis akhir balapan. Siapa yang menang, maka dialah yang berhak menyandang rajanya balap liar.

"Aku harap kamu gak ikutan kayak mereka. Gak kebayang gimana cemasnya aku jika kamu nekat ikut dalam hobi menantang nyawa itu."

Kinal tertawa kecil. Kata kata Shani sedikit menggelitik perutnya. Kecemasan yang terlalu berlebihan dari gadis itu sangat lucu menurutnya.

"Aku serius." Hardik Shani, menatap geram Kinal.

"Nasib orang itu beda beda. Di dunia ini apa sih yang gak berisiko, hm? Bahkan diam pun juga punya risiko. Jadi, santai aja gak usah terlalu berlebihan gitu." Ujar Kinal tersenyum simpul melihat gadis pemilik sejuta pesona di sampingnya itu.

"Aku gak peduli kalo itu orang lain. Mereka mau bertaruh nyawa kek atau apa kek, aku gak peduli. Kalo menyangkut soal kamu, aku gak bisa santai, apa lagi tenang. Jelas aku gak bisa." Ucap Shani tandas, menunjukkan sisi posesive-nya.

"Terserah kamu deh." Timpal Kinal mengalah, tidak mau berdebat.

"Aku serius, Kinal!"

"Ck, iya iya."

"Ish!"

Shani mengerang geram. Ia selalu kesal kalo Kinal tidak mau mendengar dan menuruti nasihatnya. Padahal ia serius, tapi Kinal selalu menganggap kalo ia terlalu berlebihan.

Jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Itu artinya sudah lebih dari dua jam mereka ada di tempat itu. Melihat balapan liar dari tempat yang tidak begitu jauh dari lokasi balapan diadakan.

Udara dingin pun makin terasa menusuk kulit, bahkan tembus hingga ke tulang sumsum. Alhasil, menggigilah seluruh tubuh. Keduanya pun memilih pulang, karna tidak tahan akan dinginnya udara dini hari.

[…]

"Unghh!"

Kinal bangun dari tidur lelap dan nyamannya. Dengan sedikit meregangkan otot otot tubuh yang kaku dan menguap panjang, ia pun segera turun dari atas ranjang.

Dia melihat kembali ke atas ranjang, namun kosong. Tidak terlihat ada siapa siapa. Kemana dia? Batinnya.

Cklek!

"Kamu udah bangun?"

Suara pintu kamar mandi yang dibuka dari dalam disusul suara teguran mengalihkan mata Kinal ke sumber suara.

"Mau aku bikinin kopi?"

"Jam berapa sekarang?"

"Jam sembilan." Sahut Shani sembari berjalan menuju lemari dan mengambil baju milik Kinal untuk ia pakai. "Aku mau keluar sebentar. Mau beli sarapan buat kita. Kamu mandi dulu gih!" Titahnya.

Kinal mengangguk, menurut. Ia pun bergegas masuk ke kamar mandi guna membersihkan diri.

"Shani! Ambilin handuk dong!"

Shani berdecak, geleng geleng kepala akan teriakan Kinal yang lupa bawa handuk. Kebiasaan yang sudah dia hafal betul dari seorang Kinal. Pelupa!

Ck, kebiasaan!

[…]

Berdiri di balkon kamar, mata menatap lurus kedepan, dimana rapatnya bangunan rumah dan gedung tinggi seolah menjadi pemandangan yang tersaji di depan mata.

Rencana Sang SENJAWhere stories live. Discover now