La Pam Pam 15

313 48 8
                                    

Pelajaran yang biasanya Aya nantikan kini terasa sangat membosankan, entah hawa yang ia dapatkan darimana hari terasa begitu melelahkan baginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pelajaran yang biasanya Aya nantikan kini terasa sangat membosankan, entah hawa yang ia dapatkan darimana hari terasa begitu melelahkan baginya. Kepalanya sedikit pusing dan menyebabkan semuanya terasa membosankan. Wajahnya juga terlihat sedikit pucat dibandingkan biasanya. Mungkin setelah pelajaran ini selesai ia akan langsung kembali ke kos-an dan tidak bersemayam di perpustakaan untuk mengerjakan tugas. 

"Ayhara, kamu sakit?" Tanya dosen yang sedang menjelaskan. Aya hanya tersenyum dan menjawab tidak apa-apa. "Fokus!" Ucapnya datar tapi terdengar sangat dalam dan memaksakan Aya untuk fokus. 

Setelah jam ini selesai, Aya langsung bertanya kepada teman di sampingnya perihal pelajaran selanjutnya ya g ternyata sudah tidak ada. "Yaudah gue duluan ya, kepala lagi rada keliyengan soalnya"

"Hati-hati Ya, lo pasti kecapekan. Istirahat yang bener ya" tadinya di dalam Aya merasa masih bisa berjalan dan baru hanya pusing sedikit, tapi entah kenapa saat dibawa berjalan kepalanya semakin berat. Koridor terasa makin panjang karena ia tak kunjung sampai luar gedung fakultas. 

"Aya, lo sakit?" Ujar seorang laki-laki yang tiba-tiba ada di depannya, mungkin karena fokus berjalan jadi ia tidak menyadari tadi bahwa ada yang berdiri di depannya.

"Eh lo, ngga kok cuma pusing sedikit paling gara-gara kurang tidur dua Minggu ini" dalam keadaan seperti ini Aya masih saja memaksakan senyumnya.

"Kebetulan kelas gue dimulai lagi nanti jam 3, sekarang masih jam set 2 jadi gue bisa nganter lo pulang" 

Aya sebenarnya ingin menolak, tpi sepertinya ia sudah tidak kuat lagi berdiri jadi ia putuskan untuk mengikuti ajakan orang itu. "Lo tunggu sini, gue ambil motor dulu. Duduk aja"

"Makasih ya Bim"

Saat Bima pergi meninggalkannya, tiba-tiba sekelebat ingatan terlintas di otaknya. Hatinya tiba-tiba juga gelisah mengingatnya. Ia ingat apa yang pernah dikatakan Nana maupun Vivi soal perasaan yang dimilik Bima kepada Aya. 

"Apa iya, Bima suka sama gue? Tapi dari mananya?" Pikirnya daripada saat ini diambil pusing lebih baik lupakan sejenak. Sembari menunggu Bima ia menyandarkan tubuhnya pada tembok sambil memejamkan matanya. 

"Ayo Ya, kayanya lo udah lemes banget ya? Ayo buruan balik, terus makan abis itu minum obat" Aya hanya mengangguk lalu menaiki motor Bima.

Untung saja jarak kos-an dan kampus hanya sekita 5 km, karena itu Aya tidak terlalu lama di jalan. "Makasih ya, Bim. Hati-hati di jalan, gausah ngebut" Setelah Bima kembali melajukan kendaraannya, Aya berjalan dengan tanngan yang terus memegangi dinding. Entah kenapa saat sampai ke kos-an kepalanya semakin pening.

"eh dek, yaampun muka kamu pucet banget" salah satu tetangga kamarnya yang hendak keluar meliihatnya dan dengan cepat langsung memapah Aya. "dah ya, kamu istirahat. Kalau ga salah si Lena udah nyiapin obat untuk semuanya di kotak P3K yang ada di dapur. Kakak buru-buru jadi gabisa ambilin ya dek" Aya mengangguk dan perempuan itu pergi meninggalkannya. Ia lalu mencoba unutk tertidur, namun selalu tidak bisa.

Aya menutupi wajahnya dengan bantal, semenjak masuk kamar satu jam yang lalu matanya tidak dapat terlelap. Ia berjalan ke dapur dam obat yang ia cari tidak ada ternyata. Namun, ia merasa konsisinya tidak semakin baik. Aya dengan cepat menyambar jaketnya dan membuka aplikasi ojek online disana. 

Aya berjalan masuk ke klinik dengan wajah yang sudah pucat dan tempo jalannya yang lambat, ia sedikit terhuyung dan rasanya hampir pingsan. Coba saja ia berani mengubungi Nana dan Vivi yang sedang sibuk, mungkin sekarang ia tidak akan seperti ini. Matanya terbelalak ketika tiba-tiba ada yang memegangi lengannya.

"eh lepasin!" Aya meronta, kondisinya sekarang sangat lemas jadi ia tidak bisa mengeluarkan suara yang cukup besar. Aya terus meronta tapi orang itu tidak melepaskan tangannya.

"hei ini gue..."

+

Aya sedari tadi diam saja, ia menjadi merasa bersalah saat mengingat kejadian saat tangannya di pegang tadi. Ia melihat ke sampingnya, lalu langsung dengan cepat memalingkan pandangannya. "lo ngapain s-si m-masih disini?" tanya Aya ragu. Ia memgangi bahan jaketnya kuat-kuat, walau ini bukan pertama kalinya ia sedekat ini dengan orang di sampingnya.

"gue, nyari temen gue" beberapa saat kemudian, Aya dipanggil untuk masuk ke ruang pemeriksaan. Ia mendengus kesal karena orang yang tadi duduk di sampingnya masih mengikuti. Bukan kesal dalam artian yang sebenarnya, namun ia kesal karena jantung dan cara bicaranya jadi bekerja dengan tidak normal karena orang itu.

"Lo ngapain ngikutin gue? Udah s-sana cari temen lo"

"Temen gue udah gua chat belum dibales, jadi daripada gue lontang Lantung di kursi tunggu mending gue ikut lo" 

"El..."

"Ya... Lagi juga nanti kalo lo tiba-tiba pingsan biar ada gue yang nolongin lo" Aya langsung membelalakkan matanya, apa yang baru saja dibipang El langsung membuatnya berdebar lebih keras dari sebelumnya 

Setelah melakukan pemeriksaan dokter, Aya langsung keluar dan hendak memberikan resep pada apoteker. Namun, resep itu langsung diambil paksa oleh El. "Udah lo duduk aja, biar gue yang tebus resepnya, muka lo pucet banget"

Saat El pergi langsung menutupi wajah dengan kedua tangannya. Ia malu dengan perasaannya sendiri, apa El tidak menyadari bahwa sedari tadi Aya salah tingkah? Tidak ada yang tahu selain dirinya sendiri.

Kalau misalnya El emang bukan buat hamba, jangan bikin hamba baper Ya Allah - Aya

Pulangnya Aya-pun juga di antar oleh El setelah berdebat di parkiran. 

Ini bukannya sembuh malah tambah sakit - Aya

Ini bukannya sembuh malah tambah sakit - Aya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LA PAM PAM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang