06

5.2K 251 3
                                    

          Karena acara gathering berakhir lewat tengah malam, alhasil pagi ini Tari terlambat bangun.

Setelah mandi dan berseragam, ia bergegas keluar kamar setelah meraih tas.

Di meja makan sudah tersedia seporsi sarapan di salah satu sisi.

Tari hanya sempat menatapnya sedetik, lalu berlari dengan cepat ke nakas di ruang keluarga.

Ia mengambil satu kunci tersisa di dalam laci.

"Den ayu, sarapan dulu."

Dengan langkah rentanya, Mbok Sarti berlari sebisanya mengejar Tari yang sudah keluar dari rumah.

"Shit!! Pake segala abis bensinnya!" Tari menghela nafasnya saat ia sudah mencoba men-starter motor matic hitam yang ada di garasi.

"Non, kenapa?" seorang pria menghampiri Tari yang menggerutu sendiri.

"Pak Mukhlis, ada motor lagi gak??"

"Duuuhh." Tari sudah mencak-mencak turun dari motor matic tadi.

Srreeeet

"Pake ini aja non."

Pak Mukhlis menyingkap tudung yang menyelimuti sebuah motor.

"Gorgeous, tapi udah lama banget gue gak bawa si bebek, yang tenang di jalan ya bek."

Bebek adalah sebutan Tari untuk sebuah Ducati kuning hitam milik Tara yang sering di curi-curi pinjam olehnya. Tara jarang sekali memakainya untuk keluar, karena motor itu hanya ia gunakan untuk balapan saja.

Tari melingkarkan jas sekolahnya di pinggang untuk menutupi rok rampelnya.

"Makasih ya pak."

Tari menyalakan motor itu, dan segera melesat pergi.

"Den ayu, ini bekalnya." Mbok Sarti masih saja bersusah payah mengejar Tari yang sudah pergi tanpa memakai helm.

.
.
.
.
.
.

          5 menit sebelum bel, Tari sudah berhasil memarkirkan motor Tara di parkiran.

Ia menghembuskan nafas lega, kemudian turun dari motor dan mengenakan lagi jas nya dengan rapi sambil berjalan.

"Kak Tari...." teriak seorang siswa berbadan gemuk dari arah koridor yang berlawanan dengan Tari.

"Ngapain sih lo Bom? Mau ngurusin badan, lari-lari gini?" celetuk Tari memperhatikan cowok yang mencoba mengatur nafasnya.

"Itu ... hosh hosh, kak ... hosh hoshh hufft, ada yang ngacak-ngacak basecamp" dengan tersenggal adik kelas yang dipanggil Tari dengan sebutan Bombom itu menjelaskan.

"Apa?!"

Tari membulatkan mata, dan berlari meninggalkan cowok gembul yang masih dengan nafas tersenggal.

"Khaak Tharrhiii!" Bombom alias Boby Mahendra, kembali berlari mengejar Tari yang sudah jauh di depan.

.
.
.
.
.
.

          Bel berdering, tapi Tari sudah tak perduli, kini ia berdiri di tengah-tengah ruangan berlantai biru.

Dilihatnya setiap sudut ruangan, papan target berwarna biru-merah-kuning tertelungkup di lantai bersama stand nya, begitupun busur-busur bermerk Junxing beserta anak panahnya.

"Shit!!" umpat Tari tanpa suara.

"Kak Tari, itu." Bombom yang baru sampai di basecamp ekskul panahan, menunjuk puluhan kertas yang tertempel di pintu penyimpanan medali.

Tari berjalan dengan penuh kemarahan ke arah pintu kaca itu.

"Kok gue gak liat ini sih!" batin Tari melucuti kertas-kertas warna-warni itu sambil membacanya sekilas.

Berbagai umpatan serta ejekan tertera di sana.

Sekilas telinga Tari mendengar kikikan tertahan, ia melirik dengan ujung mata elangnya.

"Anjir, awas lo." batin Tari lagi, ia meremas kuat-kuat kertas yang ada di tangannya.

"Balik kelas sana, Bom."

Tari menghentakkan kertas yang sudah menjadi bola segi banyak ke lantai.

Boby melaksanakan perintah dari kakak kelas yang sudah bersahabat dengannya sejak pertama kali ia bergabung di ekskul ini.

***

          Sebab kejadian tadi pagi, Tari sempat telat masuk kelas 15 menit karena harus melakukan beberapa hal.

Tingtang Tingtung...

Terdengar nada dari speaker yang ada di pojok depan kelas tepat di atas pintu.

"Perhatian, panggilan untuk siswa Taraga Abigael Marlo, siswa Kenan Skyno Adijaya dan siswa Adevin Noah untuk segera ke lapangan, sekali lagi, panggilan kepada siswa Taraga, siswa Kenan dan siswa Adevin untuk segera ke lapangan dalam 5 menit dari sekarang. Terimakasih."

Suara tegas Bu Siska membuat seluruh siswa kelas 12 MIPA terkacau itu diam.

"Mampus lo, Vin." sorak sebagian besar murid pada seorang siswa yang cengengesan, duduk di pojok kelas.

"Sudah diam!!! Adevin sekarang kamu ke lapangan." tegur guru pengajar jam terakhir.

Cowok yang merasa sebagai Adevin, berjalan santai meninggalkan kelas yang mendadak hening lagi setelah di bentak Bu Ratih, guru kimia.

Mata Tari mengikuti langkah Adevin yang melenggang menjauh dari pintu kelas.

"Permisi, Bu Ratih." terdengar suara ketukan dari arah pintu.

"Ya, masuk." izinkan Bu Ratih.

"Saya diminta Pak Nio untuk manggil Kak Tari bu, berhubung kejuaraan kemarin lusa."

Boby menoleh pada tempat duduk Tari karena sudah hafal, yaitu paling depan dekat dengan pintu.

"Tarina, silahkan." ucap Bu Ratih mempersilahkan Tari untuk keluar bersama Boby.

"Permisi, Bu." ucap Tari sebelum meninggalkan kelas, Bu Ratih mengangguk mengiyakan.

"Heran, kembaran kok gak bagi-bagi otak, yang cewek pada berprestasi yang cowok bisanya bikin ulah terus." Bu Ratih menggeleng-gelengkan kepalanya.

***

Udah Selasa aja, cepet banget. Doain MT nya lancar terus, utornya lagi lumayan sibuk belakangan,maap kalo ada typo.

Dengkiu yang masih terus ngikutin. vment

Chuuu~😘

My Twins ~ 3T [COMPLETE] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang