"Gue Fela, lo gabung ke geng gue, yuk?"
Mata Nayra membulat sempurna. Kepala yang tadinya sakit akibat benturan itu menjadi seakan baik-baik saja. Pertanyaan macam apa itu? Seumur-umur, Nayra belum pernah mendengar ada orang yang mengajaknya untuk bergabung dalam kelompok mana pun, kecuali untuk kelompok belajar yang memang selalu ditentukan oleh gurunya. Apalagi untuk masuk ke kelompok pertemanan yang banyak dimiliki orang-orang. Nayra mengerjap, ini tuh Macaroon girls loh. Geng yang sudah terkenal di sekolah karena kecantikan dan kegalakannya. Membuat mereka dipuja-puja kaum Adam, dan ditakuti oleh kaum Hawa --walaupun di belakang selalu dihujat-hujat.
Fela mengibaskan tangannya di depan wajah Nayra. "Hello? Kok bengong, sih?"
"Eh?" Nayra masih terlihat sangat terkejut, membuat Fela merasa gemas dan membawanya ke kantin untuk bertemu teman se-gengnya.
"Hai, Nay! Gue Widi."
"Halo! Gue Syafa."
"Gue mah gak usah ngenalin diri juga lo udah tahu, kan? Jangan dendam sama gue, ya, Nay. Sekarang kan kita bakal jadi sahabat," ucap Nita sambil merangkul Nayra dengan akrab.
Nayra yang belum tahu harus berbuat apa hanya bisa membalas jabatan satu per satu anggota geng tersebut. Ia juga mengangguk untuk membalas pernyataan Nita, orang yang sudah sangat sering mengolok-olok dia ketika kelas sepuluh.
Toh, itu kejadiannya sudah lama. Kita bakalan sahabatan sekarang.
Nayra tersenyum sendiri, seperti ada kupu-kupu yang beterbangan di perutnya ketika ia menyebutkan kata 'sahabat'. Kata yang ternyata dari dulu selalu ia idam-idamkan, tapi tak pernah terealisasikan karena terlalu mementingkan pendidikan.
"Gimana, Nay? Lo mau, kan?" tanya Fela sekali lagi.
Nayra langsung mengangguk setuju tanpa pikir panjang, membuat teman barunya itu langsung bersorak 'yes' kegirangan. Menurutnya, tak ada lagi yang harus dipikirkan. Eksistensi geng tersebut sudah tak bisa diragukan. Ia juga akan aman di sana, teman-teman barunya itu sangatlah pandai berkelahi dan menindas orang.
Cocok untuk kepribadianku yang baru.
"Oke, sekarang waktunya kita pulang. Rumah lo di mana, Nay? Biar kita anter pulang, dan besok kita jemput," ucap Widi. Dia memang selalu membawa mobil ke sekolah dan membiarkan teman se-gengnya itu selalu menumpang.
Nayra kembali senang bukan main. Hidupnya akan segera berubah. Ia yang biasanya harus pulang sendiri, menaiki angkutan umum yang bahkan tak ada kesannya sama sekali, akan berubah menjadi pulang bersama teman, dan menaiki mobil mewah.
Mereka berlima berjalan beriringan menuju tempat parkir, diselingi dengan canda tawa Syafa yang mampu mencairkan suasana kaku di antara Nayra dan lainnya. Nayra merasa bersyukur dalam hati, akhirnya setelah sekian lama hidupnya kembali berwarna. Jiwa raga yang telah mati kini bangkit kembali, membawa cerita baru yang mungkin akan menjadi kisah indah di masa putih abu-abu.
"Makasih banyak, ya, aku masuk dulu," ucap Nayra ramah saat ia sudah berada di depan rumahnya.
"Jangan lupa besok pakai yang udah kita kasih ya, Nay! Bye, see you tomorrow!"
Setelah Widi mengucapkan itu, akhirnya mobil Jazz berwarna kuning itu melesat ke luar perumahan. Nayra masih melambaikan tangannya sampai mobil itu tak terlihat. Senyumnya yang mengembang itu langsung buyar saat melihat kedua orang tuanya sedang mengamatinya di teras, lebih tepatnya di tempat usaha servis milik ayahnya.
"Oh, kamu sudah bisa punya teman sekarang? Kelihatannya mereka juga anak orang kaya. Gak usah, deh. Hatimu yang kecil itu akan sangat tersiksa kalau tetap berteman sama mereka," ucap Hilda sambil memasang wajah yang seakan tak peduli.
YOU ARE READING
180 DAYS ✔
SpiritualMenceritakan tentang perjuangan seorang gadis yang mulai beranjak dewasa. Perjuangannya dalam menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat walau harus menemui beberapa jalan buntu. Nayra, sosok gadis polos yang menjadi korban atas keretakan rumah tangga...