Prolog

13.5K 513 36
                                    

"Dasar Babon! Jalan itu pake mata bukan pake lemak! Lo bikin baju gua kotor!", ujar Inosensius Leo Utama seraya menatap Dewi Amor seakan hendak menelannya.

Dewi Amor menunduk takut. Suara besar Leo yang menusuk membuat jantungnya jumpalitan. Titik-titik keringat muncul dipunggung dan juga di dahi Dewi Amor.

Ini bukan pertama kalinya Dewi Amor dimaki seperti ini oleh Leo, tapi tetap saja rasa takutnya tidak hilang-hilang. Dewi Amor tetap tidak terbiasa menghadapi kemarahan Leo. Apalagi kali ini memang Dewi Amor yang membuat kesalahan. Bisa-bisanya dia menabrak laki-laki emosian seperti Leo.

"Maaf", ujar Dewi sambil menundukan kepalanya.

"Maaf?! Apa menurut lo, baju gue bisa kering dengan maaf lo itu?!", lagi-lagi Leo tidak bisa nyantai jika berhadapan dengan makhluk yang dia anggap menjijikan seperti Dewi Amor.

"Biar saya cuci baju kamu", ujar Dewi sambil berusaha menyentuh baju basah bernoda merah bekas minuman fanta, namun Leo segera menepis tangan Dewi dengan angkuh.

"Harusnya lo ganti baju gue, tapi karena gue tahu lo miskin jadi gue ga bakal nuntut lo! Tapi lo mesti jauh-jauh dari gue! Inget jauh-jauh! Gue sial terus kalau deket babon kayak lo!", maki Leo sekali lagi lalu meninggalkan Dewi begitu saja.

"Dasar babon! Kurusin badan lo! Bikin sempit jalanan aja!", sambung Haikal yang berada dibelakang Leo.

"Iya nih! Jemur tuh lemak lo, biar ga ganggu mata lo! Bisa-bisanya lo nabrak Leo! Babon-babon, ga kapok-kapoknya ya!", Bima, salah satu dari anggota geng Leo ikut menimpali sambil menggeleng-gelengkan kepala lalu mengikuti Leo yang sudah beranjak menjauhi Dewi.

Air mata Dewi meluruh, penghinaan selalu dia terima dan yang paling buruk diterima dari Leo and the gank dan dari Calista and the gank.

Baru saja Dewi hendak melangkah, bahunya sudah ditabrak oleh Calista. Benar-benar panjang umur wanita cantik berhati kelam yang berada dihadapan Dewi ini.

"Lagi-lagi lo caper! Sampe kapan sih lo ngerti omongan gue! Ga usah deketin Leo! Lo ngerti bahasa Indonesia ga sih!", teriak Calista di kuping Dewi.

Gadis itu sontak berjengit dan menjauhi kupingnya dari Calista. Namun bukannya sadar diri atas kelakuannya yang minus itu, Calista justru menambah volumenya.

"DASAR BABON!", umpat Calista kesal karena Dewi tak kunjung memberikan respon.

Sedangkan orang-orang yang berada disana ikut tertawa. Kata Babon dianggap sesuatu yang lucu. Bahkan Leo, Haikal dan Bima ikut tertawa.

Entah dimana yang lucu, Dewi tidak mengerti. Namun dia selalu mengingat perkataan Ibu Nur, Kepala Pantinya untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.

Balaslah kejahatan dengan kebaikan agar orang yang berbuat jahat merasa malu menerima kebaikan dari orang yang dijahatinya dan berhenti berbuat jahat.

Dan Dewi terus bertahan untuk mengingat serta mengamalkan pesan Ibu Nurnya. Dia sama sekali tidak membalas perkataan Calista dan hal itu menurutnya sudah merupakan pencapaian yang besar. Sedang untuk berbuat baik, Dewi yang lemot masih memikirkan caranya.

Dan benar saja, karena Dewi tidak memberi perlawanan, Calista merasa bosan sendiri dan meninggalkannya.

Hingga salah satu kejadian mengubah prinsip Dewi, tepatnya mengubah pesan Ibu Nur.

Dewi Amor merasa marah, sangat-sangat marah bahkan dia sudah bertekad akan membalaskan dendamnya pada Calista dan Leo juga antek-antek mereka.

Kejahatan sudah tidak bisa lagi dilawan kebaikan. Kejahatan harus dilawan dengan kejahatan. Kalau mereka bisa berbuat jahat lantas kenapa Dewi tidak bisa?

Prinsip itulah yang kini mendarah daging dalam diri Dewi Amor, si babon berusia 15 tahun yang memiliki berat 90 kg.

Ttd,

lucyro

Dendam Si GendutTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon