● 9. Pelukan

119 22 22
                                    

Bagian 9

HAPPY READING!

HAPPY READING!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

---

Sepuluh menit enam belas detik Kamis usai mempersiapkan keperluan sekolah. Karena kemarin berlaku salah pada Maya, ia terkena imbas dengan tak mengikuti latihan rutin bola voli. Untung Lasa memberi tahu posisinya sebagai spiker di permainan nanti.

Posisi telah diatur matang oleh teman-temannya. Entah lagi kalau sang lawan mampu menembus tameng pertahanan. Menurut pelatih ekstra, Taresa High School terkenal akan permainan bola volinya. Terlebih lagi Irvan Tonio Hakim---sang pemain voli yang pernah lolos tingkat nasional.

Pikiran akan kalah Kamis tepis mentah-mentah. Lagian 100% dari hasil yang didapat 60% itu doa, semoga kali ini kemenangan sebagai tuan rumah ia dapat.

Membasahi rambut dengan air cowok itu pilih untuk kelembapan. Sepatu yang telah ia lumasi dengan semir sepatu kian mengkilap membuat tampilan khas. Ransel hitam telah Kamis kenakan di punggung.

Sebelum berangkat, Kamis juga memeriksa hal-hal yang ia butuhkan. Mulai dari baju olahraga sampai sepatunya. Bekal serta botol tumblr berisi air juga sudah siap.

Duduk di teras menunggu Dhea adalah salah satu laku paling membosankan. Jam tangan yang melilit telah menunjukan pukul 06.01. Sungguh ini kali pertama ia berangkat lebih dari jam enam.

"Bang, ayo!"

Mendahului Kamis yang dengan santainya berjalan, Dhea lakukan agar kali ini ia tidak telat lagi. Hari ini juga, kali pertama kedua saudara itu berangkat bersama.

Kuda bermesin milik Kamis membelah lalu lintas. Sementara sang adik dengan asiknya bermain ponsel. Tak tau akan menerjang polisi tidur, ia menambah kecepatan.

Lonjakan tajam membuat Dhea kaget. Sepasang matanya pun menunjukan tatapan tak sedap pada Kamis.

"Ngajak berantem?" tanya gadis kecilnya.

Kamis cekikikan seraya mengemudi. "Enggak."

"Jujur, deh, Bang. Kalau Abang senyum tuh guanteng---ngalahin manurios." Dhea menghela napas. "Andai. Ngarep banget aku lihat abang ketawa. Kalau abang ketawa keajaban dunia baru jadi geger di internet."

"Gue pernah ketawa."

Mata gadis di belakangnya terbelalak. "Kapan? Di mana? Heboh, nggak, dikalangan masyarakat bumi pertiwi?"

"Kemarin pas sama Maya." Kamis menggigit lidahnya sendiri sekarang. Cowok itu sungguh lupa kalau adiknya yang alig ini pasti akan mengolok-ngoloknya sampai puas.

"MASA! KAN BENAR, KALAU KAK MAYA TUH JODOH SAMA ABANG!" ucap Dhea heboh. Suaranya sampai mengganggu pejalan kaki di lingkungan sekitar.

Rasa malu Kamis ia pendam dalam hati. Jujur saja jika cowok itu tak menahan rasa ini maka pipi akan memerah di jalan. Lidah yang tadi tergigit jadi bergetar sendiri.

KamisWhere stories live. Discover now