5. it's (not) fine

3.4K 343 10
                                    

Jaemin menaruh piring yang baru saja ia gunakan untuk makan perlahan-lahan agar tidak menimbulkan suara dentingan yang terlalu keras.

"Siapa yang nyuruh kamu makan?"

Suara seorang wanita terdengar menginterupsi laki-laki itu, "Mama ada nyuruh kamu makan?" Tanyanya sekali lagi.

"N-Nggak, Ma."

"Mama udah bilang ..." Jaemin meringis saat rambutnya dijambak secara tiba-tiba, "kamu boleh makan kalau kamu udah bisa jadi yang nomor satu dari semua murid di sekolah."

"T-Tapi Jaemin udah jadi nomor dua ... setelah Jisun, Ma."

"Mama nggak peduli!" Wanita itu membenturkan kepala Jaemin ke dinding di belakangnya, "Mama nggak peduli siapa itu Jisun! Yang penting kamu harus bisa ngalahin dia!"

"Iya, Ma. Kasih Jaemin waktu ..."

"Mama lihat yang nomor tiga teman kamu Hanna, ya? Nilainya beda tipis sama kamu, cuma selisih tiga angka, Jaemin. Kalau sampai kamu kalah juga sama dia, Mama nggak akan segan ngusir kamu dari rumah."

"Jaemin nggak akan kalah lagi ..."

"Jaemin janji ... Jaemin bakal ngalahin Jisun ... dan Jaemin nggak akan kalah sama Hanna."

Awalnya Jaemin ingin bernapas lega saat tangan mamanya melepas jambakan pada rambutnya, namun Jaemin justru bertambah panik saat mamanya mencengkram kuat rahangnya.

"Muntahin makanannya."

"Ma?"

"MAMA BILANG MUNTAHIN MAKANANNYA!!"

"KAMU TULI, HAH?! MUNTAHIN SEKARANG!"

Jaemin masih diam mendengar bentakan demi bentakan, sampai satu perlakuan mamanya membuat Jaemin kehilangan akal untuk beberapa menit.

Wanita itu memukul perut Jaemin, lalu menyuruh Jaemin mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Muntahin!"

"Iya, Ma. Biarin Jaemin sendiri yang muntahin makanannya."

Wanita berumur sekitar empat puluh tahun itu mundur beberapa langkah, lalu tersenyum penuh saat melihat Jaemin berusaha memuntahkan makanannya seperti yang diperintahkan.

Cairan bening jatuh membasahi tangan Jaemin, mau tidak mau ia memasukkan dua jarinya ke dalam mulut sampai menyentuh tenggorokannya untuk memancing rasa mual.

Tidak berselang lama, Jaemin memuntahkan semua makanan yang sudah ia makan beberapa menit lalu di washtafel.

"Bagus, jangan berani-berani makan tanpa sepengetahuan Mama. Atau Mama tidak akan pernah memberi kamu makan lagi."

***

"Muka lo pucat banget一" belum selesai Hanna bertanya, Jaemin sudah berlari menjauhinya, masuk ke gang sepi yang cukup gelap.


Hanna berjalan mendekat, tidak memedulikan isyarat tangan Jaemin yang menyuruhnya jangan mendekat.

"Na,"

"J-Jangan ke sini ..."

Hanna mengernyit saat melihat Jaemin memuntahkan isi perutnya dan memukul-mukul dadanya.

"Lo kenapa?" Hanna menyuruh Jaemin berdiri, mengusap mulut laki-laki itu dengan tisu lalu memeluknya erat.

"Lo kenapa lagi? Cerita sama gue, lo habis diapain?" Suara Hanna bergetar, menahan tangis.

"Hanna ..."

"Iya, kenapa?"

Jaemin menggeleng, "perut gue sakit ... mual ..."

Obliteration : For You, Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang