● 12. Ketua Osis & Masa Depan

105 18 7
                                    

Bagian 12

HAPPY READING!

HAPPY READING!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

----

Seminggu setelah hari itu, Kamis selalu merenung, menyusuri lorong kelas yang ranap membuat Kamis bosan. Drama hidupnya sungguh absurd---anehnya tiada tara. Belum pernah ia mencoba minta maaf dan merasa bersalah kepada seseorang. Sekarang Kamis butuh tempat menumpahkan segala keluh-kesah. Jujur cowok itu butuh sosok sahabatnya---Alexa. Namun percuma, meski ia memerlukan Alexa, karena ia telah berubah. Berbeda dari sejak awal pertemanan mereka terikat.

"Gue harus gimana sekarang?" Kamis bertanya pada dirinya sendiri. Kebingungan dalam hati begitu besar sampai-sampai setiap laku ia ragukan.

"Dasar cewek aneh! Berani banget lo numpahin jus ke seragam gue," bentak seorang cewek pada pelajar sekaum seraya menumpahkan jus langsung pada sosok di depannya.

Samar-samar Kamis melihat. Awalnya ia tak tau dia siapa yang menjadi korban cewek tersebut. Namun, jika di lihat dari cara berpakaian dan berdandannya ia itu Maya tapi---apakah itu benar dia?

"Ma--maaf, Kak. Saya enggak senga--"

Tanpa aba sang kakak kelas menjambak rambutnya membuat pelajar itu merintih kesakitan. "Kenapa? Mau nangis? Dasar cewek aneh! Bener kata Kamis lo itu cewek aneh bin gila."

"Enaknya kita apain ni cewek?" tanya salah satu temannya.

Mulai tersenyum miring akan pertanyaan tersebut pelajar berkodrat kakak kelas itu langsung menarik pelajar yang tak lain ialah Maya ke sebuah ruang yang gelap. Sebuah sorot cahaya pun tak nampak. Penerangnya saja hanya pintu saat yang terbuka.

Maya mulai gemetar hebat. Jantungnya hampir lompat dari tempat. Phobia yang ia idap kini kembali setelah masa-masa pebulian itu terulang lagi.

"Makanya jadi cewek jangan gajen!" ucap siswi berpakaian ketat itu seraya mendorong teman seangkatannya ke sebuah ruangan.

Sekujur tubuh gadis mungil itu gemetar hebat. Air matanya mulai menetes. Lambat laun tetesan dari mata semakin deras mengalahkan derasnya hujan. Mendung merah yang menggelantung di mata semakin menjadi-jadi. Debaran jantung berpacu kian cepatnya. Menyematkan rasa takut luar biasa.

Ruang yang gelem gelap gulita membuat gadis itu berteriak, "Gelap, Amma. Maya mau keluar dari sini!!!"

Kejadian itu seolah menggema di telinga langkah Maya terhunyut pelan. Pening di kepala menjadi-jadi. Pintu perlahan mulai menutup membuat asupan cahaya semakin terkikis. Mata cewek yang beradai di dalam ruang gelap hanya terpejam. Perlahan semakin rapat. Seperti ada banjir bandang, air mata tak kuat iya bendung. Kenop pintu pun sang pelaku tutup rapat. Sekali tertutup pintu tersebut hanya bisa dibuka dengan dobrakan kuat. Pernah ada yang mencoba membukanya dari luar tapi naas berkali-kali dicoba tetap saja tak berhasil. Akhirnya tukang kuncilah yang dapat membukanya.

KamisWhere stories live. Discover now