● 8. Maya Day

126 21 28
                                    

BAGIAN 8

HAPPY READING!

---

---Dimanapun kamu, dimanapun letak rasamu aku akan selalu tau---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---
Dimanapun kamu, dimanapun letak rasamu aku akan selalu tau
---

Niatnya membawa Maya ke taman, Kamis malah mengajaknya ke kafe berbalut corak-corak kekinian yang ramai pengunjung. Menjadi bagian dari mereka cukup membuat Kamis terintimidasi. Namun lain halnya dengan Maya masih tetap tersenyum ramah, menikmati eloknya matahari yang menggelinding perlahan ke barat.

"Tadi kamu nonton basket, nggak? Basketnya keren tapi masih kerenan kamu. Apalagi tadi kamu ganteng banget dari tempat duduk penon--"

"Lo waras, 'kan?" potong Kamis dengan nada tak sedap sukses membuat sosok di hadapannya tersedak.

Agar batuk-batuk akibat tersedaknya itu Maya diam sejenka. Mengaduk-aduk jus apokat yang telah ia pesan. "Kamu mau buli saya? Kenapa, sih, kamu jahat banget sama saya? Jujur saya lelah masa depan. Kalau kamu dekat sama Alexa aja saya enggak rela."

"Egois."

Jantung Maya terjeda detaknya. Benar kata Meri kalimat cowok ini memang pedas memgalahkan pedasnya sambal ijo terpedas di Dunia. Jujur saja Maya tak pernah disebut egois. Apakah salah seseorang berjuang untuk orang yang ia cintai?

"Lo emang egois, May. Gue benci sama lo." Kamis menatap Maya pekat. "Gue suka sama Alexa, May. Lo hanya orang asing yang mampir tan--"

"Terusin aja." Kalimatnya terjeda saat memasang senyum. "Kamu, 'kan, senang banget kalau bikin saya sakit hati. Saya sebenarnya lelah---sangat lelah. Masa depan selalu buat rintangan curam. Ingat, kata-kata saya waktu itu?"

Ekspresi Kamis berubah sayu. "Apa?"

"Saat Maya jatuh cinta enggak aka--"

"Dipertahankan." Kamis memotong.

Maya mendelik kesal. "Ih enggak gitu!"

"Kamu pasti tuli dari lahir," guman cewek itu lirih.

"Masih mending dari pada berharap sama orang yang enggak suka sama lo."

Jleb ....

Kalimat itu begitu menusuk sampai ulu hati Maya. Sungguh, Kamis suka sekali membuat perasaannya terluka. Dan ... cewek itu sekarang jadi merasa terpuruk di antara orang-orang di kafe. Ia menekuk muka. Benar yang dikatakan kakak kelasnya satu ini.

Dari pada memikirkan kalimat Kamis, cewek itu memilih memakan bekalnya.

"Mau?" Maya menyodorkan kotak bekal dengan antusias. Cengiran itu ... tatapan kagum itu ... fyuhh, jujur itu membuat Kamis ingin tertawa di tempat.

Sadar dalam lamunan cowok itu menggeleng cepat. Raut kecewa pun jadi Maya sembunyikan. Merasa canggung tanpa aba Kamis mengulurkan tangan kekarnya pelan ke arah adik kelasnya itu.

KamisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang