43. Hai, Na.

1.9K 126 0
                                    

Kim Hanna melangkah masuk ke dalam pesawat, kemudian duduk di bangku yang sudah ditentukan.

Kepalanya menoleh ke kaca, dari kejauhan dapat ia lihat James melambaikan tangan ke arahnya. Tapi belum sempat membalas, lambaian tangan James berhenti, bahkan tangannya terlihat lemas, membuat Hanna mengernyitkan kening.

James membeku, apa ini yang dimaksud oleh Jay beberapa jam lalu?

Ia melihat Na Jaemin, benar-benar melihatnya. Duduk di kursi tepat di samping Kim Hanna.

"Hanna ...."

James berlari, menerobos penjaga yang menghadangnya, ingin menyusul pesawat Hanna yang sudah lepas landas.

"Hanna!"

"Kembali!"

"Kim Hanna, turun!"

"KIM HANNA!!"

"Selamat tinggal, James Myron."

Itu adalah isi kertas yang terselip di dalam undangan pernikahannya untuk James. Kertas rahasia, kertas yang hanya ia berikan kepada James sebagai ucapan selamat tinggal. Sengaja ia selipkan di dalam undangan agar James tidak kebingungan jika harus membacanya sebelum ia pergi.

***

Kim Hanna
Kak Jaehyun, aku pulang.

Benda pipih yang diabaikan oleh pemiliknya itu berdenting, sejak dua jam lalu benda tersebut tergeletak di meja kerjanya.

Sang pemilik ponsel sedang melakukan operasi darurat. Melupakan jadwalnya untuk menjemput Hanna yang katanya akan kembali ke Korea pagi ini.

Cuaca Seoul mendung, padahal ini masih jam sembilan pagi, sebelum masuk ke dalam ruangan pun Jaehyun sudah menebak pasti hari ini turun hujan.

Dengan telaten Jaehyun mengoperasi pasiennya pagi ini, meski sedikit terburu-buru, ia harus tetap menomorsatukan nyawa pasien.

"Dokter Jung, pasien mengalami pendarahan hebat!"

***

Hanna menatap ke luar jendela, pemandangan awan-awan yang sudah sering ia lihat ketika naik pesawat menyapa, warnanya putih bersih, mereka bersinar, sama seperti pakaian Jaemin yang laki-laki itu kenakan.

Bunga krisan pemberian Jaemin pun masih ia genggam hingga saat ini, masih apik dan belum layu, kelopaknya begitu ia jaga agar tidak ada yang rusak maupun jatuh. Hanna meneliti tulisan di tangkai warna hijau bunga krisan putih tersebut. For us, forever.

"Untuk kita ... selamanya."

Si gadis tersenyum manis, sebelum akhirnya semua keadaan berubah 180° ketika pesawat mendadak berguncang hebat, ia rasa pasokan udara di sekitarnya berkurang, hidungnya meraup oksigen dengan rakus. Namun akhirnya ia bisa bernafas lega saat masker oksigen dikeluarkan.

Gerakannya yang sigap menangkap masker dan menempelkan benda itu di hidungnya, membuat sesak nafas Hanna sedikit berkurang. Kepalanya pening bukan main, ini adalah pertama kalinya pesawat yang ia tumpangi tiba-tiba bermasalah.

Bertambah detik, guncangan pada pesawat semakin tidak terkendali, semua orang yang satu pesawat dengannya mulai berteriak histeris. Bunga krisan putih jatuh dari tangannya, ia melirik ke bawah, berniat mengambil bunga krisan itu.

"Untuk semua penumpang di mohon untuk tidak meninggalkan kursi."

Akibat guncangan dahsyat tersebut, bunga krisan Hanna jatuh semakin jauh sampai ke kursi penumpang lainnya.

Melepaskan masker oksigennya tanpa berpikir panjang, Hanna bangkit, dengan susah payah berjalan ke kursi penumpang lain untuk mengambil bunga krisan putih miliknya.

Obliteration : For You, Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang