5. Adopsi

4.1K 571 55
                                    


Bangun sepagi mungkin, mandi, sarapan dan langsung berangkat kerja adalah rutinitas rutin yang biasa dilakukan Karin setiap hati. Mengikuti kebiasaan sang boss idaman yang gila kerja, ia pun terkadang ikut bekerja diakhir minggu bahkan sampai larut malam. Bukan hanya sekedar ingin mencuri hati namun sebagai bentuk dedikasi yang tinggi pada perusahaan yang telah membantu hidupnya dan keluarga.

Ya, biasanya memang seperti itu. Hingga akhirnya dipagi ini ia terbangun karena suara tangisan bayi yang tak pernah ia dengar sebelumnya. Seorang bayi mungil yang lucu menggemaskan tengah menjambak rambu salah satu kawan yang tinggal bersamanya di apartemen, Suigetsu.

"Sabar sebentar bisa tidak? Orang itu hanya sedang mandi dan ia akan kembali menggendongmu!" terlihat ketidaknyamanan Suigetsu saat rambut yang rutin ia rawat di salon kecantikan ternama justru dirusak oleh jemari kecil si bayi.

"Anak siapa itu?" tanya Karin dengan suara lirih, hampir tak terdengar.

Tak lama Juugo datang dan tak kalah membuat Karin shock. Pria bertubuh kekar itu memakai celemek miliknya, sarung tangan bahkan topi khusus koki entah dari mana yang sebelumnya bahkan pria itu tak pernah sudi memakainya. Membawa sebotol susu hangat dalam genggaman. Ekspresi kawannya yang satu itu tak kalah aneh. Karin tak yakin dengan rasa dari susu itu.

"Kenapa hanya membuat sebotol susu kau bisa selama itu?" mendadak Suigetsu menjelma bagai ibu-ibu cerewet yang anaknya harus segera disusui. "Kemarikan botol itu!"

Ujung dot disodorkan pada bibir basah yang bergetar namun si bayi menolak. Ia bahkan menepis botol itu dan kembali menangis dengan lebih keras.

Mendapati respon tak terduga dari bayi dalam gendongannya, Suigetsu justru berdecak kesal.

"Kurasa susunya tidak enak atau karena airnya terlalu panas," ujar seorang wanita yang berdiri tak jauh dari sana. Memperhatikan kedua kawan yang sibuk pada urusannya masing-masing sehingga melupakan keberadaannya sejak tadi yang berdiri lama di sana.

Sontak kedua pria yang tengah duduk di atas sofa menoleh pada asal suara. Terkejut mendapati Karin dengan pakaian tidurnya serta rambut berantakan menatap mereka tajam. "Oh, pertanyaan awalku belum kalian jawab. Anak siapa itu? Apa dia anakmu, Suigetsu?"

Mendapati tuduhan dari Karin membuat Suigetsu kesal namun ada setitik rasa ingin mejahili temannya itu. "Bukan, dia anak Sasuke."

"Hah? Kau ingin kubunuh ya?"

"Tidak, Karin. Bayi itu memang anaknya Sasuke. Namanya Naruto Uchiha. Kau harus sopan padanya," Juugo menambahkan. "Karena itu, ntuk membuat susu anak ini aku harus memastikan diriku steril dan tak ada kuman atau rambut yang terjatuh ke dalamnya."

Karin masih tak percaya. Bibirnya membuka tutup tak percaya. Tanpa babibu langsung didekati anak dalam pangkuan Suigetsu dan ia memperhatikannya seksama. "Kau benar-benar ingin kubunuh rupanya. Dia tak mirip sama sekali dengan Sasuke-kun!"

"Siapa yang ingin membunuh siapa?"

Suara baritone dari arah belakang menghentikan niat Karin yang ingin mencekik Suigetsu. Sesosok pria dengan sifat dingin yang begitu dikenal Karin dengan jelas berdiri dengan tatapan sayu. "Kau tak berhak berkata kasar seperti itu di depan anakku. Apa kau memang ingin kubunuh, hah?"

Juugo menghela napasnya pelan. Dilepasnya atribut memasak yang ia pakai. "Kau juga sama saja," batinnya.

Suigetsu menahan tawa saat melihat Karin membeku dengan wajah pucat seperti ikan mati. Kini mata bernetra merah milik Karin ikut melebar dengan ekspresi tak percaya. Antara terkejut mendapati Sasuke berada dikediamannya dan tak terima jika pria yang ia sukai diam-diam sudah memiliki anak. "Sa.. Sasuke-kun, kau pasti bercanda kan?" Wanita itu lantas berdiri dan mendekati teman sekaligus atasan di tempatnya bekerja. "Wanita sial mana yang menjadi ibu dari anak ini? Kenapa kau tak memberitahuku, hah?"

Baby BabyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora