PD 1

21.8K 546 34
                                    


Ada pepatah mengatakan, tak kenal makanya tak sayang jadi sekarang kenalilah dulu aku dan sifatku biar nanti kau tahu betapa aku pantas untuk diperjuangkan.

By author alay Ecca Madika

-o0o-

Apa pun masalahnya saat ini, kupastikan aku bukanlah pihak yang salah. Kenapa? Ya, karena aku memang tidak tahu menahu jika pacar yang telah enam bulan ini menemani hari-hariku adalah suami dari sahabat lamaku sendiri.

Aku egois? Letak keegoisanku di mana coba? Wajarlah aku bilang, tidak bersalah karena sejak pertama mengenal dan dekat dengan pacarku itu, tak pernah sekalipun dia memperlihatkan gerak-gerik atau apalah namanya  yang menyiratkan dia lelaki beristri.

Penampilannya biasa saja seperti kebanyakan lelaki bujang, kok. Ramah, bersahabat, rasa solidaritasnya tinggi, perhatian dan juga lelaki yang enak bila diajak ngobrol.

Pertemuanku tak sengaja saat aku dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Cuti kerjaku selama dua minggu kuhabiskan di Makassar waktu itu. Kami bertemu di pesawat dengan nomor kursi yang bersebelahan.

Ah, aku memejamkan mata demi rasa hangat juga sedikit kesal mengingat awal mula perjumpaanku dengan Karka. Bukan apa-apa, siang tadi, di kantor dengan tiba-tiba sosok perempuan dengan dandanan berlebihnya itu muncul lalu menjambak rambutku penuh amarah.

Saat aku menoleh. Duar! Aku melongo--dia pun--pias, huff ... maksudku, perempuan itu ikut melongo dan histeris kemudian.

Dia, Marlina aka Nana, sahabat jaman SMU-ku yang telah sepuluh tahun tak bertemu. Astaga, sumpah ... ini benar-benar di luar ekspektasiku. Aku tak percaya jika Nana eh Marlina itu adalah istri dari Karka yang telah resmi menjadi pacarku.

Kurutuk diri yang merasa bersalah namun di satu sisi sifatku yang tak ingin dikalahkan menjadikan diriku jemawa dengan posisiku saat ini.

Kenapa? Karena saat adegan jambak-jambakan siang tadi di kantor, Karka justru membelaku ketimbang membela Na-eh Marlina maksudku. Wah, aku lantas mengacungkan jari tengah ke arah istri Karka itu dengan senyum mencemooh.

Yup, aku pun sukses dengan gelar pelakor saat pulang kantor begitu aku melangkah keluar dari lobi dengan pandangan jie-jiek dari rekan kerjaku. Bodo amat! Mereka hanya tahu dari sisi koaran si Nana Nini Nunu itu. Mereka belum tahu versi pelakor-menurut-tuduhan-si-Nana bukan Mirdad itu itu tentunya.

-o0o-

Kuraih jaket hitam hadiah dari Karka yang tersampir pada gantungan yang ada di dinding. Kukenakan cepat lalu bergegas mengambil handphone juga kunci motor yang tergeletak di atas nakas.

Tujuanku hanya satu, makan. Ya, jika aku sedang galau pelarianku hanya makan dan warung mie pangsit Mak Yati adalah solusi paling keren.

Kulajukan motor matic berwarna hitam ke arah warung langgananku itu dengan wajah suntuk tentunya. Rentetan kalimat-kalimat tak wajar dari Marlina muncul begitu saja di kepalaku yang membuatku tak sadar melajukan motor dengan kecepatan yang penuh.

Untung saja tak ada insiden yang terjadi oleh ulahku yang sembrono ini. Bisa-bisa Mama di kampung pingsan anak gadisnya kenapa-kenapa di sini.

Aku berhasil tiba di warung Mak Yati hanya dalam waktu 15 menit, Bro. Hebat untuk ukuran perempuan yang nggak doyan ngebut maksudnya.

"Malam, Mak Yati. Biasa," sapaku saat menghenyakkan bokong padatku di atas kursi kayu di dalam warung. Mbak Yati bergegas berdiri dari balik meja kasirnya.

PACARKU DUDA TAMPAN [Terbit]Where stories live. Discover now