Chapter Spesial : Pulang Kampung! 2.0

3.5K 385 261
                                    

"Hyung, aku takut"

Jae berhenti jalan, nengok ke Wonpil yang sekarang megangin erat jaket denimnya. "Takut kenapa Pil?"

Wonpil nelen ludahnya susah payah. "N-naik pesawatnya"

Jae langsung speechless, ya kalau takutnya pas belum berangkat sih gapapa! Lah ini? udah nyampe!

"Orang udah nyampe di depan rumah gue baru takut naik pesawat, telat takutnya!" Jawabnya greget, nyuri kesempatan nyubit pipi Wonpil sekilas.

Wonpil nyengir paksa, terus dia natap rumah sebesar gedong sate di depannya. "Ini rumah Jae hyung?" Tanyanya.

Jae ngangguk. "Iya, ini rumah gue" Terus ngegandeng tangan Wonpil erat-erat. "Maaf ya ngga gede-gede banget" Tambahnya lagi.

Wonpil mendadak Deja vu.

Ngga gede ndasmu, bahkan lebih besar dari apartemen Jae sendiri. Maklum ya, keluarga Jae ini emang orang-orangnya rendah hati dan tidak sombong semua. Mungkin tunggu punya rumah seluas Ragunan baru deh dibilang gede rumahnya.

"T-terus orang tua Jae hyung dimana?"

Jae naro koper mereka di teras. "Di kandangin kali"

Wonpil melotot, asbun banget ini manusia!

"Ngga lah! Bercanda" Jae ngakak receh. "Mungkin di dalem, gue kan kesini ngga bilang-bilang ke mereka" Balasnya lempeng.

Dan itu membuat Wonpil nambah dua kali lipat kaget. "T-terus yang kemarin?"

Ups, ketahuan bohong kan!

Jae nyengir watados. "Udah lupain aja, bokap dan nyokap gue baik kok orangnya—beuhh apalagi bokap gue"

"Baik banget ya hyung?"

"Ngeselin bangeuuut."

Lagi asik-asiknya mereka ngobrol, pintu yang terdiri dari dua kayu lebar serta panjang di hadapan mereka terbuka, memperlihatkan sosok wanita cantik berbalut daster dengan motif khas dari toko oleh-oleh krisna.

"Siapa sih berisik banget—" Ocehan wanita itu terhenti begitu ngeliat Wonpil. "—OMG kamu lucu banget, nak! Mama kamu mana?! Kamu kesini karena kehilangan mama kamu ya?! Atau kamu di culik?! Mana penculiknya?!" Heboh banget suaranya kayak lagi pake toa tukang parabot.

Wonpil malah shock berat karena wanita itu mendadak meluk-meluk dia aja tanpa ijin. Mana wangi banget pula, habis pake berapa botol parfum?

Wanita itu ngelepasin pelukannya. "Kamu kesini sama siapa nak?" Tanyanya pake ekspresi cemas-cemas sumringah. Berniat mau melihara Wonpil kalau emang beneran kehilangan orang tuanya.

Wonpil ngangkat jari telunjuknya ke samping, nunjuk manusia jangkung yang keberadaannya ngga di anggep sama sekali. "J-jae—"

"LOH JAE?! KENAPA NGGA BILANG MAU PULANG HAH?!" Nada lembut wanita itu berubah jadi garang, persis ibu-ibu yang kehilangan taperwer. "TERUS INI ANAK SIAPA LAGI KAMU BAWA-BAWA?! MANA ORANG TUANYA?!"

Jae auto nutup telinga. "Mom! Dengerin dulu—"

"Apa denger-dengerin?! Buruan ngaku, kamu bawa anak—" Kalimat sang bunda terhenti. "—bentar, ini Wonpil yang pernah kamu ceritain?"

Jae muter bola matanya sementara Wonpil buru-buru ngebungkukin badannya sopan. "H-hai tante, aku Wonpil, adeknya Sungjin hyung"

"O-oh?" Bundanya Jae kedip-kedip belum konek. "Gebetannya Jae itu ya?"

Sontak rona merah muncul dipipi Wonpil, bikin Jae gemes sendiri dan ngerangkul tubuh mungil itu. Emang dah sekalian modus, mentang-mentang udah bebas dari pengawasan Sungjin.

Who? Me? [Jaepil] ✓Where stories live. Discover now