PD.6

6.4K 369 16
                                    

♥♥♥


Setelah tiba di rumah, aku bergegas membersihkan diri dan membuat minuman dari bahan jahe. Ah, seharian ini banyak kejadian lucu bin ajaib telah kualami.

Wajahku sedikit merona mengingat dialog saat berpamitan pulang dari hotel. Uh, malu-maluin aja nih, mulut. Semoga Pak Lingga tidak marah aku menyebutnya Pak Duda, belum lagi--

Mak Yati, oh iya, aku lupa kalau tadi beliau menanyakan apa sudah tiba di rumah. Tak mau menunda, dengan kecepatan melebihi kecepatan permadani terbang, aku lantas membuka aplikasi messenger dan membalas pesan beliau.

Hanni sudah tiba di rumah, Mak.

Balasku dengan menambahkan emot love dua kali. Duh, Hanni lagi bahagia Mak.

Uul nggak bangun-bangun tiba di hotel?

Aku membalas cepat.

Enggak Mak. Ayahnya aja yang bangun malah, hihihi.

Emot genit kutambahkan dibuntut pesanku. Malu-maluin aja 'kan aku ini? Biarin weh!

Ahiik, ada yang mulai jatuh lope dengan ayahnya Uul kayaknya, nih.

Anjir. Mak Yati tahu bingit. Neng Hanni seperti memang jatuh lope pada anak Mak Yati.

Aku mengerang. Seketika wajahku kurasakan bagai tertutup masker buatan Korea yang sedang nge-trend itu.

Mak, Tante menor itu kenapa sih, liatin Hanni mulu?

Ini harus dijelaskan. Aku kok, berasa lagi deketin pacar orang.

Biasa. Neng Hanni 'kan cantik, makanya dia liatin mulu.

Aha. Itu benar Mak. Syantiek-syantiek gini aku jomlo, lho. Eh. Jujur banget aku ini, ya?

Ah, Mak bisa aja. Ya sudah, Mak, Hanni mau istirahat, besok kerja pagi.

Kalau ini dibiarkan, aku bisa kebablasan tidur sampai lupa bangun. Apalagi besok senin, Mbak Cleo nggak suka ada karyawan yang telat.

Iya Neng. Selamat tidur, Neng, jangan mimpiin ayahnya Uul, yaah. Hehehe.

Astaga, bener-bener,deh. Mak sama Pak Duda seneng bener bikin anak perawan Mama Ratna kelimpungan gegara malu. Oke sip, kita tidur!

Ngomong-ngomong, kok, Pak Duda belum ada kabar ya, di WA atau apalah gitu? 'Kan calon pacar kangen, Pak.

Abaiin aja harapan nggak jelas anak perawan. Hooaaam.

***

Hari senin, hari yang keramat dan sangat mendebarkan. Hahaha ... padahal pekerjaanku santai saja. Punya atasan seperti Mbak Cleo itu anugerah. See, baru saja aku tiba di kantor, tumpukan kertas terulur padaku dibarengi senyum manis ibu beranak satu itu.

Aku padamu, Mbak Cleo.

"Hari ini kita meeting di kantor Pranajaya. Katanya proyek perumahan di Kalimantan mereka menangi dan mereka meminta kita bantu untuk penanganan bahan bakunya. Sebenarnya sih, saya sudah minta agar kita tangani bagian gambarnya. Biar Hanni punya kerjaan menggambar lagi. Hehehe."

Tawa Mbak Cleo membuatku tersenyum malu.

Kesindir kita oiii.

"Iih, Mbak Cleo bisa aja, deh. Meeting-nya jam berapa, Mbak?" tanyaku dengan tersipu.

"Jam sepuluh ini. Ayo, Hann, persiapkan berkasnya," ajak Mbak Cleo sembari menarik tanganku yang bebas.

Semangat dengan pekerjaanmu, Hanni.

PACARKU DUDA TAMPAN [Terbit]Onde histórias criam vida. Descubra agora