42

2.9K 137 0
                                    

           Tari dan Tere berlari mengikuti supir tadi ke sebuah mobil yang terparkir di luar kafe.

Dari luar mobil terdengar jelas suara batuk yang tiada jeda.

"Gior!!" pekik Tari dengan tak sabaran membuka pintu mobil.

Penampakan Gior yang sudah lemas di kursi penumpang, dengan batuknya yang tiada henti, serta beberapa bercak darah di sekitar mulutnya, membuat Tari sedikit meringis melihatnya.

"Pak, ke rumah sakit sekarang!!" ujar Tari sambil masuk ke dalam mobil.

Di raihnya tangan Gior yang tengah memukuli dadanya.

"Gior, Gior ... udah Gior."

"Pak!!! Cepet!" pekik Tari sekali lagi.

Ia seketika lupa dengan pertemuannya dengan Tere yang masih kebingungan di luar mobil.

"Biel ... hukhh, aku gak perlu rumah sakit." Gior memejamkan matanya demi menahan nyeri di dadanya.

Tangannya meremas kuat tangan Tarina.

"Kamu ngomong apa sih! Pak cepet jalan!" seru Tari.

"Pak, ke rumah Mami." ucap Gior mempererat genggamannya pada Tari sambil ia menyandarkan lemas badannya ke punggung kursi.

"Mbak bilang, kemaren kamu ngegym lagi di apartment, lusa juga kamu pulang sampe larut-"

Gior yang tadi memejamkan matanya segera membuka mata.

Tanpa kata.

Ia hanya menarik Tari kedalam dekapannya.

***


      "Mami, Gior lebih baik kita bawa ke rumah sakit aja biar bisa ditangani intensif." Tari segera berbicara dengan mami Gior begitu Gior dibawa masuk oleh supirnya.

Sandra, hanya diam menunduk.

"Tante Sandra ... Gior sekarat, tante!" dengan penuh penekanan Tarina amat memohon pada Sandra.

"Biel," Sandra mengusap lembut pipi Tarina yang dibasahi oleh air matanya sendiri.

Ukhukk khukk hhukhh

Mendengar suara batuk berkepanjangan itu, Tarina terbirit-birit lari meninggalkan mami Gior.

"Gior!!!" bentak Tarina karena melihat Gior melempar semua obat-obatnya yang diberikan oleh seorang suster yang stand by di kediaman mami nya.

Batuk Gior tidak berhenti, beberapa bercak darah segar juga bertambah di sekitar mulutnya.

Gior mengusapnya kasar.

"Yor ... please lah kamu jangan gini." Tarina benar-benar hancur melihat keadaan Gior yang sangat mengibakan saat ini.

Ia duduk di bibir kasur tempat Gior merebahkan badannya.

"There's no time, Bi, aku sudah muak sama obat-obatan itu." Gior menundukkan kepalanya, menolak bersepandang dengan Tari.

Tari menghela nafas gusarnya, kemudian memutuskan untuk memeluk Gior. Sedangkan Gior, ia memejamkan matanya dengan kuat, sampai sepasang bulir secara berasamaan luruh.


Ia menangis bukan karena haru akan Tarina, memang kebahagiaannya muncul begitu Tarina memutuskan untuk memeluknya. Namun kali ini, air matanya ditujukan pada rasa nyeri di dadanya yang tiba-tiba menyerangnya.


"Yor, kita ke rumah sakit ya?" masih dengan pelukannya, Tarina kembali membujuk Gior yang belum selesai dengan batuknya.

"Gak ada yang gak mungkin Yor selama kita berusaha, ada kemungkinan satu dari seribu usaha kita akan Tuhan pertimbangkan."

"Kita ke rumah sakit ya...." Tarina hendak melepas pelukannya, namun kini giliran Gior memeluk Tari dengan erat.

Pertama, ia tidak ingin Tari melihat air mata kepayahannya yang kalah dengan sakitnya.

Kedua, ia hanya ingin tetap memeluk Tari selagi ia bisa.

Ponsel Tari tiba-tiba berdering.

"Yor,"

Tarina berniat melepas pelukan Gior yang sepertinya sangat nyaman dengan posisinya sekarang.

Namun, Gior enggan menjawab Tarina.

"Yor," kali ini Tarina melepaskan sendiri pelukannya.

Begitu mudah.

Tanpa penolakan dari Gior.

Lemas.

Dan.

"Yor?" dengan ragu Tarina menepuk pelan lengan Gior dengan harapannya membangunkan Gior yang terlelap di pelukannya tadi.

Gapapa deh, biar istirahat dulu aja.

***

Aku updateeeeeeee
Aku sempet-sempetin update sekarang-sekarang ini, soalnya 2 minggu lagi aku mulai UAS.
Takutnya susah update, btw doain UAS ku lantjarr yaww🤭🤭🤗🙏
Dengkiu


Chuuu~😘

My Twins ~ 3T [COMPLETE] ✅Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum