8

5.5K 232 3
                                    

"Hanya dari sebuah cerita yang aku dengar, aku dapat menyimpulkan sendiri bagaimana sifatmu itu."

***

Sia menyerngitkan matanya saat sinar dari matahari masuk melalui celah jendela kamarnya. Dia menguapkan mulutnya dengan lebar dan dilanjutkan menengadah pandangan untuk melihat jam dinding. Sia tersenyum kecil karena dirinya tidak bangun kesiangan.

Namun, Sia masih belum bisa menghilangkan kerutan yang terpatri dikeningnya. Sekarang, ia baru sadar jika dirinya tertidur di meja belajar. Bagaimana bisa?

Dengan secepat kilat, Sia mengangkat bokongnya dari kursi, menegakkan punggungnya, dan mencoba mencari foto yang semalam ia pegang dan dipandanginya dengan lama. Setelah dua menit berlalu, Sia memegangi dadanya, lalu membuang napasnya lega saat foto itu berhasil ia temukan.

Diusapnya benda itu dengan lembut, setelah dirasa debu yang menempel sudah mulai sirna, Sia kembali meletakkannya di dinding. Lalu setelah itu, ia bergegas menyambar handuk dan segera menyejukkan badannya dengan guyuran air segar di pagi hari.

Memang seperti inilah setiap hari hidup yang Sia jalani, tersenyum dengan lebar setiap langkah kaki kecilnya menyeretnya pergi kemanapun, bisa dibilang Sia merupakan gadis periang. Senyumannya yang manis, wajahnya yang imut mampu menyihir semua orang untuk berdecak kagum pada gadis ini.

Walaupun masih menerima berbagai tatapan dari orang lain, tetapi Sia masih tersenyum. Untung saja jumlahnya tidak sebanyak kemarin. Dan yang membuat Sia sedikit tercengang adalah tatapan itu terjadi karena potongan rambutnya. Yeah, Sia hanya merapikannya saja agar terlihat enak dipandang.

Tanpa sengaja, ekor mata Sia bertemu dengan kakak kelasnya yang kemarin menolongnya dari geng Sashi, Sia masih ingat betul wajah itu, rahangnya yang tegas, tatapannya yang begitu lembut, dan badannya yang tegap masih melekat diingatan Sia. Tidak salah lagi, itu benar-benar Elgo.

Tapi tunggu, Sia melihat Elgo tidak sendirian, cowok jangkung itu bersama dengan cowok lain di sampingnya dan Sia tidak tahu siapa cowok itu. Langkah Sia untuk mendekati Elgo seketika langsung urung, ia hanya mampu menatapnya dari sini.

Satu hal yang membuat tubuh Sia kembali meradang dan terheran adalah tingkah laku dari Elgo. Kenapa cowok itu berbeda sekali dari kemarin? Sia masih menyerngitkan dahinya bingung. Entah kenapa ia menjadi agak risi melihat tingkah Elgo yang menurutnya sangat menyebalkan.

Bagaimana tidak? Cowok itu beserta temannya sedang berjoget dihadapan guru, Sia rasa kakak kelasnya itu sedang meledek guru tambun yang berada tidak jauh dari mereka. Sia juga dapat melihat gestur wajah Elgo yang asik tertawa terbahak, jail sekali cowok itu sampai-sampai guru perempuan itu menunjukkan wajahnya yang merah.

Bukannya berhenti saat guru itu memarahinya, Elgo dan temannya malah semakin bertingkah ngawur, pinggulnya ia goyang semakin heboh. Benar-benar terlihat kontras dari yang Sia lihat kemarin.

Apapun itu, Sia tidak suka dengan tingkah Elgo yang semena-mena dengan guru, ada apa dengan cowok itu? Kenapa kemarin terlihat sangat cool sekali?

Tidak mau melihat tingkah konyolnya lagi, Sia memilih melanjutkan menyeret kakinya menuju kelas di lantai dua. Memang sekolahnya ini memiliki tiga lantai. Lantai pertama di tempati oleh murid baru, alias kelas sepuluh, dan lantai dua di duduki oleh kelas sebelas, sementara lantai yang paling atas tentu saja ditempati oleh anak-anak kelas dua belas.

If I Don't Hurt You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang