52. Akhirnya

42 8 0
                                    

Suasana di meja makan ini seketika menjadi tegang. Galvan menatap wajah Ibunya dengan serius.

Ibunya kemudian meletakkan sendok dan garpu makannya kembali pada meja makan.

"Kalau Ibu memberitahumu kebenarannya, apa yang akan kau lakukan?"

Galvan terdiam sebentar. Jika Ibunya berkata seperti itu sudah terdengar seperti pemikirannya itu dinyatakan benar kan?

"Kenapa?" tanya Galvan tanpa basa-basi.

Ibunya menghela nafasnya pelan dan memegang kedua tangan Galvan. "Dengarkan terlebih dahulu, Nak."







ribbon.



"Kalian berpacaran ya?" tanya Sora melihat Calvin dan Cela yang tidak ada hentinya terus bertengkar.

"Iya, memangnya kenapa?" jawab Calvin dengan santai.

"Tidak!" Cela menginjak sepatu Calvin keras. Alex melihat kelakuan mereka berdua hanya terkekeh.

"Sejak kapan kita berpacaran, huh?"

"Sejak kau hampir menabrakkan diri disana," Calvin menunjuk pintu yang tempo hari hampir ditabrak oleh Cela.

Sementara Cela memutar bola matanya malas. "Omong-omong Galvan ada dimana?" tanya Cela- lebih seperti mengalihkan topik pembicaraan.

"Entahlah, dia tidak mengirim pesan sejak kemarin. Aku juga tidak tahu rumahnya ada dimana...."

Sora menatap Alex, memberikan Alex sebuah kode untuk keluar sebentar. "Aku keluar sebentar dengan Sora," izin Alex pada Cela dan Calvin.

"Apakah sekarang kau berpindah hati setelah menjadi pacarku? Wah, ada apa dengan aura Galvan yang mengambil semua wanitaku, hah?!" ucap Calvin- tentu saja tidak begitu serius dengan perkataannya.Secara tidak langsung juga mengabaikan ucapan Alex.

"Sejak kapan aku menjadi pacarmu? Dasar orang gila."

Alex menggelengkan kepalanya melihat kelakukan aneh pasangan itu. Ia dan Sora kemudian keluar dari ruangan. Alex tahu, Sora melihat sesuatu yang akan terjadi nantinya. Entah itu baik atau tidak.

"There's something coming, Alex."

"What is it?"

"Aku tidak tahu, masih belum begitu jelas. Tapi, aku tahu, Galvan mendapatkan sesuatu. Sekarang."

Alex menatap Sora dan berkata, "Tentang Elva?"

Sora menggelengkan kepalanya sedikit ragu. "Ini sangat penting, Al. Sangat penting."

"Apakah kau menemukan orang itu?" tanya Alex yang tertuju tentang tuan.

"Ed ada dimana?"

Sora dan Alex menoleh pada Calvin yang tiba-tiba muncul di samping mereka.

"Kenapa wajah kalian tampak begitu tegang?" tanya Calvin lalu terkekeh.

"Tenang saja, aku tidak mendengarkan percakapan kalian berdua."

"Cal, apakah aku bisa bertanya padamu?" tanya Sora, tidak memperdulikan kalimat yang baru saja diucapkan oleh Calvin.

Calvin mengerutkan dahinya juga menaikkan satu alisnya. "Tentu saja, mengapa tidak boleh?"

Alex ikut penasaran dengan apa yang dikatakan oleh perempuan di hadapannya ini, mengamati percakapan Sora dan Calvin dengan baik.

"Hanya pertanyaan biasa, kau tidak perlu terlalu memikirkannya."

Calvin mengangguk paham.

"Bagaimana jika kau mempunyai hubungan darah- secara tidak langsung dengan...ku?"

Calvin terdiam sebentar, "Hah?"

Alex menatap Sora- ia yakin ada sesuatu tentang pertanyaan itu yang diberikan pada Calvin.

"Aku anak tunggal, tidak mempunyai saudara, asal kau tahu."

"Aku tidak menanyakan perihal keluargamu, aku menanyakan bagaimana jika kau punya saudara sepertiku?"

"Kalau begitu aku akan menanyakannya pada Ibuku terlebih dahulu, bagaimana bisa aku percaya dengan begitu cepat?!"

"Terima kasih sudah menjawab pertanyaanku, aku pamit pergi dengan Alex." Sora memberikan senyumannya pada Calvin kemudian menarik Alex pergi dari tempat itu.

"Dasar aneh," gumam Calvin.

"Ada apa?"

Calvin menoleh pada Cela yang sudah berdiri di sampingnya. "Kau mau jadi pacarku tidak?"

"Iy- Hah?"

"Mau atau tidak?"

"Tidak."

"Yang benar saja?"

"Untuk apa aku menerimamu huh, Elva saja pasti belum bisa kau lupakan."

"Dia tidak akan bisa kulupakan," ujar Calvin dan melihat ekpresi Cela, "dia kan teman masa kecilku, dasar bodoh."

Ribbon ✓Where stories live. Discover now