Part 24, Just Friend?

3.6K 313 117
                                    

Jadi, kita benar-benar berhenti?
***

082211xxxxxx: Kiara?
082211xxxxxx: Ini gue Rivi

Kiara yang sedang mencuri-curi kesempatan memainkan ponsel di sela kegiatan pembelajaran dibuat tertegun. Tumben sekali Rivi mengiriminya chat, padahal selama beberapa bulan ini mereka hanya saling kenal biasa. Itu pun karena cewek itu pacar dari sahabatnya Sindu.

Dengan rasa penasaran, ia membalas chat tersebut.

Kiara: Iya Vi. Kenapa?

Cewek itu menoleh pada Giang yang menyenggol bahunya, lalu menyembunyikan ponselnya saat sang guru berjalan melewati tempat duduknya.

"Ponselnya simpen dulu," bisik Giang dengan penuh peringatan. Kiara mengangguk malas, "Iya, bentar lagi. Urgen nih."

Giang mendengus, lanjut memperhatikan penjelasan guru yang sudah kembali ke depan kelas sambil menjelaskan materi. Kiara sendiri kembali membuka ponselnya yang bergetar setelah menamai kontak cewek itu.

Rivi: Bisa ketemu?

Dahinya mengernyit seketika. Perasaan tidak enak menyergapnya tiba-tiba. Ada apa? Batinnya bertanya-tanya. Kiara berusaha mengabaikan dugaan-dugaan yang berkeliaran di kepalanya. Mungkin Rivi hanya ingin ngobrol biasa.

Kiara: Boleh, kapan?

Rivi: Jam istirahat, cafe dpan sekolah

Kiara: Ok

Sampai waktu istirahat tiba, Kiara langsung pergi ke tempat yang dimaksud Rivi. Ternyata cewek itu sudah terlebih dahulu sampai. Kiara hanya memesan minuman dan menghampiri Rivi yang sedang menikmati mango smothies nya.

"Udah lama?" tanya Kiara berbasa basi. Merasa sedikit canggung karena mereka memang baru pertama kali bertemu tanpa Devan atau Sindu.

Rivi menggeleng. Senyuman cewek itu tampak berbeda dari biasanya.

"Em, jadi apa yang buat lo ngajak ketemu?" tanya Kiara to the point.

Tersenyum, Rivi menyimpan ponsel yang sejak tadi di genggamnya, lalu menatap Kiara. "Katanya... lo sama Sindu itu sepupuan ya?"

"Lo... tau dari siapa?"

Cewek itu terkekeh, "Kayaknya lo gak perlu nanyain hal yang pasti udah tau jawabannya."

Devan ya? Kiara mengangguk paham.

"Awalnya gue kaget, tapi setelah tahu alasannya, gue paham." ujar Rivi menepuk lengannya. "Wajar sih sebagai murid baru, lo ngerasa risi jadi perhatian orang-orang, apalagi para cowok."

Sebenarnya ke mana arah pembicaraan Rivi?

"Tapi, katanya sekarang lo lagi deket sama beberapa cowok ya?"

"Eh?" Kiara menaikan alisnya, "Enggak juga. Enggak sebanyak cowok-cowok yang ngincer elo."

Cewek itu tertawa. "Gue gak sefamous itu," ujarnya merendah. "Lagian gue udah punya Devan. Gue beruntung banget jadi pacarnya."

Ah, Kiara salah bicara ya tadi? Jadinya merasa sakit sendiri.

Ia berusaha menarik kedua sudut bibirnya, "Iya, beruntung." Gak kayak gue.

"Oh ya, Sindu sama Devan emang deket banget ya? Ke mana-mana barengan terus."

"Mm, kurang tau tuh. Soalnya, gue baru beberapa bulan ini masuk." Kiara berusaha untuk tak menyinggung sedikitpun tentang dirinya yang sudah kenal Devan beberapa tahun lalu. Namun, ketika ia menoleh, didapatinya Rivi tengah menyunggingkan senyum aneh. Tidak ada yang salah dengan penjelasannya, kan?

Go Go Ara! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang