Part Three

856 355 724
                                    

Dulu sebelum putus dengan Azam, aku si cewek aneh, selalu blak-blakan jika menyangkut perasaanku pada Rean. Kami juga pernah membahas tentang apakah kami bisa kembali lagi atau tidak. Tapi laki-laki itu mengatakan 'Jangan nunggu aku, aku gak akan balik lagi.' Setelah itu aku memutuskan untuk fokus pada hubunganku dengan Azam dan berniat benar-benar move on dari Rean. Tapi yang aku dapatkan malah penghianatan.

Terkadang saat kita benar-benar ingin fokus pada suatu hal, disitu pula kita dikecewakan.

Aku sempat berpikir untuk membuka kembali bakat fuck girl ku yang kemarin kupendam, gini-gini aku juga mantan fuck girl dulunya, walaupun aku tau, wajahku tidak secantik dan semulus Ko Moon Young di drama It's Okay to Not be Okay. Cuma Azam yang menyelingkuhiku, biasanya aku yang menyelingkuhin orang lain.

Setelah menceritakan semuanya pada Ana, aku memutuskan untuk mengikuti saran temanku itu. Tadi, setelah keluar kelas, aku mengirim kata 'kalau aku nunggu kakak, kakak bakalan balik ke aku gak?' pada Rean dan sekarang aku jantungan menunggu balasannya.

Niawan yang melihat kegelisahanku bertanya, "kau kenapa sih? Sak berak?" Laki-laki itu selalu muncul saat moodku sedang tidak bagus untuk bercanda.

Aku berdecak, "aku jantungan nunggui balasan doi."

"Kapan kau jadian? Bukannya kau istri aku ya, kok jadian sama laki-laki lain?" Tuh kan! Niawan ini memang laki-laki idaman karena kebaikannya, tapi dia juga laki-laki yang harus sedikit di hindari karena kegilaannya.

"Males aku samamu, nggak pernah mau ngurus si Alice."

"Kan aku urus juga, sih, kalau aku sempat."

Ana menggelengkan kepalanya melihat kami. Jika orang yang tidak tau, pasti mengira aku dan Niawan memang pasangan suami istri sungguhan. Padahal itu semua terjadi dalam game. Akhir-akhir ini mereka semua terinfeksi virus dariku yaitu bermain game dancing Au2. Di dalam game tersebut aku dan Niawan merupakan suami istri yang memiliki anak bernama Alice.

"Na, cabut yok. Aku butuh udara segar ni," ajakku langsung menarik tangan Ana pergi dari tempat ini.

"Udara di sini nggak seger emang, Wan?" tanya Fadil yang masih bisa kudengar.

"Dia kan perempuan aneh, biarin aja mau bilang apa."

Ingin rasanya kusumpal ayam geprek level 10 mulut Niawan itu!

🍁🍁🍁

Ada masa-masa di mana aku ingin berhenti kuliah saja. Wajar, untuk mahasiswi yang memasuki semester lima pasti merasakan fase ingin berhenti kuliah dan langsung menikah saja seperti aku ini. Tapi itu tidak benar kulakukan, itu hanya pikiran buntu dari rasa lelah yang di hadapi mahasiswi dengan tugas yang menumpuk. Bisa mampus aku kalau ayahku tau aku punya pikiran seperti ini.

Aku menatap sendu semua laporan miniriset yang menumpuk di meja belajarku. Ingin rasanya aku menjerit dan membuang semua kertas memuakkan ini.

Kuambil ponselku yang berada di atas kasur---mendial nomer Ana yang memang sekelompok denganku untuk membereskan laporan memuakkan ini. Dari sebrang sana terdengar suara serak khas orang bangun tidur. Hello ini sudah jam sebelas pagi, dan Ana belum bangun jika tidak kutelfon? Kenapa aku bisa berteman dengan orang seperti dia ya Tuhan.

"Ketemu di cafe depan kosmu. Bawa buku referensi kemarin. Otakku buntu ngerjain laporan ini sendirian," ucapku kemudian memutuskan panggilan.

Aku langsung bersiap dan keluar dari kosku yang masih berantakan. Jam tiga siang nanti aku harus bekerja, secara untuk membeli skincare tidak bisa kreditkan?

COME BACKWhere stories live. Discover now