● 13. Kata_kata elok darinya

93 18 18
                                    

BAGIAN 13

HAPPY READING!

---

___

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

___

"Kamu tadi diapain aja sama mereka?" Pertanyaan tersebut membuat gadis berkucir dua itu menunduk. Mata sebamnya masih setia di muka. Menatap sofa seraya mengingat masa yang hampa.

Kedua pelaku pun mendelik ke arah Maya sebagai ancaman. Mereka tak ingin adik kelasnya itu menceritakan kejadian tersebut dan membuat keduanya dikeluarkan dari sekolah. Bisa-bisa geng yang mereka buat bubar menjadi kepingan berakhir kenangan.

Kamis mengelus pundak cewek itu pelan, guna memberi kekuatan pada Maya. Melihatnya membuat ia ingat akan Dhea yang selalu menangis dan meminta pengertian untuk menghentikan tangisan. Senyum mereka juga sama membuat Kamis enggan meninggalkan---ralat rela meninggalkan.

"Jadi ...." Maya mulai membuka suara. Menjelaskan pada guru BK tiap bait kejadian-kejadian yang terjadi padanya. Sementara Kamis hanya mendengarkan seksama. Tanpa aba senyum tipis tertarik. Merias bibir kering miliknya.

Cewek ini kelihatannya perlu teman. Mungkin maaf dari Maya akan terucap jika Kamis menjadi temannya. Kurang lebih seperti itu bukan? Namun, ia hanya takut peran Alexa akan berpindah dalam dirinya.

"Oh, jadi gitu. Lalu apa mereka enggak mengancam kamu, nak?" tanya Pak Tomo.

"Enggak, kok, Pak. Kami cuman bikin kejutan doang. Kan--"

"Diam kalian! Nak jujur saja." sargah Pak Tomo.

Maya hanya menggeleng sebagai jawaban. Diikuti tatapan sendu Kamis padanya. Ia pun melirik ke arah sang pemerhati. Tatapan sempat bertemu membuat pipi bersemu. Cowok di sampingnya jadi keheranan akan laku Maya sekarang.

"Terus kamu, Kam. Sebagai saksi, apa mereka lakuin hal lebih ke Nak Maya?"

"Cuman siram air sama ngunci dia di gudang, Pak." Kamis mengalihkan fokus mata ke Pak Tomo.

"Terus? Gimana Meri tau dan bisa bantu kamu?" tanya Pak Tomo. Bukannya kepo atau apa, beliau hanya ingin menguak kebenaran yang ada.

Tak ada jawaban Pak Tomo kembali berujar, "Pantas saja kamu dianggap bi--"

"Saya ketemu Meri di depan kelas," jawab Kamis singkat.

"Lalu?"

"Minta bantuan ke dia."

"Hanya itu? Terus awal kamu lihat Nak Maya?"

"Di lokasi."

"Maksudnya dia diapain?"
Mulai gemas, guru BK mendesah pelan. Pantas saja Kamis dijuluki bisu. Bicaranya seirit orang pelit. Tak hanya itu kadang kala saat presentasi saja murid yang satu ini berbicara panjang lebar membuat kagum seluruh mata memandang. Berbeda saat diajak berbincang, pasti singkat dan tak mungkin berujung panjang.

KamisWhere stories live. Discover now